BAB 32

959 125 70
                                    

Suasana di restoran siang ini sama sekali bukanlah apa yang Taehyung harapkan, berita pernikahannya dengan Jimin memang sangat mendadak. Maka dari itu, ia baru dapat menemui orang tuanya yang tinggal di Daegu, itu pun karena orang tuanya memaksa untuk bertemu di Seoul, mereka tahu Taehyung disibukkan oleh jadwal kerjanya sebagai seorang dokter. Tuan dan Nyonya Kim merasa begitu senang saat mereka mendengar berita pernikahan putra mereka beberapa hari yang lalu. Mereka pun memutuskan untuk segera bertemu dengan putra dan calon menantu mereka.

Taehyung mengalah.

Ia tahu Jimin tidak akan mengatakan apa pun pada orang tuanya tetapi, orang tua Jimin?

Namjoon bahkan ada di sini.

Ia tahu betapa Namjoon memedulikan adik kesayangannya, Taehyung tahu betapa Jimin menghargai dan menghormati Namjoon. Kekasihnya selalu bergantung dan menuruti nasihat-nasihat yang Namjoon berikan padanya. Maka, jika kedatangan Namjoon hari ini adalah untuk merebut Jiminnya ….

Tidak!

Taehyung tidak akan pernah melepaskan Jimin apa pun yang terjadi.

"Taehyung dan Jimin sama sekali tidak mengatakan apa pun tentang ini." Nyonya Kim terkekeh kecil. "Apa kalian berdua berangkat langsung dari Busan?"

Namjoon memalingkan wajahnya mendengar ibu dari pemuda berengsek yang hari ini berada di meja makan yang sama dengannya bicara. Membuat Tuan Park tersenyum canggung. "Kami juga sama sekali tidak mengetahui tentang hal ini, Nyonya Kim. Taehyung merencanakan segalanya sendirian," Tuan Park menimpali. Membuat Taehyung mengepalkan tangannya di bawah meja, merasa takut jika pria itu akan mengatakan hal-hal buruk tentang dirinya di depan orang tuanya.

"Oh, astaga. Ternyata bukan hanya kami yang dibodohi." Ia tertawa kecil. "Kupikir, anak-anak ingin menunda pernikahan untuk satu atau dua tahun lagi, tidak kusangka mereka benar-benar melakukannya dengan cepat. Bukannya aku tidak senang, though. Aku sangat senang saat mendengar beritanya, hanya saja ini membuat kami terkejut."

"Ya. Sangat terkejut," timpal Namjoon ketus. "Bahkan berita itu berhasil membawa suamiku ke ruang gawat darurat dan melahirkan lebih cepat dari seharusnya."

"Namjoon …." Tuan Park memperingati.

"Oh, ya Tuhan. Seokjin-ssi sudah melahirkan sekarang? Kami turut bahagia, Namjoon." Nyonya Park tersenyum tulus.

Mendengarnya, Jimin tidak bisa menyembunyikan rasa sesak di dadanya. Ia ingin sekali bertanya bagaimana kabar Seokjin sekarang, tetapi bibirnya sama sekali tidak bisa terbuka, apalagi untuk mengeluarkan suara. Jika bukan karena riasan yang menutupi wajahnya hari ini, siapa pun yang melihatnya pasti dapat merasakan keputusasaannya.

Makan siang berjalan menegangkan bagi beberapa orang di meja makan, hanya suara Nyonya Kim yang sibuk berceritalah yang mengisi ketegangan. Seolah wanita itu sama sekali tidak bisa membaca--bahkan--gestur tubuh putranya sekalipun. Ia hanya terus menceritakan kebahagiaannya karena Taehyung memiliki pasangan seperti Jimin, hingga saat makan siang hampir selesai, barulah ia menyadari bagaimana atmosfer di sekitarnya berjalan. Bagaimana Namjoon menatap tajam Jimin, dan bagaimana Taehyung terlihat begitu tidak nyaman. Putranya menjadi terlalu diam.

"Sepertinya makan siang kita harus diakhiri di sini," Taehyung berucap terburu. Berdiri dari kursinya dan meraih pergelangan tangan Jimin, namun di luar dugaannya, Namjoon mencengkeram pergelangan tangannya kuat.

"Aku perlu bicara dengan Jimin."

"Aku harus segera pergi ke rumah sakit, jadwal praktikku akan segera dimulai. Aku akan mengantarnya pulang."

"Aku yang akan membawanya pulang."

"Tidak perlu. Biar aku saja yang melakukannya. Harus aku yang melakukannya." Taehyung bersikeras. "Lagi pula, Jimin sudah kelelahan karena mengurus banyak hal untuk persiapan pernikahan kami. Dia harus segera beristirahat."

BORN OF HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang