Part 38 - they're all doomed.

538 59 10
                                    

Lisa membantunya berpakaian dan memulas make up. Alasannya karena dia bergerak lamban dan malas-malasan untuk janji temu sore ini. Dari awal pun dia memang tidak berniat. Siapa pula yang ingin kesana? Lisa bergegas mengeringkan rambutnya dengan hair dryer sambil sesekali menyisirnya rapih.

"Bagaimana ini?" nada suara Lisa terdengar panik. "Kita tidak punya waktu banyak namun aku tidak tahu harus melakukan apa dengan rambutmu!"

"Tidak usah diapa-apakan."

"Tidak bisa! Akan terlihat sangat plain!"

Thea memutar bolamatanya. "Bohemian?"

"AH BENAR!"

Dia hanya asal bicara saja dengan nama itu, ketika ingat dengan majalah hair-do yang pernah dibacanya saat di salon. Thea tidak pernah up-do hair-nya dengan model seperti itu. Paling niat hanya mencepol rapih dengan ala semi-bridal. Lisa bergerak cekatan dan akhirnya selesai menata rambutnya.

"Tinggal memakai dress."

"Dress?" Thea menoleh ke belakang. "Oh ayolah, biarkan aku memakai celana!"

"Tapi ini sudah ditentukan oleh Nyonya," Lisa menelengkan kepala menatap dress yang tergantung di sisi meja rias. Itu backless dress yang panjang hingga mata kaki berwarna hitam. "Tidak ada yang salah ataupun aneh dengan ini."

Thea memutar bolamatanya. Memang tidak, batinnya. Hanya saja dia tidak bisa menendang dengan leluasa jika memakai dress itu. Gerakannya sangat terbatas, mungkin hanya berfokus pada kekuatan tangan.

Escape plan-nya harus lebih banyak jika kekuatan offensive berkurang. Thea mengangguk dengan gagasan itu. Kita lihat nanti, tergantung medan yang akan dia hadapi.

Lisa pikir anak majikannya ini tetap akan menolak, keras kepala, tantrum dan berakhir menggunakan celana jins, tapi ternyata gadis itu bersikap kooperatif. Bahkan, cara jalannya ketika menggunakan high heels dan dress sangatlah anggun.

"Banyak hal yang berubah," gumam Lisa senang. Thea jadi lebih mudah mengontrol emosi dan perilakunya. Itu sangat bagus.

"Tentu saja," sahut Thea membuat Lisa terkejut. Pendengaran Thea masih sama tajamnya.

"Dan aku akan membuat perubahan besar di rumah ini, dimulai dari mendepak nenek sihir itu," Lisa meringis, tapi kebringasan Thea belum berubah.

Walaupun tampaknya nyaris selesai, tapi sebenarnya tidak. Ada adegan sepatu yang tidak match, blush on yang terlalu merah dan ujung dress yang tersangkut kaki kursi. Semuanya selesai tepat tiga puluh menit kemudian. Itupun Lisa bersikeras untuk memotret dirinya dalam sepuluh kali take, dan barulah bisa dikatakan benar-benar selesai. Katanya jarang-jarang melihat dirinya yang sangat anggun seperti ini. Lisa nyaris menangis.

"Jangan mengusap matamu terlalu keras!" oceh Lisa untuk yang ke-enam kalinya.

Thea mengangguk dan bersiap masuk ke dalam mobil. Dia memegang sisi kaca dan menoleh kepada gadis itu.

'Jangan lupa!' ucapnya tanpa suara.

Lisa tersenyum simpul sebagai tanggapan dan membantu nyonya mudanya masuk ke dalam kereta kuda. Melepas kepergian kereta kuda modern itu dengan beberapa kali lambaian tangan sebelum masuk ke dalam rumah.

Keheningan tidak terelakkan di dalam mobil selama perjalanan. Nenek sihir itu belum puas mengganggunya dengan mengganti Pak Kim dengan salah seorang body guard yang menculiknya kemarin. Dengan malas dia membuang pandangannya keluar kaca mobil dan melihat pemandangan Seoul yang tidak begitu banyak berubah. Masih bersih, rapih, dan ... kosong.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Best LuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang