Part 13 - Fuck Off with Death

2.2K 222 18
                                    

Woy balik lagi kan... gils tangan gue ampun 5 jam ngetik haha... Serius loh 5 jam jadi ini >.<
Dan jangan lupa sambil dengerin lagu NCT U - WITHOUT YOU, ini lagu berlaku sampe part 15 nanti.

yang belom punya? DOWNLOAD DULU SANA! POKOKNYA WAJIB KUDU BACA SAMBIL DENGERIN INI!!!

Thanks buat lagu ini karena inspirasi ngalir banget pas dengerin my baby Jae nyanyi :')

22/4/2016

Huzaini.

___________________________________________________________

Ingin sekali rasanya berlari dan memeluk Jul seperti dulu. Jul pasti tidak percaya kalau dirinya ada disini. Lengkap dengan dandanan konyol ini. Tapi Thea masih waras dan kedewasaan menyadarkannya.

Dia tidak mau menambah beban Jul yang notabenenya juga perantauan di Negara ini. Dia pindah ke Inggris saat mereka masih kelas 1 SMA. Jul pindah dan tinggal dengan pamannya yang memiliki perusahaan disini.

Dulu, segalanya terlihat lebih mudah. Kata Jul waktu itu, setelah pamannya bangkrut dan mendirikan toko laundry.

Thea senang karena Jul berubah menjadi cowok pekerja keras dan mandiri setelah tragedy bangkut itu. Dulu, dia membuat Thea iri karena mengatakan akan masuk ke Harvard dengan mudah dengan uang pamannya.

Thea iri setengah mati. Tapi sekarang dia iba.

Pernah sesekali Thea melihat jas almamater yang dikenakan Jul, London University. Universitas itu memiliki jarak yang cukup lumayan dari kota ini. Entah bagaimana Jul mengatur waktunya.

Jul sudah selesai dengan kegiatan menutup toko dan menghampiri sepeda yang diparkir tak jauh dari sana. Mengayuh sepedanya sedikit kepayahan karena lelah. Thea mengangkat sebelah tangannya. "Semangat yang bagus, nak. Teruslah berjuang!" gumamnya.

Setelah berdiam diri cukup lama, duduk-duduk di atas trotoar sembari melihat kendaraan berlalu-lalang, Thea bangkit lalu menepuk-nepuk celana yang terkena debu.

Tujuan pertamanya adalah mengunjungi penginapan murah yang pernah ditunjukkan salah satu koki resto.

"IBU, IBU. LEPASKAN AKU ORANG JAHAT!"

Tak jauh dari tempatnya berdiri, seorang pria berlari sambil menggendong anak kecil yang menangis. Dibelakangnya, wanita paruh baya mengejar sambil menangis pula.

"JANGAN BAWA DIA, DELBERT! HAK ASUH JATUH KE TANGANKU!" teriak si ibu marah.

Masalah hak asuh? Pikir Thea.

Sembari mengeratkan jacket demi menghalau udara malam Inggris yang dingin, Thea berjalan menuju zebra cross yang masih menunjukkan lampu hijau untuk pejalan. Thea bisa saja sih langsung menyebrang karena tidak ada satupun kendaraan yang sedang menunggu lampu merah. Tapi, dia tidak mau kejadian tabrakan itu kembali terulang.

Saat akan menyebrang, tubuhnya disenggol keras oleh pria yang membawa anak tadi. Dia mendesis kesal karena tubuhnya limbung dan nyaris berciuman dengan tiang lampu jalanan.

"KAU MAU ANAKMU? INI, AMBILLAH!" si pria menurunkan sang anak yang kakinya sedang tergips di tengah-tengah zebra cross. Kemudian dia sendiri berlari menuju sisi jalan lainnya.

DIA GILA?!, Teriak Thea dalam hati.

"LEO!" teriak sang ibu.

"IBU! TOLONG AKU!" si anak berteriak sembari mencoba berjalan. Sekeras apapun usahanya, kaki kecilnya itu tak mampu bergerak.

Thea melihat sinar-sinar putih mendekat. Para pejalan kaki yang berada di sekitar berteriak-riak untuk menghentikan pengemudi truck barang yang melaju kencang. Sisa waktu lampu hijau untuk menyebrang hanya 5 detik.

Best LuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang