Baru sadar pas baca ulang, kalau chapter 11 dan 12 gk selaras dlm beberapa scenes. :") o ow:")
"Jimin." Bisik pria itu lembut.
"Unh--" Lelaki muda itu merengek kala ia merasakan seseorang mengguncang lengannya.
"Jimin-ah?"
"Ungh!" Dahinya berkerut halus kala tangan kekar itu tetap mengguncang tubuhnya. Membuat Yoongi-- pria yang berusaha membangunkan dirinya terkekeh kecil.
"Jiminie?" bisik Yoongi sekali lagi, tepat pada telinga Jimin. Berharap lelaki itu bangun dari tidurnya.
Namun yang ia dapatkan hanyalah sebuah pukulan keras di atas dadanya.
Yoongi terkekeh.
"Tenagamu besar juga ya?" ejek Yoongi lalu menutup hidung Jimin dengan kedua jarinya.
Membuat lelaki muda itu bergerak ribut dengan kedua tangan menggapai angin. Seperti orang tenggelam yang berusaha untuk naik ke tepian. Yoongi kembali tertawa kecil.
"Eo-eomma! Eomma! J-jimin tenggelam! Hkk--" Kedua matanya terbuka panik kemudian, namun saat ia melihat Yoongi tengah menertawakan dirinya, Jimin mengenyahkan tangan itu dari wajahnya, kesal. "Hyung! Kau itu apa-apaan sih? Aku kan jadi kesulitan bernapas." Keluh Jimin tak suka.
Yoongi terkekeh kecil. "Sudah waktunya untuk bangun, Jim. Aku mendengar ketukan dari Tuan Go. Sepertinya mereka sudah tiba."
Jimin yang mendengarnya terperanjat kaget, bangkit dari tidurnya untuk duduk dengan wajah panik. Meraih ponselnya dan segera menghubungi Daniel.
"Ha--"
"Manajer Kang. Dimana tim kita?" tanya Jimin panik, memotong sapaan Daniel padanya.
"Tenanglah, Jimin-ah. Apakah mereka sudah datang?"
Jimin yang tengah menggigit ibu jarinya mengangguk cepat. "Ya, ya. Mereka sudah datang. Jadi, dimana tim kita?" Tanyanya tak sabar.
"Baiklah, mungkin kita akan sedikit terlambat. Sebelum tim kita datang, usahakan kau memperhatikan semua tindak tanduk mereka."
Jimin menghela napasnya, berusaha untuk tetap tenang. "Baiklah, akan kuusahakan."
*****"Itu pasti mereka, Hyung." Lirih Jimin seraya memainkan kedua ibu jarinya merasakan panik.
Namun Yoongi hanya tersenyum kecil lalu meraih kedua tangan Jimin ke dalam genggamannya, sedikit merengut sedih kala ia merasakan telapak tangan Jimin basah dan terasa dingin. Lalu mengusap punggung tangan Jimin lembut, berusaha meraih atensi lelaki yang lebih muda.
"Jimin-ah, kau masih ingat dengan apa yang kukatakan bukan?" Melihat kerutan tipis di dahi Jimin, Yoongi melanjutkan. "Aku sudah bilang bahwa aku tak begitu peduli pada hidupku sendiri, yang terpenting hanyalah, mereka yang menyakitiku akhirnya mendapatkan balasan yang setimpal. Bukan karena dendam." Ia menegaskan. "Tapi karena aku ingin mereka mendapatkan pelajaran, bahwa di dunia ini, segala sesuatu yang mereka lakukan-- terlepas dari sebuah kesengajaan atau tidak, akan selalu diadili. Cepat atau lambat, semasa hidup atau setelah mati."
Jimin menitikkan air matanya, menggeleng kecil lalu menundukan pandangannya. "Aku tidak akan membiarkan hal apa pun terjadi padamu, Hyung."
Yoongi tersenyum lembut. "Aku tahu."
Knock Knock
Keduanya sontak menoleh ke arah pintu. Dan Jimin yang membeku membuat Yoongi menghela napasnya kecil. Menepuk punggung tangan Jimin pelan, membuat Jimin menoleh untuk menatap dirinya. Yoongi tersenyum. "Kau akan menjagaku bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BORN OF HOPE
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Hanya karena dirimu. Terima kasih, telah membawaku hidup kembali."