BAB 34

807 111 47
                                    

WARNING! Blood



"Tuan."

Yoongi memalingkan wajahnya dari jendela mobil, menatap Tuan Go yang tengah mengemudi dengan tenang. "Sudah lama aku tidak merasakan dinginnya hujan, Paman." Ia tersenyum dan kembali menatap jendela mobil dengan matanya yang berbinar. "Hoseok dulu sangat menyukainya. Dia sangat menyukai hujan. Dulu, saat kami mencuri waktu untuk kencan makan malam, dia memintaku menghentikan mobil saat hujan turun. Kau tahu, Hoseokku begitu lincah dan ceria, mungkin, karena sifatnya yang berbanding terbalik denganku, aku sangat menyukainya. Wajahnya terlihat begitu polos saat sedang bermain di bawah guyuran air hujan di taman, bahkan wajah tenangnya saat sedang terlelap memberikanku sebuah perasaan damai." Air mata menggenangi pelupuknya. "Aku mencintainya, Paman. Pernah, benar-benar mencintainya." Tangan itu mengepal di atas pahanya. Mengeratkan rahangnya sekuat yang ia bisa, menekan seluruh kesedihan yang menyiksa hatinya.

Yoongi menarik napasnya dalam, menoleh pada Tuan Go yang menatapnya khawatir. "Aku sudah banyak membuatmu kesulitan karena harus mengurusku, Paman." Kekehnya. "Kau bertahan dengan begitu baik di sisiku."

Tuan Go menggeleng lemah, menatap Yoongi sendu meskipun bibirnya tersenyum. "Percayalah, Nak. Tidak ada satu pun manusia yang ditakdirkan untuk hidup sendiri di dunia ini. Orang-orang memang ditakdirkan untuk datang dan pergi ke dalam kehidupan kita, setiap kebahagiaan dan kesedihan yang mereka bagi dan ciptakan untuk kita, akan selalu menjadi sebuah pembelajaran. Klise, tetapi perkataan orang-orang itu memang benar. Kita semua, akan berbahagia pada waktunya. Dan kebahagiaan kita, akan hadir ketika hasil pembelajaran itu kita terima dengan hati yang lapang."

Yoongi tersenyum tipis mendengarnya. "Aku akan menyukai suasananya, bukan?"

Tuan Go mengangguk pelan. "Tentu saja, Tuan. Kau akan menyukainya."

*****

"Lepas! LEPASKAN AKU!" Lelaki bertubuh tegap terus mendorong dua orang petugas keamanan yang terus berusaha menyingkirkan dirinya dari pintu kaca itu. Amarah terlihat jelas di wajahnya, seolah ia siap meledak kapan pun tombol itu menyentuh permukaan kulitnya.

"Tuan, Anda tidak bisa membuat keributan di rumah sakit seperti ini." Salah satu penjaga keamanan itu mengingatkan. "Tenangkan diri Anda terlebih dahulu."

"APA KAU TIDAK MENDENGARKU!" Ia berteriak, mata elangnya membola marah. Bahu itu bergerak naik turun dengan cepat.

"Namjoon." Tuan Park meraih bahunya dan meremasnya keras. "Kau harus menenangkan dirimu lebih dulu. Kau membuat pasien lain merasa tidak nyaman."

"Appa." Rengeknya tak percaya, merasa kesal karena pria yang menjadi poros kehidupannya itu sama sekali tidak bisa mengerti emosi yang menyiksa dirinya. "Mereka melarangku untuk memasuki gedung ini?" Namjoon mendengus lelah. "Bagaimana bisa aku merasa tenang? Bajingan itu pasti meminta seluruh penjaga keamanan di area rumah sakit untuk menghalangiku!"

"Tenanglah, Namjoon. Jika kau ingin menemui Jimin kita, maka tenangkan dirimu." Tegasnya, hingga perlahan, kerutan dalam di dahi Namjoon mulai mereda.

Keduanya menoleh ke arah pintu masuk gedung rawat inap rumah sakit ketika kedua pria berseragam hitam itu membuka jalan. Kim Taehyung. Lelaki berada di hadapan Namjoon dan berbicara dengan sopan kepada kedua pria lainnya. Ia begitu membenci bagaimana wajah itu terlihat sendu. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa Kim Taehyung bersikap begitu polos setelah semua yang ia lakukan pada adiknya?

"Namjoon Hyung."

Sebuah tinju dari kepalan tangan kekar Namjoon menjawab sapaan lemah itu. Membuat pemuda Kim tersungkur ke atas lantai. Menimbulkan banyak keterkejutan dan kekhawatiran dari orang-orang yang beraktivitas tak jauh dari sana.

BORN OF HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang