Trigger Warning! Violence
"Senang melihatmu datang hari ini, Yoongi-ssi." Moonbyul tersenyum ramah dengan kedua tangan yang ia sembunyikan di dalam jas putih khas dokternya, menatap Yoongi yang hanya tersenyum tipis membalas sapaannya. "Mau memulai sesi terapimu sekarang?"
Lelaki itu menganggukkan kepalanya, membiarkan kedua perawat wanita itu membantu dirinya untuk memulai. Mengeratkan rahangnya saat ia kembali mengingat apa yang telah Taehyung lakukan pada Jimin. Berharap Tuhan akan mendengarkan doa dan harapannya untuk sekali ini saja. Berharap dirinya tidak akan terlambat untuk membenahi apa yang salah. Berharap dirinya dapat memperbaiki semuanya. Karena Park Jimin, layak untuk mendapatkan semua itu.
*****
"Jadi, apa hal yang ingin kau bicarakan denganku, Yoongi-ssi?" Moonbyul meletakkan kedua tangannya di atas meja, menjalin jemarinya dan tersenyum menatap Yoongi yang berada di hadapannya.
"Apa semua yang dikatakan dalam berkas itu benar?" tanyanya tanpa basa-basi, tahu dokter itu akan mengerti maksud dari ucapannya.
Dengan kedua alis mata yang terangkat naik, Moonbyul menganggukkan kepalanya pelan. "Maafkan aku, Yoongi-ssi," ujarnya penuh sesal. "Tetapi, beberapa hal di dalamnya adalah risiko yang tidak bisa kita hindari karena pemakaian obat-obatan yang diberikan paksa pada dirimu selama beberapa tahun terakhir. Aku bisa saja mengajukan tuntutan untuk apa yang sudah mereka perbuat pada dirimu, tetapi aku butuh persetujuanmu untuk itu."
Yoongi menggelengkan kepalanya. "Aku hanya ingin tahu berapa besar kemungkinan untukku bertahan, sebelum semua ketakutanmu terjadi."
"Jika kau tak lagi mengkonsumsi obat-obatan itu, kita bisa memperlambat kemungkinan kebutaan. Aku juga bisa membantumu mendapatkan beberapa obat untuk mencegah dan memperbaiki beberapa sel yang sudah rusak, tetapi operasi tetap kami sarankan walaupun probabilitas keberhasilannya tidak sebesar itu."
Wanita dengan rambut kecokelatan sepunggung itu menarik napasnya dalam. "Aku harap kau mempertimbangkan semuanya, Yoongi-ssi. Aku akan berusaha membantumu semampuku, aku memiliki beberapa kolega dengan kemampuan terbaik dalam bidangnya. Jika kau bersedia untuk melakukan operasi, aku akan menjadwalkan semuanya dengan tenang. Tidak ada wartawan pun karyawan perusahaanmu yang akan mengetahuinya."
*****
"Jimin …," lirih Taehyung penuh harap, melihat ekspresi wajah takut dari tunangannya. Berjalan menghampiri Jimin yang semakin gemetar saat mendengar langkah kakinya, mengeratkan genggaman tangannya pada Seokjin. Berharap lelaki yang lebih tua akan melakukan sesuatu untuknya.
Seokjin melepas genggaman tangan mereka saat Taehyung sudah semakin dekat pada Jimin, sementara tangannya yang lain menahan perutnya. Seokjin sendiri merasa ketakutan. Ia membentangkan lengan kanannya, menyentuh dada Taehyung, berharap lelaki itu tahu bahwa dia harus berhenti.
Taehyung menghela napasnya, enggan mencari permasalahan baru dengan calon kakak iparnya. "Jimin, kita harus bicara. Aku sudah menceritakan semuanya pada Eomma."
Jimin melirik satu-satunya wanita dalam keluarga Park, menatap mata penuh ketenangan itu nanar.
"Kita harus menyelesaikan kesalahpahaman di antara kita, Jimin-ah." Lalu matanya menatap Taehyung tak percaya. "Apa yang terjadi malam itu adalah kesalahpahaman. Aku terlalu cemburu dan kehilangan akal sehatku karenanya, tetapi aku tidak pernah bermaksud untuk melukaimu dengan ucapanku, Sayang."
Rahang itu mengerat mendengarnya. Ucapannya? Taehyung pikir Jimin terluka hanya karena ucapannya?
"Kita bisa memperbaiki semuanya, hum?" Ia memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BORN OF HOPE
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Hanya karena dirimu. Terima kasih, telah membawaku hidup kembali."