"Dad, aku mau Kiddy Meal." Pinta Daniel, menunjuk salah satu papan menu khusus anak-anak.
Alvar menggeleng karena tahu yang diinginkan Daniel hanyalah hadiah mainan salah satu tokoh kartun favoritnya, bukan makanannya. "Kau belum makan sayuran dari kemarin, nak. Lain kali saja ya?"
Daniel memberengut, Alvar langsung menggendongnya dan memberikan pengertian. "Nanti Dad belikan mainan itu setelah kita pulang, bagaimana? Sekarang, kau harus makan sayur. Kasihan perutmu ini, dia merindukan sayur."
"Aku tidak tahu kalau perutku ingin sayuran. Dia tidak memberitahuku. Dan memangnya perut bisa merindukan sayur? Dia tidak mempunyai mulut." Jawab Daniel.
Alis Alvar mengerut, lupa kalau bocah yang dihadapinya memiliki IQ diatas rata-rata. "Apa yang sedang ingin sekali kau makan?"
Daniel menatap papan Kiddy Meal dan Dadnya bergantian. Bingung ingin menjawab apa.
"Jangan melirik pada Kiddy Meal itu, nak. Dad tahu yang kau inginkan hanyalah mainannya, bukan makanannya. Apakah kau ingin makan mainanmu?"
Spontan Daniel menggeleng. "Tidak." Jawabnya lesu. "Aku ingin brokoli dan bayam."
Alvar tersenyum puas. "Nah, itu kau tahu. Ingat apa yang Dad katakan?"
"Penuhi kewajibanmu dahulu baru mendapatkan hak." Jawabnya lantang.
Lagi, Alvar tersenyum puas. "Benar. Kewajibanmu sekarang adalah memakan sayuran, baru kau bisa mendapatkan hakmu berupa mainan Minion. Apa Dad pelit membelikanmu mainan baru?"
"Tidak. Dad selalu memberikan apa yang kumau. Aku sayang padamu." Daniel melingkarkan tangannya di leher Alvar dan mencium pipi Dadnya dengan brutal.
Para pengunjung resto dan pelayan disekitar yang sengaja mencuri dengar dibuat terharu atas sikap ayah-anak itu.
"Anak anda sangat cerdas, Tuan. Berapa umurmu, adik kecil?" penjaga kasir dibuat terpana oleh kecerdasan dan tampang Daniel.
"4,5 tahun. Terimakasih, tante."
Alvar dan wanita kasir itu tertawa. Alvar menyebutkan menu dan langsung membayar. Wanita itu bilang makanan akan segera diantar ke meja. Alvar membawa mereka ke sudut paling pojok resto, meja yang dekat dengan jendela besar sehingga bisa memperhatikan aktivitas luar.
Seorang wanita perambut bob lucu tertangkap penglihatan Alvar. Wanita itu melihat kearahnya juga dan langsung tersenyum cerah. Alvar terkekeh karena wanita itu bertambah antusias setelah melihat keberadaan Daniel.
"Hai Daniel! Bagaimana kabarmu hari ini?" sapa wanita itu. Tangannya bergerak aktif mengusap rambut tebal Daniel.
"Kabar baik, tante cantik. Dimana Coco?" tanya Daniel.
"Coco dirumah, sayang. Mungkin sedang tidur siang." Jelasnya. Memberitahu keadaan kucing peliharaannya yang sering bermain bersama Daniel.
"Kau jalan cepat sekali, Cecilia. Bagaimana dengan para buaya itu?" kekeh Alvar kemudian.
Cecilia menghela nafas lelah. "Sudah diberi penanganan lanjut. Besok sore aku akan berkunjung lagi untuk pemeriksaan."
Cecilia sedang mendapat tugas untuk merawat 2 ekor Buaya yang tertimpa pohon tumbang di kebun binatang. Sudah 2 hari ini dia harus bolak-balik rumah sakit dan kebun binatang untuk mengontrol perubahan.
"Lalu?" tanya Alvar.
"Salah satunya mengalami luka yang cukup serius pada ekor. Saat awal kuperhatikan, tidak ada tanda-tanda mencurigakan apapun diseluruh tubuhnya. Tapi petugas kebun mengatakan buaya itu tidak bisa berjalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Luck
FanfictionSamantha Avery Lucan atau Thea merasa sial karena diumurnya yang ke 19, dia harus menikah dengan om-om yang sudah mempunyai 2 istri. Dia melakukan segala cara termasuk dengan memotong rambutnya menjadi sangat pendek agar om-om tengil itu berubah pik...