Alvar terdiam mematung, matanya tak lepas memandang sosok yang terbaring lemah dibantu alat pernapasan dan alat pendeteksi detak jantung. Layar datar yang berdiri tak jauh dari bangsal itu menunjukkan denyut yang lemah, cukup lemah untuk bisa disebut denyut jantung.
Setelah berjuang melawan kematian sekitar 5 jam di meja operasi, Sam—Alvar tidak tahu harus memanggilnya siapa, karena terdengar aneh untuk cewek—belum bisa melewati masa-masa kritisnya.
Setelah dipindahkan ke ruang rawat, seorang suster yang menggantikan pakaian Sam langsung mendatanginya dan mengatakan kalau Sam itu seorang gadis. Dan rambut pendeknya hanyalah wig.
"Bagaimana keadaannya?" tanya dokter Collin yang tahu-tahu sudah disebelah Alvar.
"Belum ada perubahan." Alvar menahan nafasnya.
Dokter Collin datang dengan pasokan darah vel negative sekitar 3 kantong, cukup banyak untuk menggantikan darah yang keluar. Entah bagaimana dokter itu tahu kalau dia butuh darah vel negative, karena Alvar belum memberitahu pihak palang merah ataupun rumah sakit pusat.
Firasatku tak enak. Hanya itu yang bisa dikatakan dokter Collin.
"Kau sudah melihat reka ulang CCTVnya?" tanya dokter Collin lagi.
Alvar menggeleng. "Bisakah kau menjelaskan kesimpulannya?"
Dokter Collin menghela nafas sejenak. "Pertama-tama, aku akan menjulukinya sang malaikat. Beberapa malaikat memiliki tugas tersendiri, dalam kasus ini, menolong jiwa manusia yang kesusahan. Gadis ini memiliki jiwa yang sangat berani. Entah apa yang dipikirkannya saat menolong anak kecil itu."
Dahi Alvar mengernyit tidak mengerti.
Dokter Collin melanjutkan. "Dia menolong anak kecil yang ditinggalkan seorang pria dengan sengaja di tengah-tengah zebracross. Gadis ini berlari dengan kecepatan penuh dan melemparkan si anak ke kerumunan orang-orang. Kejadiannya sangat cepat. Tepat setelah dia berhasil melempar anak itu, gadis ini dihantam sebuah truck pengangkut barang. Dia terlempar dan berguling sejauh 13 meter, berguling bagaikan batu yang jatuh dari tebing. Pada akhirnya tubuh itu berhenti setelah menabrak bemper sebuah sedan yang sedang terparkir."
Alvar tidak tahu harus merespon seperti apa. Dia hanya diam dengan rahang mengeras, tatapannya menghujam Sam. Apa yang ada di pikiran gadis ini? kenapa, kenapa gadis ini berkorban begitu banyak? Apa dia sudah bosan hidup?
"Dan yang perlu kau tahu, dialah orang yang memberikan darahnya pada Daniel."
Alvar sontak menoleh pada dokter Collin dengan mata membulat. "A-apa?"
Kenapa aku tidak berpikir sampai kesini sebelumnya?! Jerit Alvar dalam hati.
"Menurutku, kambuhnya Daniel dikarenakan gadis ini. Dia shock melihatnya berlumuran darah dengan nyawa diambang ketidakpastian. Daniel sangat peduli dan sayang kepada gadis ini, terlepas dari hubungan kalian yang tidak kuketahui."
"Daniel berhutang nyawa pada gadis ini. Tak hanya Daniel, namun juga anak kecil itu." usai mengatakannya, dokter Collin undur diri karena harus kembali ke Rumah Sakit tempatnya bekerja. Dia harus melakukan pengecekan darah untuk Daniel.
Alvar mengusap wajahnya dengan kedua tangan kemudian melirik jam di dinding. Pukul 5 pagi. Dia belum beristirahat setelah melakukan operasi, lebih tepatnya tidak bisa istirahat. Pikirannya tidak tenang. Kata-kata Daniel malam itu menghantuinya. Berputar seperti hiu yang berhasil mengepung mangsa.
"Benar ... kau tidak boleh mati. Belum saatnya." Karena Daniel membutuhkanmu, tambah Alvar dalam hati.
[ ... ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Luck
FanfictionSamantha Avery Lucan atau Thea merasa sial karena diumurnya yang ke 19, dia harus menikah dengan om-om yang sudah mempunyai 2 istri. Dia melakukan segala cara termasuk dengan memotong rambutnya menjadi sangat pendek agar om-om tengil itu berubah pik...