••🌼••
Suara pintu tertutup mengiringi langkah Jimin yang menyeret tungkai berbalut celana bahan berwarna hitam masuk kedalam hunian, pakaian yang sedikit berantakan dengan udara dingin yang masih menempel di kulit, membuat bulu bulu halus berdiri.
Tas kerja bersamaan dengan jas diletakan begitu saja di sofa panjang yang terletak di ruang keluarga, memasrahkan kepalanya pada sandaran sofa, sembari mengacak rambut hitam legamnya frustasi.
Jika boleh di ibaratkan hati Jimin saat ini adalah seperti mangkuk keramik yang di lempar, hancur berkeping keping, tidak bersisa, begitu tidak menyangka dengan kebenaran yang baru saja ia ketahui.
Dunianya benar benar hancur, seolah berada di titik paling lemah dalam hidup. Air matanya luruh, sekuat apapun pria itu menahannya, air sebening embun itu tetap luruh menuruni pipi bersamaan dengan sesak yang tidak berkesudahan semakin mekar di dalam dada.
Merasa jika takdir memang enggan memberikan kebahagiaan bagi Jimin walau hanya sesaat, begitu gemar memberikan kejutan yang tidak terduga seperti ini, rasa ngilu di dalam dada semakin menjadi kala semua kenangan berputar di dalam otak layaknya sebuah film usang, di mulai dari Park Jihye yang hanya seorang bayi lugu, menjadi batita, bahkan Jimin masih ingat ketika putri cantik itu baru bisa melangkahkan kedua kakinya menghampiri Jimin yang baru saja pulang bekerja.
Kenangan yang berputar dalam ingatan hanya menambah dada semakin sesak pun juga deraian air mata semakin deras, semakin di ingat semakin sakit. Di tengah tangisan tanpa suara itu semakin menjadi, sesosok malaikat Jimin yang lain berjalan mendekat, dengan satu gelas coklat hangat dan buah jeruk dalam genggaman. Sebelum akhirnya menyimpan kedua benda yang berada dalam genggaman tangan untuk di simpan ke atas meja, lantas duduk disamping sang suami membawa tubuh yang biasanya terlihat tegap itu kedalam pelukannya. Memeluk memberikan kehangatan dan ketenangan, menguatkan, jika dirinya kini tidak sendiri walau tidak tahu pasti dengan apa yang sekarang suaminya itu alami.
"Keluarkan Jim, tidak apa apa. Sekarang kau sudah memiliki ku, keluarkan semuanya sampai merasa sedikit lega."
Tepat ketika kalimat itu mengudara, tangisan Jimin semakin pecah bersamaan dengan lengan yang semakin erat melingkar pada tubuh Misso.
••🍁••
"Dia bilang jika Jihye bukan putri kandungku, malam gila itu tidak benar benar terjadi, dia bilang jika pada malam itu aku hangover dan berakhir pingsan."
"..Perasaanku sekarang hancur Kim, mengetahui fakta besar yang bahkan baru aku ketahui. Aku tidak menyangka jika selama ini anak yang aku besarkan dengan sepenuh hati ter--"
Ucapannya tidak tuntas, Jimin larut dalam sesak dan air itu kembali luruh menuruni pipi. Belum pernah selama ia hidup menunjukan sisi lemahnya kepada siapapun, Kim Misso adalah orang pertama yang menyaksikan secara langsung Park Jimin yang seperti ini.
Punggung yang biasanya kokoh itu kini bergerak naik turun seiring dengan derasnya air yang merangsek keluar dari pelupuk mata.
Selama beberapa menit terakhir Misso mengusap punggung Jimin dengan lembut, memberikan dukungan. Keduanya kini sudah berada di kamar tidur, dengan posisi saling memeluk di atas ranjang.
"Lalu sekarang bagaimana? kau akan tetap mengurus dan menyayangi Jihye, membesarkan dia dengan kasih sayangmu seperti biasa atau membiarkan dia hidup bersama orang tua kandungnya?" Tanya Misso, suara tangis Jimin mendadak hening tidak terdengar.
Kepala Jimin menggeleng, tidak setuju dengan beberapa kata terakhir yang di keluarkan oleh isterinya,"aku tidak ingin Jihye pergi. Aku ingin tetap membesarkannya, Kim, biar bagaimanapun aku tetap menganggapnya anakku sendiri. Dia alasan kenapa aku bisa bertahan hingga sejauh ini, aku tidak ingin putriku meninggalkanku sendiri."
Misso tersenyum simpul, lengannya terangkat untuk mengusak surai hitam legam Jimin, di acak pelan. "Nah, maka dari itu kau tidak perlu takut dia pergi Jim. Jihye akan tetap bersamamu, akan tetap bersama kita semua disini. Jikapun benar Seulgi akan mengambil jalur hukum untuk mengambil Jihye, kau bisa melaporkannya kembali dengan kasus penelantaran dan kekerasan anak di bawah umur."
" Seulgi dan suaminya tidak akan menang, karena mereka sudah menelantarkan Jihye dari semenjak bayi. Sekarang tidur ya? kau pasti lelah sekali untuk hari ini."
Tbc
Hayyie-! Long time no see
Maafkan aku T^TAnw, trimakasih untuk kalian yang masih stay disini, bahkan ada yang komen nanya kapan up, maafin guys T^T sumpah dari akhir tahun kemarin aku mental fatigue, suka nangis ga jelas, tanpa tau sumber yang bikin aku nangis itu apa. Dan RL juga berantakan, baru agak stabil sekarang.
Terima kasih banyak, untuk kalian yang sudah men-support aku selama ini, mulai hari ini Momo bakal aktif lagi disini,hehee.
Kabar kalian gimana guys? Baik ya, semoga.
Dan, stay healty tetap patuhi protokol pokoknya jangan sampe sakit. Sayang kalian banyak banyakkkk💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mommy
FanfictionPark Jimin pernah mengalami kegagalan dalam berumah tangga, maka pada saat orang tuanya kembali akan mengenalkan seorang gadis. Dia memilih pergi dari hunian lamanya demi menghindari perjodohan tersebut, siapa sangka jika gadis yang akan dijodohkan...