Part 2 - Thea's Bad Luck

4.1K 258 13
                                    

SAMANTHA POV

Berlari dan terus berlari. Aku tidak tahu sudah seberapa jauh dari TKP, tapi intinya aku akan tetap berlari.

Aku berhenti saat menemukan toilet umum di tempat seramai ini. Bahkan aku baru menyadari kalau distrik ini sedang mengadakan karnaval. Uh, aku tidak tahu dan tidak perduli, -tapi mereka memakai kostum badut. Eh aku tidak perduli, kan?

Aku memasuki salah satu bilik toilet, membanting pintunya dan duduk di atas closet. Untung saja toilet ini tidak bau, jika iya maka aku sudah pingsan dari tadi. Karena aku menarik nafas sedalam dan sepanjang yang kubutuhkan.

Mereka pasti mencariku, oh atau tidak menungguku pulang sendiri.

Kalau begitu aku tidak akan pulang. Eh, tapi bagaimana dengan sekolah dan buku-buku pelajaranku? Presentasenya tidak akan sampai 10% untuk kemungkinan : mereka mencariku.

Ayah memiliki banyak cara agar aku mau pulang dan menghampiri rumah seperti laron menghampiri sumber cahaya. Jadi mereka tidak perlu repot-repot.

Aku mengeluarkan ponsel dan mengecek sisa pulsa. Daann ... masih ada banyak sekali sisa pulsaku. Sepertinya ayah baru saja mengisi saldonya. Ayah selalu mengirimiku pulsa, karena dia selalu bertanya keadaanku melalui pesan. Dan aku tidak pernah membalasnya dengan alasan tidak ada pulsa.

Akhirnya ia selalu mengirimiku pulsa setiap bulan.

Dengan nafas satu-dua aku menunggu orang disebrang menjawab panggilan.

Ckrek. "Hello? Everytime Wash here. Can I help you? But Sorry we don't wash underwear, exept in women underwear. "

Aku terdiam. Suara serak khas orang tidur, gaya bicaranya lamban sekali. Astaga! dia mengigau.

"YAK! INI AKU! SADARLAH!" sebuah gedoran kuterima dari bilik sebelah. Ups.

"Uh? Who the heck are ? shouted in early morning . Crazy people." terdengar suara grasak grusuk lalu orang menggumam sangat jauh. Kurasa dia sedang menjauhkan ponselnya dan melihat id caller.

And what the? Crazy people? Heck.

"Oh astaga! Thea? Ini benar kau?" tanyanya lembut.

Aku membalasnya dengan tampang datar, walaupun dia tidak bisa melihatnya.

"Menurutmu?" aku balik bertanya.

"Emm yah, kurasa begitu. Karena ini id caller mu. Dan apakah kau tahu?" ada jeda sebentar, kemudian, "KAU MENELFONKU DI JAM 3 PAGI. INI JAM 3 PAGI. OH SHIT! AKU BARU TIDUR 2 JAM!"

Otomatis aku menjauhkan ponsel dari telinga. Dahsyat sekali. Ah aku baru ingat. Di sana kan masih pagi sedangkan di Korea baru menjelang malam.

Aku meringis. "Maaf. Sudahlah Jul, kau bisa melanjutkan tidurmu nanti. Sekarang kau harus mengetahui ini."

"Apa? kalau sampai tidak penting, maka aku akan menerormu dengan mimpi pasta gigi."

Ck. Masih ingat saja tentang traumaku.

"Ini sangat gila. Kau tahu? Aku ingin dinikahkan dengan ajhussi tua-tampan dan dijadikan istri ke 3 nya."

Terjadi keheningan.

"Pfft. BUAHAHAHA~ KAU BERCANDA? KURASA KAU HARUS MEMERIKSAKAN KEPALAMU KE DOKTER GIGI."

Sungguh. Ingin sekali kuhantamkan kepalanya ke tembok saat ini. Sayangnya aku tidak bisa bertelepotasi seperti Kai EXO ke Inggris. Dan apa itu tadi? Memeriksakan kepala ke dokter gigi?

Justru dia yang harus memeriksakan kejiwaannya ke tukang closet service.

"Jul, sialan! Kau malah tertawa. Tolong aku, dasar teman yang tidak tahu diri." Aku menendang pintu bilik.

Best LuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang