Bab 12

2.4K 346 128
                                    

"Kau menyetujuinya?" Nyonya Kim bertanya penuh harap.

Jimin menatap wanita cantik itu dengan senyuman tulus, ia menganggukkan kepalanya. "Ya, tentu saja. Aku mencintai Taehyung, dan Taehyung juga mencintaiku. Kami sama-sama yakin bahwa hubungan kami akan bertahan. Lagipula, Taehyung juga sudah menyatakan kesungguhannya, dan kedua orang tuaku menerima hal itu. Aku, tidak memiliki alasan untuk menolak."

Taehyung tersenyum saat melihat ibunya tersenyum haru, mendekap pundak wanita yang duduk di sampingnya lalu mengecup pelipisnya. Wanita itu mengusap paha Taehyung penuh kesyukuran.

"Terima kasih, Jimin. Terima kasih. Aku sangat senang akhirnya kalian dapat melanjutkan hal ini ke dalam tahap yang lebih serius," ujarnya penuh haru.

Jimin mengangguk. "Aku juga berterima kasih, karena Taehyung sudah bersedia menerima segala kekuranganku. Aku bersyukur memiliki seseorang yang mencintaiku, seperti cinta Appa pada Eomma." Ia tersenyum lembut, lalu meraih tangan Nyonya Park yang duduk di sampingnya. Mengusapnya lembut.

"Syukurlah, aku merasa sangat senang karena ternyata Jimin tidak merasa terpaksa." Tuan Kim tersenyum lega. "Aku sempat khawatir saat kau pergi tadi. Kupikir, kau ingin menolak lamaran Taehyung." Ia tertawa kecil, membuat suasana di sana mencair karena tawa penuh kelegaan mereka.

Namun Jimin menoleh pada sang ayah, saat tak didengarnya tawa khas yang selalu ia gemari. "Appa," bisiknya seraya menyentuh lutut sang ayah yang duduk di samping kanannya. Membuat lelaki paruh baya itu mengerjap lembut lalu tersenyum tipis.

Pandangan itu menyiratkan sesuatu hal yang begitu mengganggu dirinya. Namun saat ia hendak bertanya, suara Tuan Kim kembali menginterupsi.

"Lalu bagaimana dengan tanggal pertunangannya?"

Jimin tersenyum, ia menatap Taehyung yang kini terlihat begitu bahagia. "Aku akan menyerahkan semuanya pada Taehyung. Aku tahu dia tahu yang terbaik untuk kami berdua."

"Baiklah." Tuan Kim mengangguk senang. Ia menoleh untuk menatap Taehyung yang duduk di samping istrinya. "Bagaimana, Tae? Apa kau sudah menentukan tanggalnya?"

Taehyung terdiam untuk sejenak, sebelum akhirnya ia kembali mengangkat kepalanya dan mengangguk penuh wibawa. "Aku ingin, minggu depan pertunangan ini dilaksanakan."
*****


"Tae..." pintanya, saat lelaki berkontur wajah tegas itu tetap menahan pergelangan tangannya.

"Jimin, ini sudah malam--"

"Dan aku melewatkan jadwal bekerjaku karenamu, Tae."

"Tapi--"

"Kumohon." Pintanya memelas. "Kau bahkan membiarkan Eomma dan Appa Kim pulang dengan kereta, saat kau sendiri begitu egois tidak mempercayai aku dan memilih untuk membuntutiku seperti ini." Ia menarik tangannya kasar dari genggaman Taehyung. Melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kenapa begitu sulit untukmu percaya padaku, Tae? Kita bahkan akan bertunangan minggu depan. Apa masih tidak cukup bukti agar kau percaya padaku?"

"Tapi, Min Yoongi--"

"Dia adalah Bosku." Sergah Jimin dengan pandangan penuh rasa tak percaya. "Apa kau masih akan tetap membawa-bawa namanya saat membicarakan hubungan kita?"

"Jimin--" Taehyung mengacak surainya kasar. "Kau tidak mengerti!" Ia menggelengkan kepalanya. "Ini pertama kalinya kau teramat peduli pada pasienmu sampai seperti ini. Aku khawatir. Sekarang jarak membatasi kita, aku tidak bisa memelukmu setiap saat untuk memastikan kau masih tetap menjadi milikku."

"Itu artinya kau tidak percaya padaku, Tae." Lelaki mungil itu memelas. "Kau tidak mempercayaiku, itulah sebabnya kau selalu merasa takut. Apa kau pikir aku tidak memikirkan bagaimana dirimu saat kau jauh dariku?" tanyanya lemah. Mata bundar nan sipit itu memandang kekasihnya sendu.

BORN OF HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang