Minho, Sungho dan Suho memandang pisau bedah yang ada di depan mereka menunggu kedatang Rosie yang sebelumnya sudah mereka beritau."Bagaimana?? apa kalian sudah tau pisau ini berasal dari rumah sakit mana??" Tanya Rosie yang baru saja datang, mendengar pertanyaan rekannya Minho menghela nafas.
" Dari rumah sakit suamimu, ada label yang tertera di pisau itu." Rosie sedikit terkejut.
" Ayo, kita harus ke rumah sakit itu untuk mendapat lebih banyak petunjuk."
Mereka pun bergegas ke rumah sakit, sedangkan disisi lain Liam bukannya pergi ke Jeju lelaki itu menetap di mobil sambil melihat gerak gerik seseorang.
"Kau akan mati hari ini, Mark." Gumam Liam sambil turun dari mobilnya menggunakan pakaian serba hitam, mengikuti jalannya seorang lelaki yaitu Mark.
Di rumah sakit Rosie dan yang lain tengah mengintrogasi satu persatu dokter bedah yang ada disana tak terkecuali Irene.
" Haduh kalau itu aku juga tidak tau, selama ini tidak ada yang berani menyentuh barangku." Ucap Irene, Rosie mengangguk.
" Aaahh ngomong ngomong, apa Liam tidak marah kau bekerja hari ini??" Tanya Irene, Rosie tersenyum dan menggeleng.
"Tidak, dia sedang pergi untuk jadwal operasi." Balas Rosie, Irene mengerutkan keningnya bingung.
"Operasi??? operasi apa??" Pertanyaan Irene membuat Rosie bingung
"Eh, Unnie tidak di beritau?? katanya dia pergi ke Jeju untuk operasi." Irene pun hanya mengangguk ragu.
"Hahaha, benar aku lupa." Gumam Irene, namun di hatinya dia bingung, padahal Liam tidak ada jadwal apa apa.
" Eh Unnie, Liam tidak ada jadwal ke Jeju, jika ada dia pasti memberi tau ku." Ucapan Somi membuat Irene membulatkan kedua matanya sedangkan Rosie menatap Somi bingung.
" Maksudmu?"
" Iya Unnie, Liam pasti mengajakku jika ada jadwal operasi, selama ini aku kan yang mengatur jadwalnya, jadi jika ada sesuatu yang mendadak dari atasan ataupun Liam aku pasti sudah mencatatnya di tabku." Jelas Somi, Irene hanya bias terdiam sedangkan Rosie terdiam dan melangkahkan kakinya pergi.
Sesampainya di bandara Jeju, ponsel Liam berdering sang istri menelpon.
" Iya Hon? aku baru saja sampai." Balas Liam.
Liam terdiam saat mendengar Rosie yang tengah marah di telpon, dia hanya bias menghela nafasnya.
" Aku ada pekerjaan Rosie, tolong mengertilah." Liam terdiam saat teriakan Rosie terdengar nyaring di telinganya, sudah bias di tebak, Liam tidak mau marah dengan Rosie sekalipun gadis itu membentak.
" Baik aku akan pulang, mungkin tiket penerbangan sebentar lagi, aku akan segera pulang." Liam mematikan ponselnya lantas duduk di ruang tunggu, memejamkan kedua matanya sambil memegang erat ponselnya.
"SHIT, kau lolos kali ini Mark!!"
Rosie terdiam menatap barang bukti pisau bedah yang belum memiliki titik terang sampai saat ini, bahkan rumah tempat suaminya bekerja bukan tempat pisau ini berasal. Rasa curiga dan rasa kesal atas suaminya yang telah berbohong membuat mood nya buruk.
" Aku dapat berita!!"
Suho. Sungho, dan yang lain berkumpul saat Minho datang.
" Apa? jangan bilang ini tidak penting, dapat nomor togel?"
" Mulutmu!!"
" Aku tadi mendatangi rumah Jieun, kata tetangganya wanita itu punya anak. Han Sol itu nomor anaknya." Rosie menatap kearah Minho dengan tatapan tajam.
" Woah, Suho, dia tak akan membunuhku bukan?"
" Mungkin akan mencincangmu." Balas Suho dengan candaan.
" Lalu? tunggu apa lagi? cepat cari tau kemana anak itu pergi!! mungkin saja dia di culikoleh pembunuhnya!" Balas Rosie ketus.
" Aku pulang dulu, apa boleh?" Suho mengangguk, Rosie membereskan tas nya lalu beranjak untuk pergi.
Namun Suho menahan tangan Rosie membuat gadis itu menoleh.
" Bagaimana jika pembunuhnya kakak suamimu? Mark?"
" Aku tidak segan membunuh lelaki itu, toh suamiku juga membencinya." Balas Rosie singkat lalu beranjak pergi.
Sedangkan Suho hanya menatap kepergian Rosie sambal menghela nafasnya.
Waktu menunjukkan jam 8 malam, Liam sampai di rumah dengan keadan yang Lelah dia langsung merebahkan diri ke sofa, namun belum saja dia duduk sebuah tamparan mendarat di pipinya membuat lelaki itu menoleh dan menatap kaget kearah Rosie yang menatapnya tajam.
" Sejak kapan kau membohongiku?" Pertanyaan singkat membuat Liam terdiam.
" M maaf, a aku tidak bermaksud berbohong hon, akan aku ceritakan kenapa aku berbohong padamu." Balas Liam menatap kearas Rosie, agar istrinya itu tidak marah.
" Liam, baru kali ini kau berbohong dan itu membuatku sangat sakit, mendengar dari Somi jika kau ke Jeju bukan urusan pekerjaan, lalu kau kesana karena apa??" Tanya Rosie dengan kedua mata berkaca kaca.
" Oooh ayolah, jangan menangis ne, aku tidak ingin membuat mu menangis seperti ini, bahaya untukmu dan kandunganmu jika kamu stress" Ucap Liam sambal memeluk gadis itu, mengusap pelan punggung Rosie membuat gadis itu tenang.
" Aku kesana untuk bertemu dengan Mark, dia menelponku kemarin katanya dia ingin memberitahuku sesuatu, aku tau jika aku bicara ini kau tak akan mengijinkanku." Balas Liam bohong.
Sebenarnya niat lelaki itu kesana untuk membunuh kakaknya bukan bertemu saja, agar semua cepat selesai dan dia bisa hidup tenang dengan keluarganya.
Rosie menghela nafasnya, walaupun memendam rasa curiga tapi dia sebisa mungkin tidak menunjukkan itu pada Liam.
" Mana Belle? di sudah tidur?" Rosie mengangguk lantas duduk di sofa, Liam yang paham istrinya itu masih marah duduk di samping Rosie mengusap punggung Rosie perlahan.
" Maaf ne, lain kali aku akan bilang jika akan pergi." Rosie menatap kearah Liam lalu memeluk suaminya itu erat.
" Bodoh! apa kau pikir aku tidak terkejut dan khawatir? isshhh ingin rasanya ku kurung kau dikamar." Hening sesaat Rosie menyadari ucapannya yang terdengar "salah" sedangkan lelaki disampingnya itu sudah menatap dengan wajah mesum.
" Hehehe kalua itu mau mu aku bisa apa?" Balas Liam lantas menggendong Rosie masuk ke kamar.
" YAAHHH!! AKU HAMIL BODOH!"
Selamat Membaca dan jangan lupa vote gaes!!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Darkness
FanfictionKisah seorang dokter muda terkenal, Liam Brucwailer dan seorang detektif kepolisian yang handal Roseanne Park. ⚠️disclaimer⚠️ beberapa part ada gambar yang mungkin sensitif bagi beberapa readers.