Bab 6

3.3K 449 160
                                    

WARNING!
Mild-Language


Jimin masih tetap menangis setelah 60 menit berlalu, bahkan pundak Yoongi benar-benar basah sekarang, tapi Yoongi tidak bergerak sedikitpun. Ia justru masih tetap mengusap kepala Jimin dan punggungnya. Memberikan Jimin keyakinan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Hingga perlahan Jimin mengangkat wajahnya dan menghapus sisa airmatanya sembari sesekali terisak.

Yoongi sedikit tak rela saat Jimin memutuskan untuk menyudahi pelukan mereka, namun Jimin tetap memaksa. "J-jimin, k-kemana?" Paniknya saat ia merasakan sisi ranjang sedikit bergoyang, tangannya refleks mencari lengan Jimin hingga ia mendapatkan jemarinya, menggenggamnya dengan erat.

Jimin tetap berdiri, dirinya masih tetap terisak. Melepaskan genggaman tangan Yoongi dengan sedikit paksaan, membuat hati Yoongi berdenyut nyeri.

Namun langkah kaki Jimin justru mengarahkannya pada closet milik Yoongi, meraih kaus berwarna hitam dan membawanya kembali ke ranjang. Jimin kembali duduk disisian ranjang, memperhatikan wajah Yoongi dengan lamat. Hatinya berdegup mengalirkan getaran hangat untuk tubuhnya, dan Jimin, menyukai bagaimana dadanya berdentum selaras dengan nama Yoongi yang ia lafalkan dalam hati.

Perlahan, ia letakkan kaus hitam itu dipahanya, meraih kerah kemeja Yoongi dan perlahan menurunkan lengannya, membiarkan jemari bersentuhan dengan tubuh berbalut kemeja milik Yoongi dan membuka kancing itu satu persatu. Degupan di dadanya semakin keras, membuat Jimin khawatir jika saja Yoongi dapat mendengar degupan jantungnya. Tapi perasaan ini menyenangkan, membuat Jimin perlahan mulai menyunggingkan senyuman tulus dikedua sudut bibirnya.

Hingga seluruh kancing kemeja itu terbuka dan Jimin mulai melepaskan kemeja Yoongi, "aku tidak akan kemana-mana, hyung. Tapi bajumu basah karena airmataku. Jadi kita harus mengganti pakaianmu lebih dulu."

"K-kau tidak akan meninggalkanku?"

Jimin memasangkan kaus itu ke kepala Yoongi, tersenyum geli dan sedikit berdecih. "Aku bertaruh kalau kau ini sebenarnya sangat suka berbicara. Aku senang jika memang begitu, itu artinya aku akan memiliki teman bicara."

"Kau tidak menjawab, Jimin." Jimin menarik turun kaus itu hingga menutupi tubuh Yoongi, "pertanyaanku." Yoongi melanjutkan ucapannya.

Jimin memandangnya sendu, namun ia tersenyum kemudian. "Selama kontrak kerjaku tidak diputus sepihak, kita masih bisa bersama, hyung. Lagipula aku masih berada dalam 3 bulan masa percobaan. Jika kau tidak cocok denganku nanti, kau bisa mengganti asistenmu dengan yang lain yang kau inginkan." Ia terkekeh.

Namun Yoongi menggelengkan kepalanya perlahan, "kau tahu bukan itu maksudku."

Jimin kembali terkekeh, "kau benar-benar banyak bicara, hyung." Ia berdiri untuk menaruh kemeja kotor Yoongi dikeranjang, namun Yoongi menarik lengannya membuat Jimin merunduk tepat diatas kepalanya.

Yoongi mendongak dan menarik Jimin untuk kembali duduk ditepi ranjang, membuat isi kepala Jimin berkecamuk dengan liar. Jantungnya yang mulai berdegup normal kini kembali mempercepat ritmenya, Jimin kesulitan menelan salivanya saat wajah mereka kini hanya berjarak beberapa senti.

Dan di saat Yoongi kembali memajukan wajahnya, Jimin memilih untuk menutup mata. Menantikan kejadian manis yang akan terjadi diantara mereka dengan degupan jantung yang berdentum cepat. Sebelah tangannya meremat erat kemeja Yoongi yang terkulai dipahanya.

"H-hyung?" Namun Jimin membuka matanya saat ia hanya mendapati kecupan kupu-kupu di pipinya. Yoongi membubuhkan satu kecupan dalam dipipi Jimin lalu menjauhkan wajahnya, "kita teman, dan teman tidak saling meninggalkan." Lirihnya.

BORN OF HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang