Jungkook mendesah kasar melihat Hoseok yang sama sekali tidak menginginkan makanan. Duduk di tepi ranjang, Jungkook mengusap punggung Hoseok lembut. "Kau menyulitkan dirimu sendiri, Hyung. Kau harus memakan sesuatu. Stres membuat dirimu merasa mual."
Hoseok memejamkan matanya, mengepalkan tangannya erat. Berusaha untuk mengontrol deru napasnya.
"Kau tidak memakan apa pun sejak kemarin lusa. Please, makanlah sesuatu."
Namun Hoseok hanya memalingkan wajahnya.
"Babe, you'll get sick jika kau terus bersikap seperti ini."
"Berhenti bersikap peduli!" bentak Hoseok. "Kau bahkan sama sekali tidak mempedulikan ucapanku. Kau tidak mengerti bahwa semua ini akan menyulitkanku. Kau hanya mempedulikan egomu, Jungkook."
Dahi itu berkerut halus mendengar ucapan lelaki yang lebih tua. "Egoku?" Tekan Jungkook, berusaha untuk memastikan ia tidak salah mendengarnya. "Aku peduli pada kesehatanmu, Hyung. Jika kau terus menyiksa dirimu sendiri seperti ini, kau akan jatuh sakit. Lalu, setelahnya? Kau akan merugikan dirimu dan tetap tidak mendapatkan jawaban dari kekhawatiranmu itu. Bukankah kita tidak mendengar kabar apa pun bahkan setelah kita meminta orang untuk mencarinya? Itu artinya Min Yoongi tidak akan bisa kembali lagi ke dalam kehidupanmu. Lagi pula, apa yang bisa dilakukan pria tua itu? Dia akan ditemukan dengan mudah karena mobil yang dibawanya. Kita sudah melaporkannya sebagai barang curian."
Jungkook menarik napasnya dalam, berusaha untuk tidak mengomeli Hoseok lebih banyak lagi. Ia menggenggam kedua tangan Hoseok. "Sekarang, berhentilah mengurung dirimu. Aku akan memanggilkan dokter untuk memeriksa keadaanmu, hum? Kau bahkan demam dan terlihat pucat karena tidak tidur." Ia berdiri dan berlalu meninggalkan kamar tidur Hoseok.
Jung Hoseok selalu saja bersikap seperti itu di saat ia sedang tertekan.
Jungkook menghela napasnya lelah saat ia menutup pintunya. Menggeleng pelan saat ia melihat Nyonya Jung berdiri khawatir di dekat anak tangga. "Dia benar-benar sensitif untuk saat ini. Sebaiknya, kau tidak memasuki kamarnya. Biarkan Bibi Jennie mengurus semua yang berhubungan dengannya untuk beberapa waktu."
*****
"Ya?" Jungkook menatap dokter di hadapannya dengan kebingungan di wajahnya. "Bisa kau ulangi apa yang baru saja kau katakan?" katanya pada dokter utama keluarga mereka.
"Ya, Tuan Jeon. Tuan Min sedang mengandung," ujarnya dengan senyuman penuh wibawa di wajah tenangnya. "Aku akan meminta salah satu dokter kandungan untuk memastikannya sore nanti. Yang terpenting, Anda hanya perlu menjaga asupan nutrisi Anda juga beristirahat." Ia menghadap ke arah Hoseok, membungkukkan tubuhnya hingga 90 derajat. "Selamat untuk Anda, Samunim. Hal ini pasti menjadi kabar membahagiakan untuk Tuan Min." Lalu, ia kembali berdiri tegak, memberikan anggukan hormatnya kepada Jungkook sebelum berpamitan pada keduanya dan meninggalkan ruangan.
Nyonya Jung yang mendengar semua itu bisa merasakan matanya mulai berkaca-kaca. Bibi Jennie yang juga berada di sana, tersenyum dan menganggukkan kepalanya ke arah Nyonya Jung saat wanita itu mengantar sang Dokter untuk meninggalkan kediaman Min.
Ia tidak akan pernah mengerti apa yang sebenarnya terjadi di dalam keluarga Min, bahkan keterkejutannya dua hari yang lalu--saat mengetahui bahwa Hoseok adalah putra Nyonya Jung, Jungkook dan Hoseok yang bekerja sama untuk menyingkirkan pemilik asli dari takhta keluarga Min, dan Jungkook yang ternyata berselingkuh dengan kakak iparnya sendiri, belum selesai, akan tetapi melihat binar haru di mata wanita paruh baya itu, Bibi Jennie tahu, Nyonya Jung masih tetap sangat mencintai Hoseok.
"Bibi?" panggil Jungkook sedikit berteriak.
"Ya, Tuan Muda?" Bibi Jennie segera memasuki kamar utama, menghampiri Jungkook yang kini sudah duduk di tepi ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BORN OF HOPE
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Hanya karena dirimu. Terima kasih, telah membawaku hidup kembali."