Jam menunjukkan pukul 03.40 pagi, Liam berjalan menuju ruang rawat dimana istrinya dirawat. Lantas dia lihat Rosie yang tertidur lelap dengan Belle disisinya, Liam hanya tersenyum lantas berjalan menuju sofa yang tak jauh, lalu menidurkan diri karena tubuhnya terasa Lelah.
Tak terasa hari sudah siang, Liam juga sudah berada di ruang kerjanya, jadwalnya cukup padat. Sedangkan Rosie, gadis itu berada di taman rumah sakit untuk sekedar mengambil Udara segar, berbaring di rumah sakit terlalu Lelah baginya.
" Rosie, tunggu disini ne, aku harus melaporkan ini ke dokter Liam." Ujar perawat yang mendorong kursi rodanya.
" Tentu."
Setelah kepergian perawat itu, Minho datang bersama Jeno dan Sungho. Rosie menatap kearah ketiganya, jantungnya berdetak kencang, karena selama ini dia belum terlalu tau latar belakang suaminya itu. Bahkan Rosie enggan bertanya, karena tau masa lalu suaminya itu kelam.
" Aku bingung harus mencari tau dari mana, untungnya Jeno punya rekan di BIN."
" Iya noona, temanku itu kerja disana dan aku meminta tolong."
Sungho memberikan sebuah amplop coklat ke Rosie.
" Kau coba baca, awalnya kami terkejut tau itu.
Rosie membulatkan kedua matanya saat tau siapa Liam sebenarnya, Ayahnya di bunuh beberapa tahun lalu, ibunya Yoona salah satu petinggi di Korea, dia tak menyangka itu. Ayahnya yang mempunyai dua istri melahirkan Mark dan juga Liam.
" Aku heran, apa kau tidak pernah tanya padanya?"
Tangan Rosie bergetar tak terasa air matanya juga mengalir.
" A aku, a aku tidak pernah."
" Lalu apa yang akan kau lakukan?" Tanya Sungho.
" Saat aku terbangun setelah di tembak, malam itu aku mendengar seseorang memasuki kamarku. Dia berpakaian serba hitam, aku hanya melihat sedikit, punggungnya saja karena dia menatap lama anakku. Saat dia mau pergi aku bisa merasakan dia di dekatku, orang itu, memakai parfum yang sama dengan suamiku. Aku juga melihat tangan yang berbalut sarung tangan berwarna merah pekat."
Ketiganya terkejut mendengar penjelasan Rosie.
" Kau? Kenapa tidak membicarakannya jika tau!" Rosie menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
" Aku ragu, aku tidak tau siapa itu dan entah Kenapa dia memiliki aroma yang sama dengan suamiku!" Ujar Rosie dengan tangisnya.
" Lalu, apa rencanamu?"
" Tolong, pantau terus suamiku selama 2 minggu ini. Entah Kenapa firasatku buruk tentang ini."
*
*
*
*
1 bulan berlalu,1 bulan kecemasan Liam alami karena belum ada tanda tanda yang terjadi semenjak perkelahian dengan Mark. Bagi Rosie, gadis itu mencurigai suaminya, entah apa yang Rosie tidak ketahui selama ini.
Selama 1 bulan itu, Rosie juga sudah mendapat beberapap informasi dari rekan rekannya, tentang beberapa kegiatan Liam belakangan ini. Semua informasi itu membuat Rosie sangat tertekan, tak jarang gadis itu merasakan kram di perutnya karena kandungannya juga sudah Nampak membesar.
" Ayolah sayang, Kenapa kau tidak bilang jika kau selalu mengalami kram perut!!"
" Entah lah hon, akhir akhir ini aku cukup banyak pikiran." Ujar Rosie menatap Liam dengan senyum terukir di bibirnya.
" Astaga! aku takut terjadi sesuatu dengan kau dan bayi kita. Kau tau juga akhir akhir ini aku banyak jadwal operasi." Balas Liam mengusap lembut kepala sang istri.
Rosie menghela nafasnya, benar, selama ini belum ada hal yang terjadi. Tapi saat itu Rosie di beritau Minho kalua Liam bertemu Yoona. Hal itu membuat nya berfikir lebih.
" Maaf membuatmu cemas, aku hanya tidak ingin merepotkanmu dikala kau banyak jadwal operasi."
" Hei, jangan berkata seperti itu! aku ini suamimu, aku suka kalua kau repotkan." Ujar Liam dengan senyumnya.
" Benar, kau suamiku dan tak mungkin berbohong padaku kan?" Tanya Rosie, Liam yang mendengar perkataan Rosie tertegun sesaat.
" Tentu, aku tidak akan berbohong padamu, Rosie saraghae." Liam memeluk Rosie erat. Lelaki itu memejamkan kedua matanya merasakan usapan yang Rosie berikan. Tak terasa air mata jatuh.
Bohong jika dia tak sakit hati, rasanya sakit sekali. Kini sang istri mengetahui kebohongannya, namun Liam memilih diam dan membiarkan kebohongannya sendiri di bongkar oleh istrinya. Yang dia inginkan ini semua harus berakhir meskipun kedepannya resiko buruk menghadapinya.
*
*
*
*
Rosie tengah berkutat dengan laptopnya, malam ini dia pulang tidak terlalu larut, setelah kasus pembunuhan 1 bulan yang lalu, belum ada tanda tanda lagi tentang pelaku dan Rosie harus segera menuntaskan kasus itu.
Dia menyandarkan punggungnya di kursi kerja, lantas menatap putrinya yang tengah bermain.
" Belle, mau makan malam dengan apa?" Tanya Rosie.
" Mau makan bersama papa, papa kapan pulang?" Rosie tersenyum lalu duduk di samping putrinya.
" Nanti, papa harus mengerjakan suatu hal, mommy buatkan bulgogi?" Belle tersenyum dan mengangguk.
" Cium mommy dulu ya, nanti mommy buatkan yang paling enak." Ujar Rosie, dia tertawa saat Belle mencium pipi dan bibirnya.
" Baiklah, Belle main dulu, nanti mommy akan panggil jika sudah selesai."
" Apa kau juga buatkan aku makanan, Rosie ssi?!"
Rosie tertegun saat mendengar suara seorang laki laki di luar, suara itu bukan dari suaminya.
" Mom! apa itu papa?" Rosie menahan tangan putrinya yang hendak berlari keluar kamar.
" Kunci pintu dari dalam ne, buka jika Belle dengan suara mommy." Ujar Rosie dengan wajah panik dan khawatir. sedangkan Belle, Anak itu hanya mengangguk dengan wajah bingung.
Rosie melangkahkan kakinya keluar kamar, seketika dia ingin menjatuhkan tubuhnya melihat seseorang yang tengah duduk santai di ruang televisi, dengan senyuman Lelaki itu melambaikan tangannya kearah Rosie.
" Apa kabar, adik ipar, lama aku tak mengunjungimu dan keponakanku."
#####
Selamat Membaca
jan lupa vote n komen
sekian..

KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Darkness
Fiksi PenggemarKisah seorang dokter muda terkenal, Liam Brucwailer dan seorang detektif kepolisian yang handal Roseanne Park. ⚠️disclaimer⚠️ beberapa part ada gambar yang mungkin sensitif bagi beberapa readers.