Chap 38

344 55 0
                                        

" A a ada di mana aku?"

" Bos! k kau disini? apa aku selamat?"

Liam terdiam mendengar pertanyaan Anak buahnya itu."

" Ya atau mungkin tidak akan."

Dengan cepat sayatan pisau mengenai pembulu darah yang ada di leher Lucas, luka lebar terbentuk darah bercucuran deras mengenai wajah Liam. Namun Lelaki itu tersenyum tipis, belum sampai situ, tangan Liam bergerak menusukkan pisau yang dia bawa kearah mata dan juga dada Lucas. Hingga organ dalam yang Lucas miliki hampir keluar.

" Cih, tidak berguna." Gumam Liam menatap datar kearah Lucas yang kini sudah tidak bernyawa.

Lelaki itu menaruh pisau yang dia pegang di atas meja di samping ranjang, lantas berjalan pergi meninggalkan kamar rumah sakit itu.

*

*

*

*

" Tersangka pembunuhan berantai, terbunuh di sebuah kamar rumah sakit. tidak hanya itu, polisi yang menjaga di area kamar tersangka di temukan tak sadarkan diri di depan pintu kamar. belum di ketahui siapa pelaku yang menjadi dalang pembunuhan ini. polisi juga tengah mencari siapa pelaku sebenarnya."

Rosie menghela nafasnya kasar saat melihat berita yang tersiar di TV, gadis itu menoleh kearah sofa dimana Belle tertidur nyenyak.

" Rosie?!! sejak kapan kau sadar?!!" Rosie tersenyum saat melihat sang suami yang datang dengan beberapa perawat di belakangnya.

" Maaf aku tidak menemanimu, aku harus mengurus kekacauan yang ada di bawah, wartawan banyak yang ingin bertemu denganmu." Ujar Liam sambil mengusap kepala sang istri.

" Aku sudah berhasil mengangkat pelurunya, tapi kau harus istirahat karena lenganmu masih cidera."

" Iyaa, rawat aku ne." Ujar Rosie lirih.

" Dok, sudah selesai, mari kita ke pasien yang lain." Liam menatap Somi datar.

" Apa kau tak lihat aku sedang khawatir dengan istriku!"

" Apa kau tak lihat pasienmu sangat banyak!!" Liam menghela nafasnya lantas mengecuk dahi Rosie.

" Aku akan Kembali setelah ini dan juga Irene akan datang menjengukmu." Rosie mengangguk.

Lalu dengan berat hati, Liam pergi meninggalkan sang istri. Senyum Rosie hilang saat Liam pergi tatapan penuh dengan tanda tanya Rosie berikan saat suaminya meninggalkan ruang rawatnya.

-malam itu-

Rosie mengedipkan kedua matanya, rasa sakit menjalar di seluruh kepalanya, bahkan hendak menggerakkan tangannya terasa kaku, dia baru ingat, beberapa jam yang lalu dia tertembak. Dengan kedua mata yang sayu Rosie melirik kearah kanan dan kiri namun hanya ada sang Anak yang tengah tertidur lelap, sang suami entah kemana namun pikiran Rosie Lelaki itu pasti sedang mengurus pasiennya. Hendak menutup kedua matanya, Rosie mendengar suara gesekan pintu terbuka dengan cepat dia tutup mata ruangan yang sangat sunyi membuat Rosie hanya bisa mendengar suara peralatan rumah sakit dan Langkah kaki seseorang.

Dengan perasaan campur aduk, Rosie sedikit mengintip untuk melihat siapa yang datang. Namun seketika perasaan curiga menjadi sangat takut saat melihat seorang Lelaki dengan pakaian serba hitam menatap kearah anaknya, Rosie bisa melihat tangan Lelaki yang berbalut sarung tangan putih itu berwarna merah pekat seperti darah. Kembali dia menutup kedua matanya saat Lelaki itu bergerak. Entah kemana tapi Rosie bisa merasakan bahwa Lelaki itu mendekat kearahnya. Jnatungnya berdetak kencang takut terjadi apa apa padanya dan anaknya.

Tidak ada sepatah kata yang Rosie dengar, bahkan sebuah sentuhan tidak Rosie rasakan, hanya Langkah kaki yang mulai menjauh. Namun satu hal yang Rosie ingat, aroma tubuh yang selalu membuatnya candu kini dia cium dari Lelaki tadi.

*

*

*

*

" Waahh benar benar kurang ajar pembunuh itu, dia membuatku bekerja 2 kali lipat."

" Hahaha, kau tau, dari pada mengejar penjahat kadang aku iri dengan pekerjaanmu." Irene tertawa saat mendengar ucapan Rosie.

" Ahjumma." Irene menoleh kearah Belle.

" Belle ah, aku masih muda tauu, jangan panggil ahjumma." Belle tertawa saat melihat Irene merengek.

Begitu juga dengan Rosie yang senang melihat sang Anak tertawa.

" Oh iya, ini aneh, aku dengar dari Suho ada rekaman cctv kalua pelaku masuk kekamar dan mengambil pisau bedah untuk membunuh korban." Jelas Irene, membuat Rosie terdiam.

" Benarkah?"

" Iyaa, waah entah dia ceroboh atau Bagaimana ak-" Ucapan Irene terhenti saat Rosie tiba tiba menatapnya.

Sadar apa yang dia ucapkan Irene hanya terdiam dan tersenyum.

" Tapi syukurlah kau baik baik saja, kau tau Bagaimana Liam marah kepada Suho Lelaki itu bahkan ingin menampar wajah bosmu." Canda Irene yang berusaha mengalihkan pembicaraan.

Berbeda dengan Rosie gadis itu Nampak curiga dan bingung dengan ucapan Irene, seolah olah gadis itu mengetahui sesuatu.

Di sisi lain, Liam tengah berdiri di hadapan seorang wanita, tatapan tajam di berikan wanita itu.

" ANAK BODOH!!!"

" KAU PIKIR DENGAN MEMBUNUHNYA SECARA TERANG TERANGAN AKAN MEMBUAT MARK KELUAR DARI PERSEMBUNYIANNYA?!!"

" Maaf." Hanya sepatah kata yang Liam ucapkan di hadapan Yoona, wanita tua itu berdiri lantas mengusap kepala anaknya.

" Kau habisi Mark malam ini, aku benci melihat wajahnya, wajah yang mirip dengan si jalang itu!" Liam mengeratkan kepalan tangannya, lantas Lelaki itu mengangguk.

" Aku sudah siapkan orang untuk menjebaknya, kau datangi dia dan bunuh dia malam ini."

*

*

*

*

Waktu ke Waktu telah berlalu tak terasa sudah jam 9 malam, Liam terduduk menatap istrinya yang tengah bermain dengan Belle, senyum tipis terukir di wajah tampannya, Rosie yang menyadari itu menatap heran kearah sang suami.

" Wae? Kenapa menatap kami seperti itu?"

" Aaahh, tidak, hanya saja aku rindu momen moen ini." Rosie tersenyum lantas menyuruh Liam untuk mendekat.

" Aku juga, sudah lama kita tidak berkumpul seperti ini." Ujar Rosie sambil memeluk Liam, menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang suami.

" Iiihh! mom, minggir, papa punya Belle!"

" Belle! biarkan papa bersama moomy dulu!! mommy kangen!!"

" Tidaak!! no, no, no!! mom pergi dulu!!"

Liam terkekeh saat melihat pertengkaran ibu dan Anak di hadapannya ini.

" Hahaha, tapi papa memilih adik Belle." Liam mengusap perut Rosie membuat wanita itu tersenyum.

" Papa papa, adik Belle nanti berapa? apa hanya satu?" Liam mengangguk membuat Belle cemberut.

" Wae? apa Belle tidak suka punya adik?" Tanya Rosie bingung.

" Kurang mom, Belle mau empat." Ucapan Belle membuat Liam menatap penuh arti kearah Rosie.

" Yaakk!!"

" Kenapa? aku belum mengucapkan apa apa." Balas Liam yang gugup melihat tatapan tajam dari Rosie.

" Aku tau maksudmu! ini saja belum lahir mau minta lagi! lama lama aku mau kau yang hamil!!"

#####

Selamat membaca

VOTE N KOMENNYA CUK JAN LUPA!!!!!!!!

YA SEKIAN

TERIMAKASIH

FAKYU YANG BUAT RUMOR GA JELAS :)

Love in DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang