Part 8 - As Gratitude

2.5K 204 9
                                    

"Bagaimana keadaan Danny? Dia sudah ditangani secara intensif, kan?" tanya Lee pada Alvar yang duduk termenung di sofa.

Lee membaca situasi, diamnya Alvar berarti ada sesuatu yang buruk sedang melanda kehidupannya. Bisa saja penyakit Daniel adalah satu satu keburukan yang sedang terjadi. Tanpa bertanya lagi, dia melanjutkan acara mencari berkas perusahaan Alphacom di salah satu rak besar.

"Bagaimana kuliahmu?" tanya Lee sambil duduk dan menaruh berkas itu di meja, berharap pertanyaan satu ini dapat terjawab.

"Sedikit kacau, tapi tak masalah." Gumam Alvar sedikit kencang.

Lee menghela nafas lega, setidaknya tahu bahwa pemuda itu masih berada dalam tahap kewarasannya. Dia membuka berkas dan mengeluarkan pulpen dari saku jas.

Alvar diam setelah itu, tidak ada percakapan lagi sampai bunyi ketukan di pintu membawa mereka kembali ke alam sadar.

"Masuk!" suruh Lee. Sosok sekretaris cantik yang muncul pertama kali, disusul seorang pria yang usianya kira-kira berkepala 4 dibelakangnya.

Lee berdiri dan mengangguk pada Erika Hurley—sang sekertaris, Lee menjabat pria itu dan mempersilahkannya duduk. Sedangkan Erika sudah kembali ke mejanya di depan ruangan.

"Nah, perkenalkan Alvar, dia adalah pengacara terpercaya kakakmu. Anton Frye."

Alvar meneliti sebentar pria itu kemudian menyerahkan tangannya untuk dijabat. "Alvar Jerico...Evans."

Melihat reaksi Alvar dan keterbataannya saat mengucapkan nama keluarga, Anton tersenyum maklum.

"Saya adalah pengacara sekaligus sahabat Tony saat kuliah dulu. Maaf karena saya tidak bisa memperkenalkan diri saat menghadiri upacara pemakaman almarhum." Sesalnya.

Sebelum menjawab, Alvar menarik nafas dalam. "Tidak apa-apa. Aku juga sedang tidak ingin diganggu saat itu."

"Jadi, apa kau siap untuk melanjutkan amanat dari Tony? Sejujurnya, bidang kedokteran sangat jauh relasinya dari management." Anton tersenyum menenangkan.

"Aku juga tidak yakin, to be honest. It's just, I had no choice. I need money for Daniel's treatment."

Mereka berdua tampak terkejut mendengar alasan Alvar yang bersedia menghandle jabatan Tony. Lee berdeham lebih dulu, menunggu Anton merangkai kata-katanya.

"Kenapa? Alasan yang sangat tidak logis sebenarnya. Logis saja jika Daniel dan kau bukan anggota keluarga Evans ataupun tidak memiliki darah Evans. Meminta imbalan uang setelah kau membantu kami dalam menangani perusahaan. Tapi Daniel adalah anak satu-satunya Tony, dan dia memang berhak memiliki asset perusahaan ketika dia besar nanti. Dan kaupun keluarganya—"

"Tapi Tony telah menitipkan anaknya padaku. Kepada orang yang dulu tidak dianggapnya sebagai keluarga—jangan tanyakan aku mengapa Tony bersikap seperti itu." sela Alvar cepat saat Lee hendak memotong ucapannya.

"Saya tidak tahu seburuk apa hubungan kalian pada masa lalu." gumam Anton lirih.

"Tapi saya harap kau segera merubah alasanmu, latar belakang dirimu yang tiba-tiba bersedia menjadi ahli waris perusahaan. Karena mau bagaimanapun, darah lebih kental dari air." Tegas Anton, tak terbantahkan.

Walaupun diam, tapi dalam hati, Alvar sedang mencoba merubahnya.

"Silahkan tanda tangan disini! Saya akan menjadi saksi. Setelah ini kau bisa membereskan barang-barangmu dan pindah ke Paddington."

Dahi Alvar berkerut, "Apa itu pemaksaan?"

"Tidak. Kalau kau tetap ingin tinggal di sini, di Hackney, itu tak masalah. Kau bisa memiliki keduanya. Karena lumayan jauh untuk ke kampus jika kau di Paddington. Tapi saya harap, kau bisa mampir sesekali." Jelas Anton.

Best LuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang