Jimin tersenyum saat dirinya telah selesai merapikan ranjang tempat tidur Yoongi, ia menoleh kesamping kanannya. Tepat pada balkon kamar, dimana Yoongi kini tengah terduduk di atas kursi roda. Ia kembali tersenyum hangat. Meraih dasi berwarna hitam dengan corak dua garis biru muda.
Ia menghampiri Yoongi, sedikit menarik mundur kursi roda pasiennya dan mencoba untuk berlutut di depan kaki Yoongi. "Yoongi hyung, apa kau sudah merasa lebih baik sekarang?" Jimin menumpukan kedua lengannya di atas paha Yoongi. Matanya menatap kagum keindahan yang semakin jelas terpancar dibalik balutan tuxedo hitam yang dikenakan Yoongi saat ini.
"Kau terlihat semakin tampan dengan tuxedo hitam ini, hyung. Masih tidak ingin menggemparkan dunia dengan ketampananmu, hyung?" Jimin terkekeh kecil.
Ia berniat untuk mengajak Yoongi datang ke pesta pernikahan Seokjin dan kakaknya, namun Yoongi si pemalas benar-benar menolak Jimin habis-habisan. Sampai akhirnya Jimin memilih untuk menggunakan cara yang sedikit kotor.
"Hyung, kau sudah melukai wajah tampanku. Apa kau tidak ingin bertanggungjawab? Setidaknya mintalah maaf dari kedua orangtuaku, karena kau sudah menorehkan luka yang cukup dalam di wajahku. Bagaimana kalau lukanya tidak mau hilang? Apa aku akan menjadi jelek seumur hidupku?"
Dan, ya. Tanpa Yoongi sadari wajahnya berubah panik seketika. Entah karena ia takut akan tuntutan Jimin, atau karena ia takut Jimin akan memiliki bekas luka seumur hidupnya. Tapi Jimin tak peduli, toh yang terpenting adalah Yoongi mau mencoba untuk kembali berinteraksi dengan dunia.
Ya, Yoongi mengalah setelahnya.
Ia setuju untuk mandi dan berganti pakaian, namun Jimin tidak menyukai wajah kuyunya. Dengan sedikit paksaan, Jimin berkata.
"Hyung, pokoknya kau harus memiliki wajah yang segar dipernikahan Seokjin hyung nanti. Kau akan menjadi pasanganku dipesta pernikahan. Aku tidak mau, ya. Dibilang menggandeng kakek tua karena kau memasang wajah kuyumu itu. Nah, sekarang, ayo duduk dikursi roda dan sapalah matahari dari balkon selama aku membereskan kekacauan dikamarmu."
Jimin kembali terkekeh geli saat ia mengingat bagaimana dirinya membujuk Yoongi seperti tengah membujuk seorang anak kecil. Jimin menghela napas dan mengusap lembut punggung tangan Yoongi.
"Sekarang kau sudah menyapa matahari, jadi kau harus bisa menunjukkan satu senyuman di pesta nanti. Setidaknya untuk Seokjin hyung. Aku yakin senyumanmu akan menjadi sebuah hadiah sederhana yang terlampau mewah baginya. Agree?" Jimin mengangkat kedua alisnya main-main.
Tipikal Jimin saat sedang menggoda dengan candaannya. Seandainya saja Yoongi bisa melihat raut wajah Jimin dengan jelas, pastilah ia akan memilih untuk mencubit kedua pipi chubby itu sekeras mungkin. Karena sungguh, apapun yang dilakukan seorang Park Jimin akan selalu menjadi hal yang menggemaskan. Bahkan saat ia marah sekalipun.
Jimin mengulurkan tangannya, menaikkan kerah kemeja putih Yoongi dan mulai memasangkan dasi untuk pria yang lebih tua. "Aku tidak tahu dasi yang mana yang membuatmu merasa lebih percaya diri. Tapi aku menemukan dasi ini, tepat saat pertama kali aku menarik laci tempat kau menyimpan dasi. Dasi ini sangat menarik perhatianku, hyung. Dan aku yakin akan sangat tepat jika kau memakainya hari ini." Jimin tersenyum.
"Jya!" Ia berdiri setelah selesai mendandani Yoongi serapi mungkin. Menepuk kedua tangannya, merasa puas akan apa yang telah ia siapkan, seolah Yoongi adalah mannequin miliknya. "Kau sudah siap, aku sudah siap. Kita sudah siap. Let's go!" Pekiknya semangat.
*****Jimin dibantu oleh paman Go untuk membawa turun Yoongi dengan kursi rodanya, sedikit sulit. Hingga akhirnya ia memutuskan agar Yoongi dibawa paman Go dipunggung saja, dan dia akan membawa turun kursi rodanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BORN OF HOPE
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Hanya karena dirimu. Terima kasih, telah membawaku hidup kembali."