Part 22 - {Maybe} Blue Night

3K 222 40
                                    

[maybe] blue night

Thea membersihkan sisa-sisa sampah makanan yang berserakan di sekitar ruang tengah. Tempat dimana party kecil-kecilan mereka diadakan. Yang membuat Thea heran adalah,

"Bagaimana bisa kentang goreng ini mendarat disini?" gumam Thea lelah.

'Disini' yang dimaksud adalah perbatasan antara ruang tengah dan ruang utama. Jaraknya bisa mencapai sepuluh meter dari meja di depan sofa ruang tengah. Thea memungutnya dan reflex menatap tangga menuju lantai 2 yang berada tidak jauh dari serong kirinya.

Membuat Daniel tidur ternyata tidak semudah itu. Kalau dibandingkan dengan Thea, sungguh sangat jauh perbedaannya. Thea itu setipe dengan kerbau yang artinya mudah sekali tertidur. Dimanapun. Kalau Daniel setipe dengan burung hantu yang susah sekali terpejam jika malam.

Daniel masih semangat berpesta dan berjoget ala kadarnya sambil menyanyikan lagu Shake It Off. Terlalu semangat saat di bagian 'My ex-man brought his new girl friend' hingga terjungkal dari sofa. Sementara itu, Thea sudah tidak sanggup menggerakkan kakinya. Hanya tertawa saat Daniel terjungkal dan mendarat di karpet empuk kemudian berdiri dan kembali berjoget.

Setelah menghabiskan satu album lagu random ala club malam, Daniel akhirnya langsung kehilangan selera dan diam membeku saat lagu Blow mencapai klimaks. Kemudian mengatakan: 'Mom, aku sudah mengantuk.'

Thea menggeleng kecil. Bagaimana bisa bocah itu hapal seluruh lagu yang diputar? Tidak masalah sebenarnya kalau lagu anak-anak, memang pantas dinyanyikan untuk anak seusianya. Tapi ini-Lord! Lagu orang dewasa dengan kata-kata yang ugh!

Thea harus menanyakan ini nanti kepada Alvar-OH TIDAK! Dia berubah pikiran. Dia tidak akan bertanya karena akan menjadi boomerang untuk dirinya sendiri. Alvar pasti bertanya where and how her knew about that?

Pintu utama tiba-tiba terbuka, membuat Thea tersentak dari lamunannya. Alvar masuk dengan keadaan berantakan. Dasi yang longgar-sangat, sangat longgar. Rambut yang mencuat sana-sini. Lalu sebagian kemeja yang keluar dari celana, sangat kusut. Dan yang terpenting adalah,

Wajahnya sedatar aspal.

Buru-buru Thea memasukkan kentang goreng itu ke dalam mulutnya. Langsung ditelan tanpa dikunyah terlebih dahulu. Kalau Alvar tahu, pria itu bisa murka. Karena, makanan junk food dilarang memasuki area rumahnya.

Dia tidak memasang cctv di ruang tengah kan?, panic Thea dalam hati.

"Kau belum tidur?"

Thea tersentak. Bukan karena kalimat pertanyaannya, melainkan nada yang keluar dari mulut pria itu. Dingin.

"Umm ... belum?" ucapnya sendiri tidak yakin.

Alvar berjalan mendekat, "Tidurlah! Apa Daniel sudah tidur?"

Thea mengangguk, "Sudah. Ritual menggosok gigi juga sudah."

"Lalu, apa yang kau lakukan disini? sudah nyaris tengah malam." Alvar memicing.

Sejujurnya, Thea tidak suka dengan picingan mata itu.

"Aku belum mengantuk." Dustanya. Thea sudah sangat lelah. Tapi tubuhnya tidak bisa istirahat dan matanya tidak bisa terpejam.

Penyakit lamanya kambuh. Kalau dia berada di tempat asing, maka sebisa mungkin alam bawah sadar dan alam sadarnya akan terjaga. Dengan sedikit pembiasaan, mungkin akan membantu mengurangi penyakit ini.

"Tidur, Thea!" Kata Alvar dengan penekanan.

"Aku-"

"Aku akan keatas lebih dulu. Lekaslah tidur!" kemudian berjalan melewatinya begitu saja.

Best LuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang