"Jadi apa yang membuatmu berpikir, bahwa kau memiliki hak untuk mengubah peraturan yang telah berlaku sejak lama?" Hoseok mengangkat sebelah alisnya, menatap Jimin yang duduk dengan tegak di hadapan mereka.
Harus Jimin akui. Rasanya sofa empuk yang tengah ia duduki sekarang, terasa begitu panas membakar tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang dan tangannya mulai memucat. Tapi ia harus melanjutkan perjuangannya.
Yoongi tidak boleh lagi berjuang sendirian.
"Karena aku adalah perawat pribadinya. Tuan Min berhak bersandar padaku, dan aku berhak memenuhi permintaannya. Termasuk dalam segala hal yang bersifat pribadi."
Hoseok mengernyit heran, ia sedikit mendengus. "Jadi kau ingin bilang bahwa Yoongi berbicara padamu?"
Jimin menggelengkan kepalanya. "Aku menggunakan hak Tuan Min sebagai pasienku. Dia berhak bersandar padaku. Dan aku ingin melakukan totalitas untuk pekerjaanku."
"Bukankah tujuanmu bicara padaku adalah untuk meminta izin?" Hoseok memastikan. "Dan jawabanku adalah tidak. Bagaimana bisa aku mempercayai dirimu seutuhnya? Bagaimana jika sesuatu terjadi pada suamiku? Aku tidak bisa menyerahkan tanggung jawab seperti ini pada seseorang yang baru saja kami kenal."
Jimin menggelengkan kepalanya. "Aku adalah perawatnya, Nyonya. Secara tidak langsung aku juga menjadi asistennya, aku mengurusi segala sesuatu hal tentang dirinya. Terutama yang berhubungan dengan kesehatan Tuan Min. Bukankah itu adalah hal yang wajar untuk dilakukan?"
"Bukankah kau melewati batasmu jika kau melakukannya?" Jungkook menginterupsi.
"Secara teknis, tentu saja tidak." Jimin menggelengkan kepalanya yakin, menatap tajam Jungkook yang memandang remeh dirinya. "Aku hanya mengatur keseluruhan perihal asupan gizi dan juga jadwal istirahat Tuan Min, aku memiliki hak untuk membantu kesehatan Tuan Min segera membaik. Termasuk dengan membawanya melihat dunia luar."
Jungkook mendengus. "Kau ingin mengajak kakakku jalan-jalan sementara dirinya tidak bisa melihat apa pun?" Ia mulai merendahkan suaranya. "Apa kau ingin menghina kakakku?"
"Apa Tuan tidak mempercayai mata hati?" Jimin balik bertanya. "Mata hati melihat dunia dengan cara yang lebih indah. Ketenangan yang dunia luar bawa akan membantu kesehatan Tuan Min segera membaik."
Ia menatap kedua orang di depannya bergantian. "Kecuali, jika kesehatan Tuan Min bukanlah prioritas utama kalian." Jimin menekankan.
Hoseok tercekat kala ia mendengar ucapan Jimin, netranya berpendar gugup. Membuat Jimin mengerutkan dahinya bingung.
Namun dengan segera Jungkook menutupi kecurigaan Jimin. "Bagaimana bisa kau mengatakannya, Jimin-Ssi?" Kini Jimin menatapnya dengan tajam. "Jika kami tidak menginginkan kesehatan hyungnim, maka kau tidak akan bekerja untuknya sampai hari ini." Jungkook terkekeh. "Kau mengatakan hal yang irasional."
"Kalau begitu, kalian akan menyetujui permintaanku. Karena bagaimana pun, aku hanya bisa bertindak di saat wali pasien menyetujuinya. Kecuali pasien cukup kompeten untuk mengatakan apa yang dia setujui dan apa yang tidak dia setujui, atas dirinya sendiri."
Hoseok mendengus, ia berdiri dari duduknya. Menatap Jimin yang kini mendongak bingung. Ia berusaha mengintimidasi.
"Jika aku memberikan hak yang sedari tadi kaubicarakan, apa yang akan menjadi jaminan bahwa kau tidak berniat untuk menyakiti suamiku?" Ia bertanya dingin.
"Jaminan apa yang kauinginkan, Nyonya Min?" tanya Jimin lembut.
Hening melanda mereka untuk sejenak, namun ketegangan tak kasat mata di antara Jimin dan Hoseok begitu jelas mengisi ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BORN OF HOPE
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Hanya karena dirimu. Terima kasih, telah membawaku hidup kembali."