Part 28 - Mother Day

1.8K 144 20
                                    

Mother day

Thea tidak bisa untuk tidak melongokkan kepalanya ke kursi penumpang belakang pada mobil Alvar. Ada malaikat yang begitu tampan dan gembil dan tampan dan...yeah, tampan sekali yang tidak bisa dia lewatkan barang sedetik saja.

Tunggu, apa Thea lupa untuk menyebut kata 'tampan'?

Daniel tampak begitu memesona saat ini. Jas hitam dan dasi kupu-kupu itu tampak manis. Belum lagi wajahnya yang sangat fresh karena gaya rambut barunya. Dia bertaruh kalau Daniel akan menjadi anak tertampan diantara teman-temannya yang lain.

"Mom, berhenti menatapku begitu." Daniel bersemu merah. "Kau membuatku malu."

Thea akhirnya memekik. "AAAAAAKH! TIDAK BISAKAH KAU DUDUK DIPANGKUAN MOM SAJA? AKU TIDAK TAHAN LAGI!"

Alvar terkekeh. "Jangan, Thea."

"Yeah, jangan." Daniel terkesiap.

Thea kecewa dan tiba-tiba saja matanya berair. "Kenapa?"

"Kau bisa merusak tampilannya jika Danny duduk di pangkuanmu." Jelas Alvar.

Thea baru akan membuka mulutnya, memprotes. Tapi pria disebelahnya itu telah melanjutkan argument lebih dulu. "Jangan bilang 'kau tidak akan' ketika hal yang kau lakukan adalah sebaliknya. Kau pasti akan menghujami Daniel dengan ciuman dan pelukan erat. Bajunya akan kusut dan hairdo nya akan acak-akan lagi."

Thea cemberut, menatap Daniel dengan wajah memelasnya. Berharap sang anak akan luluh. "Ayolah. Mom hanya akan menciummu dua kali saja dan memelukmu selama tiga detik."

Daniel tertawa. "Ooh, Mom. Kumohon jangan menatapku dengan wajah seperti itu. Aku harus menuruti apa kata Dad."

"Dan apa itu, sayang?" Thea memicing.

"Jangan mendekati Mom selama acara berlangsung."

Alvar sudah tidak bisa menahan ledakan tawanya lagi melihat wajah campur aduk Thea. Antara marah-kecewa-mendamba. Bagaimana bisa seseorang melakukan hal itu dan malah tampak sangat memesona?

Dengan wajah yang masih cemberut, Thea menghadap kedepan. "Awas saja kalian."

Daniel tampak khawatir dengan reaksi ibunya. Hal terakhir yang ingin Daniel lihat adalah wajah kecewa Thea. Dia bersumpah tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Dan melihat wajah ibunya sekarang membuatnya merasa bersalah telah menolak permintaan sederhana itu.

Dia baru saja akan beranjak ke kursi depan saat mendapati tatapan sang ayah lewat cermin tengah. Ayahnya itu mengedipkan sebelah mata, tanda bahwa ini akan berlangsung aman. Akhirnya, Daniel tetap diam di tempatnya.

Sebenarnya, dia juga sulit untuk tidak menghambur ke pelukan sang ibu. Bagaimana tidak? Momnya sangat menawan dengan gaun merah—sangat serasi dengan warna dasi yang dia dan Dadnya kenakan—diatas lutut yang pas badan. Termasuk gaun yang sopan untuk dipakai menghadiri acara sekolah. Riasannya tidak menor dan cukup ringan, namun mampu membuat Dadnya terdiam selama semenit ketika melihat ibunya menuruni tangga.

 Riasannya tidak menor dan cukup ringan, namun mampu membuat Dadnya terdiam selama semenit ketika melihat ibunya menuruni tangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Best LuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang