Thea sudah sampai di kamarnya dengan selamat. Bukan, bukan di Littlehampton. Mereka masih di Hackney. Ada sedikit rasa tidak sabar di hati Thea untuk bisa pindah dari sini. Sebabnya ada 2 yaitu, pertama, tentu saja ayahnya. Dan yang kedua adalah, dia tidak sabar mau menikmati kota yang terletak di Distrik Arun, Sussex Barat itu.
Kota yang terkenal dengan pelabuhannya karena bersisian dengan sungai Arun.
Apalagi bulan depan ada acara favoritnya yang akan diselenggarakan disana, konser Disclosure Band. Dia semakin tidak sabar.
Tapi, kembali dia mengingat Daniel.
Apa kabar anak itu? Apa dia makan dengan benar? Apa dia masih suka menjahili Dad'nya?
Sekarang pukul 10 pagi. Hampir menuju jam makan siang. Biasanya, sewaktu ada dirinya disana, Daniel suka sekali mengajak makan siang bersama dengan menu yang aneh-aneh dan itu membuat Dad'nya kewalahan.
Thea tidak menyangka bahwa dia akan menjadi khawatiran jika menyangkut masalah bocah itu. Thea tidak pernah seperti ini sebelumnya.
Dia adalah sosok yang tidak pedulian. Jangan kalian pikir sifat who the hell care miliknya timbul saat masa-masa kelamnya setelah ditinggal Tiffany. Pemikiran yang melenceng.
Sifatnya ini memang sudah ada sejak lahir. Dan mulai parah saat memasuki tahun pertamanya di sekolah dasar. Bahkan, sewaktu middle high school dia memenangkan angket cewek dengan kategori 'I don't care' dan 'Hard to Defeat' selama 3 tahun berturut-turut.
Apa rasa pedulinya ini timbul hanya untuk anak kecil saja? mengingat dia sudah menolong 2 anak sejak tinggal di Inggris.
Thea berdiri di depan balcon dengan pandangan bingung. Dia melihat kakinya yang sudah bebas dari gips. Hanya tinggal kepalanya saja yang masih diperban. Minggu depan sepertinya sudah boleh dilepas.
"SAM, TURUN! SUDAH WAKTUNYA MAKAN SIANG!" teriak Tiffany dari lantai bawah.
Suara kakaknya itu masih 3 oktaf seperti dulu. "YA! TUNGGU!" dan parahnya, dia menuruni suara Tiffany.
Thea menuruni tangga dengan lincah. Mendapatkan sakit bagi anak-anak hiperaktif seperti mereka itu rasanya seperti melewati musim panas tanpa minum es.
Kira Thea, Tiff mengingatkan waktu makan siang karena makanan sudah terhidang di meja makan, ternyata belum ada sama sekali.
"Dimana makanannya?" tanya Thea heran.
Tiff menyengir. "Aku kan hanya mengatakan sudah waktunya makan siang, bukan menyuruhmu makan."
Thea menatap datar, "Jadi, belum masak?"
Dengan masih menyengir, Tiff menggeleng. "Ayo kita membuatnya sama-sama. Aku ingin tahu sampai dimana kemampuan masakmu."
Thea menghela nafas kemudian mengikat rambutnya. "Mau menu apa?"
"Aku akan membuat Crab Ravioli, sedangkan kau membuat Vanilla Panna cotta dan Mushroom soup."
"Kenapa aku membuat 2 menu sekaligus?" complain Thea.
"Buat saja! Bahan-bahannya sudah siap di pantry."
Tiffany sudah mulai membuat menu pasta miliknya dengan cekatan. Karena dia membuat 2 menu sekaligus, Thea tentunya harus serba cepat. Dia membuat dessert dan menu starters.
"Setelah makan, kami akan langsung berangkat ke Manchaster." Kata Tiff disela-sela kegiatan mengeluarkan daging kepiting. "Tolong diam di rumah sampai kami—setidaknya aku kembali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Luck
FanfictionSamantha Avery Lucan atau Thea merasa sial karena diumurnya yang ke 19, dia harus menikah dengan om-om yang sudah mempunyai 2 istri. Dia melakukan segala cara termasuk dengan memotong rambutnya menjadi sangat pendek agar om-om tengil itu berubah pik...