BAB 40

553 84 29
                                    

Langkah kaki itu dibawanya menuju pria paruh baya yang memanggil namanya penuh keputusasaan, kesedihan dan kedukaan begitu dalam terlihat di wajah cantiknya, dan tangisannya pecah ketika sebuah pelukan melingkupi tubuh ringkihnya.

Park Jimin membalas pelukan itu sama erat. "Aku juga merindukan Paman," ujarnya gemetar.

Meminta sedikit waktu untuk dapat berbicara dengan Tuan Go, Jimin memilih untuk membawa sang Paman ke atap rumah sakit. Duduk di salah satu kursi taman di atas sana, dengan sebuah gelas plastik berisi kopi untuk Tuan Go dan teh untuk dirinya dalam genggaman tangan keduanya.

Jimin menarik napasnya dalam, berusaha untuk membuat dirinya merasa semakin tenang setelah menangis beberapa saat dalam pelukan Tuan Go.

"Bagaimana kabarmu, Paman?" sapanya lemah. Suaranya terdengar begitu mendayu, tanpa tenaga. Berbeda jauh dengan nada yang biasa ia gunakan di hadapan keluarga dan koleganya. Rasanya, Park Jimin dapat menunjukkan lukanya di hadapan Tuan Go.

"Aku baik. Bagaimana denganmu, Nak?"

Jimin tersenyum di bawah dengus napasnya, seolah-olah dirinya mendapati sebuah lelucon lucu yang menohok. "Aku tidak pernah baik-baik saja, Paman." Ia menoleh untuk menatap Tuan Go yang memandang dirinya sendu. "Banyak hal terjadi di dalam hidupku tapi, yang terberat, adalah saat di mana aku tahu, bahwa Yoongi Hyung tak lagi mampu bertahan di dunia ini."

"Aku senang bisa bertemu denganmu lagi, Jimin-ah," ucapnya tulus.

Jimin kembali mengukir sebuah senyuman di bibirnya, kali ini, sebuah senyuman tulus yang hangat. "Begitu juga denganku, Paman." Sebuah tarikan napas panjang terdengar darinya. "Setelah Yoongi Hyung memutuskan untuk membuangku dari kehidupannya, aku tidak pernah berpikir bahwa aku dapat kembali bertemu dengan orang-orang yang terlibat dengan kehidupannya. Kami berada di dunia yang begitu berbeda."

"Dia hanya berusaha untuk melindungimu, Jimin-ah."

Jimin mendengus sambil tersenyum. "Ya, itulah sebabnya dia mengusirku dari kehidupannya." Matanya mulai menerawang jauh pada perpisahannya dengan Yoongi, dan awal dari datangnya semua luka dalam yang meninggalkan bekas untuknya. "Aku tidak pernah mengerti mengapa dia melakukannya. Mendorong orang-orang yang peduli padanya untuk pergi dan memilih untuk berjuang sendirian."

"Karena Yoongi tidak ingin melihat orang-orang yang peduli pada dirinya terluka, Jimin-ah. Bahkan hingga saat ini … Min Yoongi masih terus melakukannya." Jimin menoleh, menatap Tuan Go dengan tatapan bingungnya. Kemudian pria paruh baya itu menyerahkan beberapa berkas ke tangan Jimin, membuat lelaki yang lebih muda membuka mulutnya bingung. "Itu adalah berkas pemindahantanganan kekayaan yang dilakukan Tuan Min, untuk melindungi dirimu dari Jung Hoseok dan juga Jeon Jungkook, Jimin-ah." Mulainya, membuat raut wajah bingung dan tak percaya Jimin semakin jelas terlihat. Tuan Go melanjutkan ucapannya ketika Jimin mulai mengeluarkan berkas-berkas dari dalam amplop pertama di tangannya. "Alasan Tuan Min memintamu untuk tidak melanjutkan kontrak menjadi perawat pribadinya adalah, karena ia tahu, mereka akan menyakiti dan memaksanya untuk menyetujui semua kehendak mereka dengan menyakiti dirimu, Jimin-ah. Mereka tahu betapa pentingnya dirimu bagi Tuan Min. Dan Tuan Min sangat mengetahui, bahwa mereka dapat melakukan segala cara untuk bisa mendapatkan keinginan mereka. Itulah sebabnya, Tuan Min memilih menjauhkan dirimu dari dirinya. Karena Tuan Min tidak ingin kau terluka karena dirinya."

Bibir berisi itu gemetar ketika matanya benar-benar mendapati Yoongi menandatangani semua berkas di sana. Pria itu benar-benar menyerahkan seluruh miliknya ke tangan mereka. Mereka, yang telah menyakiti dan bahkan berencana untuk membunuh dirinya secara perlahan. Min Yoongi tidak menjauhkan Jimin dari kehidupannya, lelaki Min itu menjaga dirinya agar Jimin tetap aman.

BORN OF HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang