Ia sama sekali tidak menyentuh makanan yang tersaji di atas meja, matanya menatap nanar pada pemuda yang duduk di hadapannya. Menikmati sajian khas boga bahari di depannya, seolah semuanya baik-baik saja.
"Makanlah, Jimin. Kau belum makan apa pun hari ini." Lalu matanya melirik pakaian dan sandal rumah yang kekasihnya kenakan. "Dan kita bisa mencarikan pakaian untukmu setelahnya."
"Apa kau tidak merasa ada yang salah dengan semua ini, Tae?" tanyanya sinis. Menatap tajam pemuda yang hanya terus berfokus pada mangkuknya. Mengunyah tanpa henti seolah ia sama sekali tak mendengar apa yang Jimin ucapkan pada dirinya.
"Kau bahkan meninggalkan tanggung jawabmu sebagai seorang dokter di sana, hanya untuk mengganggu dan mengacaukan hidupku lagi."
Tubuh itu berhenti bergerak, mematung dengan tangan kanan yang hampir saja menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Menelan makanan di mulutnya, ia meletakkan sendok di tangannya kembali ke dalam mangkuk. Mengangkat wajahnya dan menatap kekasihnya sendu. "Aku tidak berniat untuk mengganggu ataupun mengacaukan hidupmu, Jimin. Sejak awal aku hanya tidak menyukai kedekatanmu dengan pria Min itu."
"Dan kau bilang kau percaya padaku? Kau bilang kau mengizinkanku untuk bertukar peran bersama Seokjin Hyung? Bukankah kau juga ingin aku bisa melakukan apa yang aku inginkan? Bukankah dulu, saat kita masih belajar dulu, kau selalu berkata bahwa aku harus mengamalkan semua ilmu yang kumiliki? Bahwa aku harus melakukan pekerjaanku bukan untuk uang, tetapi untuk menolong mereka yang membutuhkan bantuanku."
"Ya, Jimin. Kau benar." Taehyung menatap sendu kekasihnya. "Semua yang kau katakan padaku adalah sebuah kebenaran, tapi kau sendiri lupa bahwa aku tidak pernah memintamu untuk jatuh cinta lagi."
Dahi itu berkerut mendengarnya.
"Kau pikir aku tidak tahu? Kau mencintai pria cacat itu, Park Jimin!" desisnya menahan amarah. "Dan mendengar dirimu tidur dengannya, bahkan dengan adik tirinya, aku … aku …,"-mengacak dan menjambak surainya keras-"aku tidak mengerti kenapa kau melakukan semuanya, Jimin."
Air mata itu mengalir ketika ia mendengar semua yang dikatakan Taehyung pada dirinya. "Dan kau percaya?"
Ia mendengus. "Jika aku hanya mendengarnya dari mulut pria berengsek itu, mungkin aku tak akan menghiraukannya, Jimin. Tapi dia menunjukkan semuanya padaku." Mata elang itu menatap nanar kekasihnya. "Aku melihatmu keluar dari rumah itu, di pagi hari. Dia bahkan pernah menunjukkan foto-fotomu padaku. Bagaimana kau tertawa, memeluk, mencium pria buta itu. Apa aku masih tidak berhak marah?"
Jimin terdiam.
Ia tak percaya dengan semua yang ia dengar. Bagaimana bisa Jungkook melakukan semua itu pada dirinya? "Dan kau memilih untuk mempercayai semuanya tanpa berbicara padaku lebih dulu?"
"Kau bahkan tidak membantahnya, Jimin." Ia tersenyum tipis, rasa kecewa memenuhi batinnya.
"Apa kau akan percaya jika aku menceritakan semua yang terjadi selama aku menjadi perawat pribadi Min Yoongi?"
Taehyung melepas kontak mata mereka, menatap kosong sajian makanan di atas meja. Bahu itu mengedik dengan bibir yang mencebik kecil. "Jika kau selalu mengatakan segalanya padaku sejak awal, mungkin kita tidak perlu menghadapi situasi hari ini."
"Meskipun aku tahu reaksi apa yang akan kudapatkan saat aku menceritakannya padamu, Kim Taehyung?" Dahi itu berkerut dalam. "Kenapa aku tidak pernah tahu dirimu yang seperti ini? Kau selalu bersikap manis dan lembut padaku, menjadi pendengar yang baik, membuatku tersenyum, tertawa, bukankah seperti itu dirimu?"
Tangan itu mengepal semakin kuat mendengar apa yang kekasihnya ucapkan. "AKU TIDAK AKAN MENJADI GILA SEPERTI INI JIKA KAU TIDAK MEMBAGI PERASAANMU UNTUK PRIA LAIN, PARK JIMIN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BORN OF HOPE
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Hanya karena dirimu. Terima kasih, telah membawaku hidup kembali."