Bab 4

3.6K 469 218
                                    

Yeaaa! Usulan Penelitian-ku selesai, tinggal Tugas Akhir:")

Ah! By the way, aku pgn bilang makasih sama @yoonminitation karena udah bikinin cover keren ini dengan sukarela :""""") keyen batt 😭
Buat temen" yg suka nulis dan susah mkirin covernya, bisa contact dia. Nnti dibntuin kyak aku :")

Warning!
Mild-Language

Taehyung tak bisa menahan senyumannya saat ia melihat Jimin mulai berjalan mendekat ke arah gerbang, sedikit mengernyit saat melihat Jimin berbicara dengan serius kepada seorang lelaki paruh baya di dekat taman pekarangan rumah keluarga Min. Namun ia kembali tersenyum lebar saat Jimin membungkuk sopan ke arah pria tua yang kembali menyirami tanaman itu.

Ia tak sabar, Taehyung benar-benar ingin menyambut kekasihnya itu. Ia ingin berkencan dengan Jimin hingga malam tiba dan mengobrol ringan diatas ranjang seperti yang biasa mereka lakukan. "Jimin!" Taehyung memanggilnya sumringah. Jimin mendongakkan kepalanya yang sedari tadi tertunduk, sedikit menyunggingkan senyuman di wajahnya. "Halo, Tae."

Taehyung menariknya ke dalam sebuah pelukan rindu yang begitu menggebu, berkali-kali Taehyung mendaratkan kecupan ringan diceruk leher Jimin. "I miss you, honey. So much." Jimin tersenyum dan mengangguk kecil, "aku juga, Tae."

Taehyung melepaskan pelukan mereka dan mengusap lembut pipi Jimin, "syukurlah kekasihku tetap memiliki pipi bulatnya. Berarti pasienmu tidak merepotkan bukan?" Jimin tersenyum kecil dan mengangguk pelan, "sama sekali tidak."

Taehyung menggenggam sebelah tangan Jimin dengan erat. "Aku ingin kita berkencan, bisa?" Jimin mengerlingkan pandangannya ke arah Taehyung, hatinya merasa tak tenang. "Aku.. tidak tahu, Tae. Aku tidak merasa baik dengan ini."

Taehyung berdecak kesal, "jangan pikirkan pasienmu, dia sedang istirahat dan kau butuh refreshing. Kita harus jalan hari ini, oke?"

Jimin menghela napas, ia berusaha melepaskan genggaman tangan Taehyung darinya. "Tae," lirih Jimin saat genggaman tangan mereka mulai terlepas. Taehyung mengangkat kedua alisnya dan tersenyum ke arah Jimin. "Aku rasa ini tidak benar, maafkan aku Tae. Tapi kupikir kita bisa bertemu dirumah malam ini. A-aku, aku tidak bisa meninggalkan tuan Min sendirian."

Taehyung membuang napas kasar, ia membuka pintu mobilnya tanpa menghiraukan ucapan Jimin. "Ayo, Jim. Aku jauh-jauh datang kemari hanya untuk bertemu denganmu. Aku sengaja meluangkan waktuku." Ia menatap Jimin penuh harap, "kau akan memilihku bukan?"

Jimin mengernyitkan dahinya dan menatap Taehyung penuh perhitungan, ia melepaskan kontak matanya dengan Taehyung dan menatap kembali rumah keluarga Min. Tepat pada sebuah balkon dimana kamar Yoongi berada.

Tanpa mengucapkan sepatah kata, ia pun mulai berjalan ke arah Taehyung dan memasuki mobilnya. Membuat Taehyung tersenyum lebar dan segera menyiapkan mobilnya untuk kencan mereka hari ini.

Sepanjang jalan Taehyung terus bercerita, ia tertawa sesekali dan membuat Jimin ikut membuka mulutnya untuk tersenyum hambar. Tertawa tanpa suara dan menatap Taehyung kosong. Jimin tak berada disana. Pikirannya berada ditempat lain. Ditempat seharusnya ia berada.

Hati Jimin berdegup dengan kencang setiap kali ia mengingat wajahnya, setiap kali Jimin mengingat interaksi mereka. Setiap kali Jimin mengingat bagaimana netra itu berkedip, bibir tipis itu bergetar, bahkan bunga pertemanan yang Yoongi berikan pada Jimin kini terus berputar dikepalanya.

"Jadi begitu, Jim." Jimin sedikit terperanjat dari duduknya saat Taehyung mengamit jemarinya di akhir ceritanya. Jimin memaksakan senyumnya dan balas mengamit tangan Taehyung. Taehyung mengernyitkan dahinya, "sweetheart? Tidak lapar? Sedari tadi kau hanya mengacak-acak makanan dipiringmu, kau baik?"

BORN OF HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang