Part 29 - Let it go~

2K 156 26
                                    

Thea hendak berguling ke kanan karena merasakan dingin pada sisi kanannya. Namun tubuhnya tertahan oleh sesuatu. Sebelah tangannya meraba-raba sambil mencoba membuka mata. Penglihatannya agak samar dan berbayang karena keadaan kamar yang remang-remang. Tapi Thea tahu pasti kalau sosok yang menahan tubuhnya untuk tidak berguling adalah manusia.

Tapi siapa?

"Enggh..." suara lenguhan yang berat terdengar menggelitik telinganya ketika Thea meraba sesuatu yang lonjong seperti sosis atau...uh...pipa?

Thea menggenggamnya semakin keras dan suara lenguhan itu terdengar semakin keras pula. Otaknya blank selama beberapa detik, memikirkan tentang suara lenguhan yang sepertinya tidak asing.

Sepertinya dia sering mendengar suara ini semalam. Di kamarnya. Ketika dia dan Alvar—TUNGGU!

Thea berteriak hingga mencapai 3 oktaf dan langsung melepaskan benda yang secara tak sadar dia genggam. Oh astaga! Ya Tuhan! Apa baru saja dia menggenggam itu?

Alvar terbangun karena lengkingan yang maha dahsyat itu dan menggosok matanya demi membiaskan bayang-bayang. Melihat Thea yang sudah duduk beringsut menjauhinya dengan mata yang melotot.

"Kenapa kau berteriak?" tanya Alvar dengan suara yang super serak. Ugh, dia butuh air.

Thea menarik seluruh selimutnya mendekat untuk menutupi tubuh atasnya, namun dia malah melihat pemandangan itu semakin jelas. Dia kembali berteriak. Sementara Alvar tenang-tenang saja sambil menutupi kedua telinganya.

"APA YANG KAU—OW SHIT!" Thea tidak ingin terlihat sangat bodoh karena menanyakan apa yang lelaki itu lakukan dikamarnya. Dia sudah sangat jelas mengingat apa yang terjadi pada mereka berdua semalam. Tapi tetap saja dia kaget setengah mati.

Alvar menarik—dengan agak lumayan keras—selimut yang Thea kuasai karena gadis itu menggenggamnya dengan sangat kuat. "Dingin, Thea. Kenapa kau menarik semua selimutnya untukmu?"

Thea mendengkus. "Kenapa kau tenang-tenang saja melihatku heboh begini?"

"Para pria belajar sesuatu, kau tahu? Seperti persiapan setelah sex. Siapa tahu saja mangsa mereka tiba-tiba amnesia setelah dibuat melayang semalaman." Alvar menyeringai. "Apa kau mau pura-pura lupa tentang hal yang kita lakukan semalam, huh?"

Thea memalingkan wajah ketika seluruh darahnya naik ke telinga dan merambat terus hingga ke ujung kepalanya, membuatnya matang seperti tomat.

"Kenapa kau berhenti?" tanya Alvar.

Thea kembali pada pria itu. "Huh?"

"Bukankah kau memegang sesuatu tadi? Kenapa kau berhenti?" godanya.

Sungguh, menggoda Thea adalah kegiatan favoritnya sekarang. Melihat wajahnya yang berubah merah dan merengut kesal setengah malu membuatnya berdebar. Di awal mereka bertemu, gadis itu sangat pemberani dan agak emotionless. Persis seperti pria pada umumnya. Ditunjang penampilannya yang memang sangat pria sekali. Wig itu...cocok sekali dengan wajahnya.

Tapi sekarang cukup mudah untuk membuatnya merona.

Dor dor dor!

Mereka semua kompak berjengit dan menoleh ke arah pintu.

"MOM! ADA APA? MOOOM!"

"Shit!" Thea mengumpat. Tetap menatap pintu dengan wajah horror, tidak memperdulikan Alvar yang mendelik kepadanya. Pria itu pasti mau mengomelinya tentang swear words yang sengaja dia ucapkan tadi.

"Kau bereskan masalah ini!" ucap Thea pada Alvar.

Alvar hanya mengangkat sebelah bahunya dan beringsut ke kamar mandi setelah memakai boxer yang dia temukan di kaki tempat tidur. Sambil bersiul riang, dia menutup pintu kamar mandi dengan kakinya.

Best LuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang