Part 27 - Selfish

1.5K 147 20
                                    

Alvar berdecak untuk yang ketujuh kalinya setelah mereka keluar dari basement parkir mall. Keberadaan Thea bisa sangat membantu atau hanya membuatnya jengkel. Seperti saat ini, misalnya.

Thea sangat picky person dan punya pendapat yang sangat jitu tentang segala hal. Alvar jadi tidak perlu pusing-pusing untuk membeli sebuah atau beberapa barang sekaligus namun punya kualitas terbaik dengan harga miring. Tapi hal yang menjengkelkannya adalah, dia terlalu menarik banyak perhatian.

Oh ayolah, Alvar bukan tipe pria yang mengikuti tren kecantikan abad ini. Tapi sepertinya dia mulai tahu sekarang. Gadis Asia tengah digandrungi pria Eropa. Buktinya Thea selalu menyedot perhatian bahkan ketika dia tidak sedang melakukan apapun.

"Mom, apakah kita bisa membeli Minion baru?" celetuk Daniel ketika melewati toko mainan. Mereka saling bergandengan tangan dengan ceria.

Untung saja ada Daniel. Para pria mata keranjang itu langsung mendesah pasrah dan berbalik menjauh ketika melihat gandengan Thea. Dan jika efek Daniel diabaikan, maka Alvar yang turun tangan memelototi mereka semua agar menjauh. Sejauh-jauhnya.

"Hmm...tanya ayahmu." Jawab Thea sambil tetap mencari dimana letak barber shop berada. Mereka sudah mengelilingi lantai satu dan sekarang sudah berada di lantai dua. Sialnya, tidak ada security ataupun pos informasi untuk bertanya.

Daniel langsung menengok ke belakang. Kaget ketika melihat bola mata ayahnya seperti mau melompat keluar. "Dad! Ada apa dengan matamu?"

Thea berhenti dan ikut menoleh. "Alvar? kenapa matamu menyipit begitu? Kau kelilipan?"

"Tidak, Mom. Dad tadi melotot besar!" adu Daniel.

"Benarkah?" Thea melirik Daniel.

Alvar langsung menampilkan ekspressi ceria setelah berhasil menyingkirkan satu lalat pengganggu. "Tidak ada. Kupikir, aku sudah kesulitan untuk melihat dalam jarak jauh."

"Kalau begitu, tebak ini ada berapa jari?" Thea mengangkat sebelah tangannya yang bebas ke udara dan mengacungkan satu jari.

"Satu." Jawab Alvar datar. "Thea, kalau segitu aku masih bisa melihatnya dengan jelas."

Gadis itu langsung menurunkan tangannya dan menyengir. "Apa kita juga harus priksa ke optic setelah cukur?"

Alvar mengangkat kedua bahunya, tanda terserah apa yang Thea mau saja. "Ayo! Sepertinya kita sudah dekat." Lalu mengangkat Daniel ke dalam gendongannya dan merangkul pinggang Thea dengan tangannya yang bebas. Mereka berjalan bersama menuju etalase dekat lift.

"Dad, apa kita bisa membeli Minion Baru?" tanya Daniel lagi. Langsung ingat dengan topic yang terlupakan tadi.

"Tentu saja." Alvar mencium sebelah pipi anaknya. "Tapi dua buah saja ya?"

Daniel memekik girang dan mencium pipi ayahnya dengan brutal.

Thea melihat satu brand body care yang dia sukai tadi, dan mendadak ingin membelinya juga. "Apakah aku juga boleh membeli satu set perawatan body care, Daddy?"

Alvar berjengit. Kata Daddy sangat berpengaruh besar pada otot perutnya. Hanya saja itu berlaku untuk Thea. Apalagi jika dikatakan diatas ranjang. Tapi sebisa mungkin dia menguasai diri dan focus. "Tentu saja."

"Yeay!" Thea memekik girang seperti anak kecil dan mengecup sebelah pipi Alvar. Persis seperti apa yang Daniel lakukan.

Mereka akhirnya menemukan etalase barber shop dan delikan terakhir Alvar pada tiga orang pria sebelum memasuki tempat itu.




Selagi menunggu Daniel yang terlihat mengantuk ketika rambutnya disentuh-sentuh, Alvar masih menjalankan kegiatannya; memelototi para pria yang terang-terangan flirting kepada Thea.

Best LuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang