Malam harinya, kini mereka tengah berada di pesawat, dengan Liam yang duduk di tengah, Rosie sedari tadi menempel pada suaminya, entah kenapa dia mengingat kejadian sebelum pulang dan itu sangat memalukan baginya.
Sedangkan Belle, gadis itu tertidur dengan paha Liam sebagai bantalan. Liam masih sibuk memperhatikan Rosie yang menyembunyikan wajah di lengannya.
"Apa kau tidak pengap??" Tanya Liam, Rosie menatap wajah Liam, sedangkan lelaki itu hampir kelepasan melihat wajah Rosie yang memerah.
" Mau ku pukul??!" Kesal Rosie yang melihat suaminya menahan tawa.
"Wae?? sudah ku bilang lupakan." Ucap Liam santai, di balas cubitan. Yang lagi lagi harus membuat Liam menahan sakit.
"Ne ne, maaf maaf."
"Isshhh!! kenapa kau tidak bedakan obat itu??" Liam hanya menggaruk tenguknya.
"Sudah aku sembunyikan, tidak apa, aku suka melihatmu yang seperti tadi." Ucap Liam sambik menaik turunkan alisnya, jangan lupa senyum mesum lelaki itu.
" Stop! jangan tunjukkan wajah mesummu itu!"
"Neee."
Setelah menempuh perjalanan lama, akhirnya mereka sampai di Korea, Liam bergegas memesan taksi agar cepat pulang ke rumah.
Ada rasa khawatir di hatinya mengingat para anak buah yang dia suruh belum memberi kabar apa pun.
"Li?? wae?? apa ada sesuatu?? kenapa wajahmu panik seperti itu??" Liam tersenyum mengusap pelan pipo Rosie.
" Tidak ada, perutku sakit, kurasa panggilan alam datang di waktu yang salah." Jelas Liam sambil memegangi perutnya.
Tentu saja itu pura pura, agar Rosie tidak curiga.
" Pak lebih cepat ne." Ucap Rosie pada supir taksi.
Hampir setengah jam berlalu akhirnya mereka bertiga sampai ke rumah, namun Liam dan Rosie heran karena rumah sepi, bahkan gerbang di biarkan terbuka begitu saja.
"Li?" Liam menggenggam erat tangan Rosie, dan menggendong Belle.
Ketiganya masuk perlahan.
Rosie terdiam, perasaannya campur aduk.
Liam terkejut saat mendapati pintu rumahnya yang sedikit terbuka. Sedangkan Rosie gadis itu semaking mengeratkan pegangannya pada tangan Liam.
Mereka pun masuk, namun saat masuk, keduanya di kejutkan dengan ceceran darah yang ada di lantai rumah mereka. Rosie yang panik bergegas mencari kedua orang tuanya, namun nihil orang tuanya tidak ada di dalam rumah.
Liam berlari ke belakang rumah, nafasnya terengah, jangtubgnya berdegup kencang, tangannya bergetar tak terasa air mata menetes.
"SAYANG!! apa kau menem-" Ucapan Rosie terhenti saat melihat apa yang ada di depannya.
Seketika dia terduduk di halaman belakang rumahnya, terkejut melihat semuanya.
"EOMMA!! APPAA!!"
" Rosie!" Liam menahan Rosie agar tak lari kearah ibu dan ayahnya.
Rosie menangis sejadi jadinya, melihat kedua orang tuanya terbunuh di halaman belakang.
Dengan pisau yang menancap di mata keduanya.
Begitu juga dengan Belle yang bersembunyi ketakutan, memeluk erat leher Liam.
"Liaamm!! appa eomma!! hiks hiks!! andweeee!!!" Liam memeluk Rosie erat, hatinya merasa sakit melihat semua ini, dia benar benar akan membalas perbuatan siapapun yang membunuh mertuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Darkness
FanfictionKisah seorang dokter muda terkenal, Liam Brucwailer dan seorang detektif kepolisian yang handal Roseanne Park. ⚠️disclaimer⚠️ beberapa part ada gambar yang mungkin sensitif bagi beberapa readers.