Mata sipit yang sempat membola terkejut itu, kini justru menolehkan wajahnya ke arah lain. Enggan menatap pria yang lebih tua darinya.
"Aku tahu aku tidak berhak mengatakan semua ini padamu, Tuan. Tapi untuk kali ini, aku harap Anda akan melihatnya sebagai sebuah pertanda."
Yoongi menggelengkan kepalanya. "Jimin memiliki keluarga yang harmonis. Kakak lelakinya akan melindunginya."
"Kedua orang tuanya tidak mengetahui hal ini. Jimin menyembunyikan semuanya dari orang tuanya. Dan Park Namjoon memiliki keluarga kecil yang harus ia lindungi, dia tidak mungkin membagi fokusnya, terutama karena Seokjin-ssi yang sebentar lagi akan melahirkan putra mereka."
"Berhenti berhubungan dengan Seokjin, Ahjussi." Ia mendongak dan menatap lelah pria paruh baya yang masih betah berdiri di hadapannya. "Sejak awal apa yang kulakukan untuk Jimin adalah salah. Tidak seharusnya aku merasakan sesuatu untuknya. Maka sekarang, setelah aku melepaskan perasaan yang membelenggu langkahku, tidak seharusnya aku kembali untuk melihat cerita itu. Park Jimin dan kehidupannya bukanlah urusanku."
"Apa kau akan terus seperti ini? Membiarkan dirimu terluka dan melukai orang-orang yang menyayangimu? Kau pikir aku tidak tahu, kau diam-diam sudah mengganti rencanamu dan memutuskan untuk membiarkan dirimu mati sia-sia?" ujarnya kecewa. "Kau memang sudah merencanakan kekalahanmu dengan matang. Tetapi apa yang kau rencanakan denganku nyatanya berbeda dengan apa yang kau rencanakan bersama dirimu sendiri, Tuan."
Tangan pucat itu perlahan mengepal kuat. Amarah mulai mendidih di dalam tubuhnya, rahangnya mengatup kuat. Menatap pria tua itu dengan kebencian di matanya. "Lalu, bagaimana kau pikir aku bisa lolos dari rumah ini tanpa harus meregang nyawa lebih dulu, Ahjussi? Hoseok akan terus tenggelam dalam ketakutan dan kekhawatirannya karena sudah merebut apa yang bukan miliknya, dan ketakutan itu tidak akan hilang kecuali dengan kematianku. Apa yang kau harapkan dari orang lumpuh sepertiku? Hah!"
Lepas. Kali ini Yoongi melepaskan kendali dirinya, menyuarakan keputusasaan yang masih membelenggunya. Harapan yang semula menyentuh ujung jarinya, kini berada jauh dari genggaman.
"Aku bahkan tidak bisa melindungi diriku sendiri, bagaimana bisa aku melindungi Jimin?" tanyanya lirih. Menundukkan wajahnya, dan menutupi tangisnya dari dunia. Min Yoongi malu pada dirinya sendiri.
"Kembalilah pada rencana awalmu, Tuan. Park Jimin tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri begitu namamu muncul dalam berita." Pria itu meletakkan sebuah berkas cokelat di atas paha Yoongi yang masih tertutup selimut. "Sadarkanlah dirimu dari segala kebingungan dan kesulitan hatimu, lalu bangkitlah. Pastikan mereka yang telah menyakitimu, mendapatkan balasan seperti yang seharusnya."
*****
"Lalu, apa yang akan kau lakukan dengan sahamku, Tuan Jeon?"
Jungkook menarik satu sudut bibirnya, menatap pria paruh baya di hadapannya. "Seperti yang kau tahu, penyakit kakakku membuatnya tak lagi mumpuni untuk dijadikan pimpinan perusahaan sedangkan waktu akan terus maju dan berputar, dan kursi kepemimpinan itu sudah terlalu lama diisi oleh ketidakpastian. Jika kau memutuskan untuk percaya pada kami, bukankah itu juga termasuk investasi besar untuk kemajuan perusahaan? Aku percaya kepentingan kita berada di puncak prioritas. Kau tidak akan mengalami kerugian apa pun, Tuan. Seseorang harus membuat sebuah kepastian agar kita semua bisa bergerak maju tanpa keraguan."
"Dan jika aku memutuskan untuk setuju?"
"Berarti Anda telah melepaskan tali yang hampir kusut. Kau akan memiliki semua yang kau inginkan, termasuk hak untuk menjadi direksi di perusahaan pusat." Jungkook mengangkat gelas wine miliknya, menyodorkannya pada pria yang lebih tua dengan satu alis matanya yang terangkat naik.
KAMU SEDANG MEMBACA
BORN OF HOPE
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Hanya karena dirimu. Terima kasih, telah membawaku hidup kembali."