Part 4 - Alvar's Bad Luck

3.5K 235 5
                                    

ALVAR POV

"ALVARRRR~"

Aku tersedak jus mangga yang sedang kutelan. Sean langsung sigap menepuk-nepuk pundakku dan Henry menyodorkan selembar tisu untukku.

setelah cewek mengerikan itu berada di mejaku, dia mendadak terserang panic ... yang berlebihan. "Alvarr !!! astaga ada apa denganmu?"

Aku menerima tisu dari Sean dan mengusapkannya di sekitar mulut hingga dagu. "Kenapa sih? sekarang masih pagi dan kau sudah berisik sekali! Ck, mengganggu saja."

Jasmine cemberut sesaat lalu kembali ceria. "Aku hanya ingin bertemu denganmu. Ternyata jadwal yang diberikan Jamie sangat akurat. Aku akan mengiriminya bunga dandelion sebagai tanda terimakasih nanti."

Dahi Henry berkerut. "Memangnya Jamie memberikan apa?"

"Jadwal mata kuliahmu yang baru. Kudengar kau memperbaruinya minggu kemarin, sedangkan itu jadwal privat. Jadi aku kan tidak bisa mengetahuinya lewat blog seperti biasanya. Aku hanya ingin memastikan bahwa aku masih bisa melihatmu setiap hari. Dan ternyata jadwal kita berbeda jauh, sedikit kesempatanku untuk melihatmu dikampus."

Sean dan Henry melongo parah sedangkan aku menggeleng-geleng pasrah. Dasar Jamie, aku tidak akan mempercayainya untuk menitipkan barang apapun setelah ini.

Ah, padahal aku merubah jadwal karena ingin menghindari si nenek sihir ini. Tapi tetap saja bertemu dengannya lagi. Alam semesta sekarang senang melihatku menderita.

"Yasudah, kau kan sudah melihatku! Sekarang kau bisa pergi jauh, kan? Hush hush~" usirku seperti mengusir kucing.

"Eh tunggu sebentar! Ini—" Jasmine mengeluarkan sekotak bekal dari dalam tas bermerknya. "Kubuatkan sushi untukmu. Dimakan ya! Aku pergi dulu~"

Aku hanya menatap bekal yang tergeletak di atas meja itu. Aku tidak suka sushi. Dagingnya tidak matang dan itu tidak steril. Masih ada sisa noda darah yang menempel di dagingnya. Ish. Terakhir kali aku memakan sushi saat aku berumur 5 tahun.

Dan setelah memakannya, mulutku berbusa.

Aku memandang si pemberi kotak bekal. Jasmine belum beranjak. Padahal ucapan 'Aku pergi dulu~' sudah dikatakannya sekitar 2 menit yang lalu.

"Kenapa masih disini?" tanyaku ketus.

"Bisakah aku mendapatkan ciuman sebelum pergi? Hehe."

Mataku membulat seketika. Hell no~

Kami—Sean, Henry dan aku saling lirik. Aku menangkap binaran wajah Sean yang terlihat memelas. Seketika tanduk rusa muncul dikepalaku.

"Baiklah. Tutup matamu." Aku terkekeh pelan, Jasmine memekik girang karena aku menuruti kemauannya. Fyi, ini pertama kalinya aku mencium seorang Jasmine.

Sean berdiri dan mendekati wajah Jasmine sementara Henry bersiap dengan kamera ponselnya. Aku? Duduk saja melihat mereka beraksi.

Ckrek.

Aku menggigit lidah, menahan tawaku yang sudah berada di ujung. Secepat mungkin Sean kembali duduk dan Henry yang cekikikan disampingku. Mengutak-atik ponselnya dengan perut kram.

"KYAAA~ AKHIRNYA AKU MENDAPATKAN CIUMAN DARIMU! Yah walaupun di pipi sih. Tapi tak apa! Ini juga sudah bagus, permulaan yang bagus." Seru Jasmine sambil terus melonjak kecil.

Aku mengangguk-angguk sambil memperhatikannya. Jasmine memberikan lambaian dengan pipi merona lantas pergi secepat kilat setelah mengucapkan terimakasih.

Sean terkekeh lalu memandang Henry. "Tambahkan tag #JamieComingToMentalbreakdown difotonya."

"Kau masukkan ke Instagram?" tanyaku sambil menggeser kotak sushi jauh-jauh.

Best LuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang