Chap 20

395 48 1
                                    













Hari menjelang malam, Liam masih sibuk menemani Belle mengerjakan PR milik anaknya, sedangkan Belle gadis kecil itu terkadang mengganggu Liam.

Belle tertawa saat berhasil menggigit telinga papanya, hingga membuat Liam menahan sakit, Liam menatap Belle lalu meletakan pensil yang dia pegang.

"Belle." Ucap Liam menatap tajam kearah Belle.

Belle yang awalnya tertawa berubah menjadi takut, takut kalau papanya marah.

" M maaf, papa." Gumam Belle.

"No papa tidak akan maafkan Belle." Liam memangku Belle lalu menggelitik perut Belle hingga gadis kecil itu terkikik geli.

"Hihihihi!! papa!! geli!! hahahaha!! ampun pa, Belle janji tidak nakal!" Liam tertawa sambil menatap wajah Belle.

" Janji?? Belle harus selesaikan pr nya sebelum mommy pulang, kalau tidak papa yang kena marah." Ucap Liam sambil memperlihatkan wajah sedihnya, Belle menahan tawanya lalu mencium pipi Liam.

"Ne papa!"

"Nak." Liam menoleh kearah pintu kamar.

Minyoung berdiri membawa sepiring biskuit yang dia buat tadi.

"Eomma, eomma bisa panggil Liam,.tidak usah repot repot begini, nanti eomma lelah bagaimana??" Liam mengambil alih piring dari tangan Minyoung.

Minyoung tertawa lalu mengusap pelan pipi Liam.

"Tidak apa, itu untuk cucu eomma, lihat bahkan perilakunya seperti Rosie." Liam tersenyum melihat Belle yang sibuk mengerjakan PR.

"Aku seperti dapat dua Rosie." Ucap Liam.

"Belle ini, bilang terimakasih pada grandma." Liam menaruh piring tadi di sebelah Belle.

"Telimakasih glandma." Ucap Belle senang.

" Appa sudah minum obatnya eomma??" Minyoung mengangguk.

"Baguslah, besok akan aku panggilkan temanku agar memeriksa appa." Jelas Liam.

Saat tengah berbicara ponsel Liam berdering, mau tak mau lelaki itu mengangkatnya.

"Halo??"

"Aah, aku akan kesana."

Liam mematikan ponselnya.

"Eomma, aku harus kerumah sakit, aku titip Belle ne, jika ada apa apa langsung telpon aku saja." Jelas Liam, Minyoung mengangguk.

"Ne, hati hati ya."









Di sisi lain, Rosie dan Jeno kehilangan mobil Junhoe, mereka berhenti di pinggir jalan pedesaan yang bahkan mereka sendiri bingung itu dimana.

" Minta Seojong melacak tempatnya." Ucap Rosie, Jeno mengangguk, mencoba menelpon Seojong.

" Aku rasa dia tau kalau kita mengikutinya." Ucap Rosie.

" Noona, Seojong masih melacaknya, katanya akan membutuhkan waktu lama." Jelas Jeno, Rosie menghela nafas kasarnya.

"Coba kita cari di sekitar sini mengkin kita bisa menemukan mobilnya." Ucap Rosie di balas anggukan oleh Jeno.

Junhoe turun dari mobilnya, menatap kearah sekitar, dia menghela nafasnya saat tidak melihat mobil milik Rosie.

Junhoe kembali ke mobilnya, menatap seorang pria yang tengah tak sadar terikat di kursi belakang mobilnya. Dia pun bergegas mengeluarkan pria tadi, menyeret tali yang terikat di tangan pria tadi membawa masuk ke dalam sebuah rumah tua.

Love in DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang