Part 24 - Our life is pathetic, right?

1.8K 154 10
                                    


Thea melambaikan tangannya, membalas lambaian Daniel yang begitu heboh dari dalam mobil. Setelah mobil menghilang dari pandangan, Thea mengamati ponsel pada genggamannya dan memutuskan untuk menghubungi seseorang.

Pada percobaan pertama, sambungan lewat begitu saja. Dan yang kedua pun sama saja. Thea menghembuskan napas lelah dan masuk ke dalam rumah. Dia menuju dapur dan mengacak-acak isi kulkas. Mengeluarkan coklat blok, mentega, dan beberapa buah. Dia mencuci Strawberry, Apel, dan mengupas Melon, kemudian memotongnya menjadi beberapa bagian—kecuali untuk Strawberry karena buah ini sudah mini. Coklat blok itu dia lumerkan bersama mentega.

Dan jadilah buah celup coklat.

Thea mengambil garpu dua kaki dan menusuk Melon, mencelupkannya pada mangkuk berisi lelehan coklat. Thea melakukannya pada dua buah lain. Barusaja akan mencelupkan Apel pada coklat ponselnya berdering.

Alvar's calling.

Thea menaruh kembali garpunya pada mangkuk buah dan mengangkat panggilan tersebut.

"Hai. Maaf, tadi ada pasien yang harus kuperiksa." Suara Alvar terdengar agak kesal. "Ada apa?"

"Apa aku mengganggumu?" tanya Thea.

"Tidak."

"Lalu kenapa kau kesal?" Thea tidak bisa menahan rasa keingintahuannya.

Alvar menghembuskan napas lelah di sebrang sana, "Ada masalah sedikit, sudah diatasi tapi rasa kesalku masih ada sampai sekarang."

Belum sempat Thea menjawab, Alvar sudah berbicara lagi dengan sangat lembut. "Ada apa, Thea? Ada masalah disana?"

"Tidak ada. Aku hanya ingin meminta ijin keluar." Thea mencelupkan buah pada coklat dan memakannya. "Ada seorang teman yang harus kutemui. Apa boleh?"

"Siapa? Dimana lokasinya? Berapa lama kau akan pergi?" tiba-tiba Alvar panic.

"Tidak usah panic, Alvar. Aku akan baik-baik saja." nada Thea melembut. "Namanya Jul, dia teman lama. Lokasinya? Entahlah, aku akan berada di Islington, terakhir kali aku melihatnya di sana. Berapa lamanya juga aku tidak tahu. Tapi aku sudah akan berada di rumah saat Daniel pulang sekolah."

"Aku khawatir padamu. Bagaimana kalau kau bertemu ajudan ayahmu atau masalah lain?" Alvar menghela napas. "Aku mengijinkan kalau kau mau berjanji akan jaga diri. Pakailah mobilku, yang mana saja terserah kau. Tolong langsung hubungi aku jika ada sesuatu, paham?"

"Aku berjanji. Baiklah, kau bisa kembali bekerja. Nanti kuberitahu lagi jika sudah sampai."

"Hati-hati di jalan. Dan jangan mengebut!" Piip~

Thea menyimpan mangkuk buah dan mangkuk coklatnya ke dalam kulkas. Dia berlari ke atas menuju kamar untuk sekadar mengambil dompetnya, earphone dan topi baseball. Karena terlalu bersemangat, Thea jadi tidak memikirkan untuk mengganti celana pendeknya dengan jeans panjang. Alhasil, dia hanya mengenakan celana pendek hitam dan sweater hijau lumut.

Setelah berhasil ingat untuk mengganti sandal rumah dengan sepatu Nike-nya, Thea bangkit menuju ruang kerja Alvar dan membuka box khusus tempat menaruh seluruh kunci mobil si tuan rumah. Dia mencomot satu tanpa benar-benar memilih.

Dalam garasi mobil, Alvar tidak membual dengan mengatakan 'yang mana saja terserah kau' karena mobil sport hingga mobil keluarga tersedia di sini. Kadang Thea heran seberapa kaya suaminya ini?

Thea menekan tombol unlock dan kaget. Ternyata mobil yang dipilih tangannya adalah Aston Martin Abu-abu.

"Apa Alvar akan memenggal kepalaku jika melecetkan mobil ini?" Thea meringis. "Tapi aku akan meminta bantuan kepada kakak ipar untuk membeli satu buah sebagai gantinya kalau itu terjadi. Benar Samantha, kau pintar sekali!"

Best LuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang