"Hyung," ujar Jimin seraya menarik lengan Seokjin yang sudah berjalan lebih dulu dari dirinya, membuat lelaki berparas cantik itu menoleh dengan kedua alis mata yang terangkat bingung. "Apa... Appa mengatakan sesuatu padamu?"
Seokjin menghela napasnya lalu berusaha untuk tersenyum. Mengusap lembut pundak Jimin lalu menggandeng tangan lelaki yang lebih muda darinya. "Kau menginap di rumah Yoongi semalam?" tanya Seokjin penasaran, ia mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang ada di taman belakang rumah keluarga Park, membuat Jimin ikut mendudukkan dirinya di sana, "apa istrinya memberikan izin untuk kau menginap di sana?"
Jimin berkedip gugup, ia menggigit pipi bagian dalamnya, lalu berusaha untuk tersenyum. "Tentu saja dia tahu, Hyung."
Seokjin mengernyitkan dahinya, namun mencoba untuk mengangguk paham. "Aneh sekali. Biasanya Tuan Min begitu protektif pada suaminya. Tidak seorang pun bisa menginap di sana, termasuk aku. Saat kondisi Tuan Min jatuh, dia bahkan merelakan dirinya sendiri untuk merawat suaminya saat malam datang. Karena dia bilang, saat malam Tuan Min akan menjadi lebih merepotkan."
Jimin mengerutkan dahinya. "Begitukah?" cemoohnya.
"Ah, sepertinya keluarga Min sangat mempercayaimu ya, Jim." Seokjin tersenyum lalu menoleh ke arah Jimin. "Aku merasa senang karena aku tidak salah memintamu untuk menggantikanku."
Jimin hanya bisa tersenyum kecil mendengarnya. Ada terlalu banyak hal yang ia saksikan semenjak Seokjin meminta dirinya untuk menggantikan posisinya. Terkadang, Jimin merasa penasaran.
Apakah Seokjin mengetahuinya juga? Ataukah Seokjin hanya melakukan tugasnya sebagai seorang Perawat. Apakah Jimin keterlaluan karena ia memasuki dunia Yoongi lebih dari yang seharusnya ia ketahui, ataukah Jimin adalah orang yang baik karena pada akhirnya ia dapat membantu Yoongi membuka dirinya.
"Jimin?"
"Uh?" Pandangan matanya terangkat naik untuk menatap wajah Seokjin.
Lelaki yang lebih tua terkekeh kecil. "Aku bertanya, apakah kau nyaman bekerja sebagai seorang Perawat pribadi? Ataukah kau ingin aku mencari orang lain untuk bertukar posisi denganmu? Lagipula, sebentar lagi kau juga akan bertunangan, kan? Kalian pasti membutuhkan lebih banyak waktu untuk bersama-sama. Membicarakan banyak hal, mempersiapkan pernikahan kalian."
Orang lain untuk menggantikan posisinya?
Jimin kembali tenggelam ke dalam pikirannya.
Bagaimana jika mereka tidak bisa merawat Yoongi sebaik dirinya?
Bagaimana jika mereka terlalu polos untuk mengetahui kejahatan yang dialami Yoongi?
Bagaimana jika mereka memilih sisi yang lebih kuat karena menginginkan kedudukan?
Jimin menggelengkan kepalanya. "Aku dan Taehyung sudah setuju untuk menjalani semuanya dengan santai, Hyung." Ia berkata. "Oh, apa yang ingin kaukatakan padaku, Hyung? Tentang Yoongi Hyung." Ia mengganti topik pembicaraan mereka.
"Oh, kau benar. Aku hampir lupa." Seokjin terkekeh tak enak. "Tentang bantuan yang kauminta padaku, Jim. Aku sudah menemukannya." Ia tersenyum lembut, membuat hati Jimin meletup-letup menahan desakkan asa yang kini terasa dekat dalam jangkauannya.
"Benarkah, Hyung? Kau bersungguh-sungguh?"
Seokjin menganggukkan kepalanya. "Tentu saja. Aku kan sudah bilang, aku akan melakukan apa pun yang kumampu untuk menolongmu."
Jimin mengangguk senang. Meraih Seokjin ke dalam pelukan hangat yang sarat akan ucapan terima kasihnya. "Terima kasih, Hyung."
Seokjin menganggukkan kepalanya dan berdeham kecil. Mengusap punggung sempit Jimin penuh perasaan sayang. "Tapi kita membutuhkan persetujuan istri Tuan Min sebagai jaminan."
KAMU SEDANG MEMBACA
BORN OF HOPE
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Hanya karena dirimu. Terima kasih, telah membawaku hidup kembali."