Taeyong berjalan sendirian, menikmati taman bunga yang begitu memanjakan matanya. Rasa nyaman dari semilir angin yang berhembus membuat bibir tipis itu menyungging.
Matanya menjelajahi rerumputan dan bunga-bunga yang memenuhi pandangan matanya, rasanya begitu menyenangkan.
Langit juga terlihat indah dan ceria, awan-awan seperti sedang bersuka cita sekarang. Tapi saat Taeyong memandangnya cukup lama, awan-awan bekumpul dengan padat membentuk gumpalan besar hingga membentuk warna abu-abu gelap.
Taeyong mengernyit, kepalanya menunduk kebawah tapi alangkah terkejutnya dirinya ketika melihat bunga-bunga yang terlihat indah itu melayu dengan cepat, seolah-olah mereka diracuni dan mati seketika.
Taeyong memundurkan tubuhnya sedikit demi sedikit, taman bunga yang indah tadi hilang seketika seperti lenyap begitu saja. Dengan takut Taeyong terus memundurkan tubuhnya, hingga tak sadar berada diujung jurang.
Ketika matanya menatap kedepan, seorang wanita dengan tubuh tidak terlalu tinggi berdiri dihadapannya dengan jubah putih, sorot mata yang terlihat tajam namun sudut bibirnya semakin tertarik keatas perlahan.
Tangan wanita itu terangkat, seolah memberikan tangannya untuk Taeyong pegang saat dirinya berada diujung jurang, "Pegang tangan Mommy, Sayang." suara lembut namun terdengar menakutkan itu menggema ditelinga Taeyong.
Taeyong menatap dengan bergetar Ibunya, Taeyeon. "M-Mommy." Taeyong terbata dengan kata-katanya. Kakinya tak sadar terus memundur hingga dirinya benar-benar diujung.
"Peganglah, Taeyong." ucap Taeyeon lagi, masih memberikan tangannya. Taeyong hanya menatap itu tanpa bisa menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku.
Melihat Putranya yang hanya terdiam. Senyum yang tadinya merekah, meredup secara perlahan. Sorot mata Taeyeon bertambah tajam, bibirnya mengatup rapat.
"PEGANGLAAHHH." teriaknya keras, Taeyong yang sedari tadi menahan takut terlonjak dan tak sadar mengambil langkah mundur dengan lebar hingga tubuhnya melayang, gravitasi menariknya kuat, tangannya berusaha menggapai ujung tebing yang tak akan pernah bisa digapainya.
"AAAKHHH—."
.
.
.
.
.
Mata bulat yang semula terpejam terbuka secara tiba-tiba dengan lebar, nafasnya terengah, peluh bercucuran membasahi pelipisnya padahal suhu sedang dingin-dinginnya. "Hhh...Hhh..."
Taeyong menoleh kesamping, mendapati Jaehyun yang masih terlelap karena hari masih larut malam. Taeyong mendudukkan tubuhnya perlahan, mengusap wajahnya kasar. Untung saja Taeyong tidak berteriak, jika tidak pasti Jaehyun juga akan terbangun.
Tangannya meraih laci nakas untuk mengambil obat tidurnya, tapi botol itu terlepas dari tangannya secara tiba-tiba. Taeyong menunduk kebawah ranjangnya untuk mengambil botol obat itu, saat kepalanya terangkat.
Sosok wanita dengan jubah putih, serta kulit yang memucat, dan seringaian lebar muncul tepat didepan wajahnya, begitu dekat tanpa jarak.
Peluh Taeyong bercucuran, matanya terbuka lebar, nafasnya tersendat-sendat, isakkan mulai terdengar dibibirnya hingga seringaian itu semakin lebar.
"AAAAAKHHHH!!!"
Teriakan serta tangis nyaring Taeyong membangunkan Jaehyun, pria tampan itu dengan cepat mendudukkan tubuhnya dan melihat Taeyong yang mengubur wajahnya diantara kakinya sendiri. "TAEYONG!!!"
Jaehyun mencoba mengangkat kepala Taeyong, namun isakkan pria mungil itu semakin nyaring. "Sayang, ini aku Jaehyun."
Taeyong yang mendengar itu dengan cepat meraih Jaehyun dan memeluk leher kokoh itu, menenggelamkan seluruh wajahnya disana, meminta perlindungan pada Bodyguardnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bodyguard (JAEYONG) ✔️
Любовные романы{COMPLETE} {SUDAH DIBUKUKAN} {PART LENGKAP} "Stay with me and protect me forever, My Bodyguard." •JaeyongArea. •BxB •Homophobic? Jangan mampir ya~
