Chap 3

951 107 6
                                    








~~~~■■■~~~~







9 tahun kemudian.


" Hon!! ayo sarapan!!"

"Sebentar hon, belle papa makan dulu ya, kita main lagi nanti."

"Huaaa!! mom!! papa nakal!!" Gadis berumur 4 tahun berteriak membuat sang ibu yang tadinya di dapur bergegas mendatanginya.

" Yaakk!! Liam!! kau apakan Arabelle??"

Lelaki itu Liam, dan ibunya Rosie. Mereka memutuskan menikah dan sekarang memiliki anak perempuan yang manis.

" Aku tidak melakukan apapun, maafkan papa ne, ayo ikut makan dengan papa." Liam menggendong Arabelle, membiarkan gadis kecil itu duduk di pundaknya.

" Hon, apa kita harus menitipkan Belle lagi?? malam ini aku ada banyak kasus yang harus di tangani." Rosie berucap dengan wajah lelahnya, Liam tersenyum lantas dia usap pelan pipi Rosie.

" Tidak usah, aku akan pulang cepat dan menjemputnya nanti, hari ini aku tidak ada jadwal operasi." Jelas Liam, Rosie tersenyum senang lantas dia peluk erat Liam.

" Mom! jangan peluk papa! papa punyaku." Rosie menatap Arabelle lantas berpura pura kesal.

" Hmm, no papa punya mommy, dan Arabelle tidak punya siapa siapa." Ujar Rosie, seketika kedua mata Arabelle berkaca kaca lantas menangis.

Liam tertawa lantas dia peluk Arabelle.

" Astaga hon, semua punya papa." Ujar Liam lantas menarik Rosie dan memeluk keduanya.

" Apa kita terus berpelukan?? ayo sarapan." Ujar Rosie.

" Ayo Belle kita makan!"

Rosie beruntung memiliki Liam, lelaki itu sungguh cekatan menjadi seorang suami, perhatian, dan bahkan sangat menyanginya dan Arabelle.

Liam selalu mengutamakan keluarganya, sebisa mungkin dia pulang tepat waktu.

Bagi Rosie, Liam adalah suami idaman yang pasti diinginkan wanita di liar sana. Tak jarang dia harus ekstra menjaga suaminya itu karena pasti banyak pasien maupun teman kerja yang selalu menggoda suaminya itu.








Liam dan Rosie kini berada di sekolah Arabelle, keduanya mengantar Arabelle yang pertama kali masuk sekolah.

" Huaa!!, papa mommy!! Belle ingin pulang!!" Rosie tersenyum lantas berjongkok dan mengusap pipi Arabelle yang basah karena air mata.

Liam yang ada di belakang menahan tawanya sambil mengambil foto dari ponselnya.

" Belle, nanti kalau Belle tidak rewel, papa jemput lalu kita jalan jalan ne??" Arabelle yang awalnya menangis menatap dengan mata berbinar kearah Liam.

" Benarkah pa?? Arabelle bisa bermain nanti??" Tanya Arabelle.

Liam berjongkok lantas mengusap rambut anaknya itu.

" Tentu, nanti ya, setelah Belle pulang sekolah." Jelas Liam, Arabelle menurut, lantas menggandeng tangan gurunya dan melambaikan tangan kearah Rosie dan Liam.

Love in DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang