"Hai, Jimin-ssi. Segar sekali melihatmu pagi ini." Jungkook tersenyum cerah begitu ia mendapati Jimin di hadapannya. Jimin tersenyum kikuk, ia terkejut. Jungkook tiba-tiba saja membuka pintu rumah keluarga Min disaat Jimin tengah bersiap-siap untuk menekan bel rumah mereka.
Entahlah, sebuah kebiasaan baru bagi Jimin selama 5 hari kebelakang untuk merapikan diri sebelum ia menekan bel rumah pasiennya. Jimin hanya ingin terlihat sempurna. "Jimin-ssi? Kau terkejut?" Jimin terkesiap mendengar ucapan Jungkook. "Kau melamun pagi-pagi begini? Ya ampun, apa kau kurang tidur semalam?"
Jungkook memajukan wajahnya mendekat, membuat Jimin refleks memundurkan wajahnya. "Tapi matamu terlihat cantik pagi ini, sama seperti biasanya. Tidurmu nyenyak manis?" Pria itu tersenyum lebar. Membuat dada Jimin berdegup kencang.
"Jimin-ssi," suara lembut namun tegas itu menyapa indera pendengaran kedua insan yang tengah sibuk berlempar pandang. Jungkook menjauhkan dirinya dari Jimin dengan cepat. Menoleh kebelakang dan tersenyum lembut. Meraih pinggang pria cantik itu lalu kembali berdiri menghadap ke arah Jimin. "Kau datang terlambat hari ini."
Jimin mengangguk kaku, "maafkan aku, tuan. Ada beberapa hal yang harus kubeli selagi berjalan kemari." Hoseok, pria cantik itu tersenyum simpul. "Tak masalah, ini hari Sabtu. Wajar jika orang menjadi lebih santai dalam menjalani harinya." Jimin menggeleng cepat, "ti-tidak, aku tidak bermaksud melakukannya, tuan. Aku hanya ingin menunjukkan beberapa hal pada Tuan Min hari ini. Itulah mengapa aku terlambat datang."
Hoseok menyentuh lengan atas Jimin dan mengusapnya lembut, "bersantailah sedikit, sudah seminggu kau disini bukan? Jangan terlalu formal pada kami, Jimin-ssi."
Jimin mengangguk dan tersenyum, "sekali lagi maafkan aku." Ia menunduk sopan.
"Kau terlalu sering meminta maaf," Jungkook terkekeh.
"Jimin, kau bisa pergi ke atas. Sudah waktunya Yoongi mandi dan mendapatkan sarapan. Aku harus pergi ke dokter dan Jungkook akan mengantarku. Sarapan Yoongi sudah bibi Jung siapkan. Tinggal kau berikan pada suamiku, kau mengerti?" Jimin mengangguk tanpa menatap wajah Jungkook maupun Hoseok. "Oke, kalau begitu masuklah. Kau bisa pulang setengah hari jika kau mau. Ini hari Sabtu, ambilah waktumu untuk berkencan."
Dan kedua anggota keluarga Min pun pergi meninggalkan Jimin yang berdiri di depan pintu. "Setengah hari?" Ia mengerucutkan bibirnya, dan menatap ke layar ponselnya. Kembali membaca sebuah pesan yang kekasihnya kirimkan beberapa saat yang lalu.
🐯
Aku berangkat pagi,
siang ini aku akan
sampai di Busan.
Bisa izin pada bosmu?
06.45AMJimin menghela napas dan mulai melangkah masuk, menyapa para pekerja dirumah keluarga Min yang tengah menikmati sarapan mereka di dalam dapur. "Nak, kau tidak libur?" Jimin menggelengkan kepalanya sembari tersenyum, ia duduk dan menatap jam dinding. Masih pukul 7 tepat. Rasanya tak masalah untuk sedikit bersantai memanjakan kakinya.
Jimin lelah berjalan dari halte bus ke arah rumah keluarga Min.
"Aku hanya ingin menemani kalian, lagipula aku harus membuat Tuan Min terbiasa dengan kehadiranku." Jimin tersenyum, "bibi Jung, sarapan Tuan Min sudah siap?" Wanita paruh baya itu mengangguk tanpa menatap wajah Jimin.
"Baiklah, aku pikir lebih baik aku ke atas sekarang." Jimin menggaruk tengkuknya canggung, aneh sekali rasanya. Sikap bibi Jung selalu berubah-ubah. Terkadang dia akan menjadi sangat ramah pada Jimin, namun ia akan kembali menjadi dingin dan jauh saat Jimin mencoba mendekat.
Apa Jimin semenyebalkan itu untuk di ajak berteman?
Sesaat ia beranjak dari duduknya, Jimin dapat melihat bibi Jung memandangi dirinya penuh perasaan bersalah. Apa yang terjadi? Namun disaat Jimin mencoba untuk membalas tatapan matanya, bibi Jung segera mengalihkan pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BORN OF HOPE
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Hanya karena dirimu. Terima kasih, telah membawaku hidup kembali."