51

2.4K 195 27
                                    

••🦖••

Pagi hari yang cerah, dengan langit yang berwarna biru beserta matahari yang mulai naik ke atas kepala. Burung burung terbang kesana kemari, sebagian masih berada diatas pohon menikmati panasnya mentari namun, cuaca yang amat cerah tersebut tidak secerah raut wajah Park Jimin yang sedang dilanda kesedihan.

Dalam balutan jas berwarna hitam, kepalanya sedari tadi tertunduk melihat ke arah pusara sang anak yang baru saja dikebumikan pagi ini. Air matanya bahkan sudah kering menangisi kepergian sang buah hati, seharusnya hari ini menjadi hari bahagia, penantiaan selama sembilan bulan akhirnya usai. Tetapi Tuhan berkata lain, seharusnya hari ini Jimin dan Misso merayakan kehadiran si bayi kembar, namun belum sempat menatap wajah cantik sang putri telah lebih dulu berpulang menemui sang pencipta.

Menatap lamat ke arah pusara yang bertuliskan  Park Jihae, berjongkok untuk mengusap nisan tersebut. Air matanya kembali tumpah, lagi lagi  menangis tanpa suara, hanya bahunya yang terlihat naik turun penuh sesak.

Kim Taehyung yang menyaksikan turut merasakan sesak yang di alami oleh sahabat karib yang merangkap menjadi adik ipar, turut berjongkok di samping Jimin, menepuk bahu pria itu satu kali. Pria yang masih lajang itu merasakan hal yang sama, kesedihan yang dirasakan oleh sang adik ipar karena Taehyung juga berada di rumah sakit, menyaksikan saat bayi berwarna merah itu tertidur lelap, tidak terusik saat sang adik kembarnya menangis dengan kencang.

"Sudah, jangan menangis lagi. Putrimu sudah bahagia di atas sana. Ayo bangkit Jim, kau harus kuat demi istri dan anak anakmu."

"..Sudah lebih dari satu jam kita berada disini, sekarang waktunya untuk pulang. Ingat, kau masih mempunyai istri dan kedua anakmu menunggu."

••🦖••

Hujan deras yang tiba tiba turun telah mereda, menyisakan genangan air dan cakrawala yang masih di liputi abu. Tiga hari setelah pemakaman tidak ada yang berubah, kesedihan di raut muka pria itu tidak pergi, malah semakin terlihat menyedihkan dari hari ke hari, mata sayu dengan lingkaran hitam yang menggantung bahkan dia menolak mengisi kebutuhan lambung, karena sang matahari kehidupannya masih tertidur pulas belum sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit.

Beberapa anggota keluarga satu persatu membujuk untuk jangan terus menerus menyiksa raga seperti ini, kehidupan harus tetap berjalan  walau sulit untuk melangkahkan kaki. Keadaan Jimin yang demikian seperti ini membuat siapa pun yang melihat merasa iba.

Pagi ini, Jihye memasuki ruangan tempat sang mommy dirawat menghampiri ayahanda yang sedang terduduk dengan kepala yang di simpan di samping lengan sang mommy.

Gadis yang mulai beranjak dewasa itu mendekat, mengusap bahu ayahnya pelan seolah memberi kekuatan.

"Daddy, bangun. Ayo makan dulu," Suara gadis kecil itu mengalun, terdengar sedikit serak karena kemarin pun dia menangisi kepergian sang adik bayi.

Tidak ada pergerakan, sang Daddy masih terdiam pada posisinya dengan netra yang masih terpejam.

"Daddy.."

"Dunia kejam sekali ya, padahal seharusnya kemarin kita berbahagia karena kelahiran adik kembar,"

"..Tapi Daddy tahu tidak, Hye kemarin tidak sengaja menemukan sebuah tulisan yang dibuat oleh Namjun Ahjusshi. Hye masih mengingatnya, Daddy dengarkan ya."

Anak yang mulai beranjak remaja itu masih bermonolog, mengeluarkan semua hal yang ingin ia keluarkan. Meskipun belum ada respon dari sang Daddy, tetapi ia bertekad akan mengucapkan hal yang ia ingat dalam kertas yang ia temui di bawah meja kerja ibunya kemarin sore.

"..Seperti malam yang berlalu dan pagi pun datang
Ketika musim semi datang dan musim panas datang
Bunga bunga layu dan buah buah matang
Semua pasti mengalami rasa sakit
Kurangkul dunia, dan kuhirup nafas dalam dalam
Udara yang memenuhi paru paru, memberitahuku segalanya
Sudah berkali kali aku ingin melarikan diri
Di masa lalu saat diriku telah bosan dengan semua rasa sakit-,"

Jimin membuka matanya, tetapi masih enggan beranjak dari posisi. Sejujurnya, pria itu tidak benar benar tertidur, bahkan mendengar semua ocehan Jihye kala bocah itu  memasuki ruangan untuk pertama kali. Bukan maksud menghindar, tetapi jika boleh, Jimin tidak ingin menunjukan sisi Park Jimin yang lemah seperti ini kepada Jihye. Dia tidak ingin Jihye bertambah sedih karena melihat kondisinya yang memprihatikan seperti ini, tetapi untaian kalimat yang keluar dari birai milik Jihye itu luar biasa berefek memberikan kekuatan, seolah menampar Jimin untuk segera bangkit dari keterpurukan.

"Setiap hari aku berdoa
Agar aku bisa menjadi orang dewasa yang lebih baik
Dan setiap hari aku bertahan
Karena manusia dan rasa sakit,
Keduanya pasti akan mati suatu hari nanti
Hadapilah angin itu agar kau terbiasa," Jihye melanjutkan kalimat demi kalimat yang semalam ia baca, meski belum sepenuhnya mengerti dengan makna tulisan pada selembar kertas berwarna coklat usang itu, tetapi dia menyukai deretan kalimat yang tersusun rapih dengan tulisan tinta berwarna hitam pekat.

"Jihye," Akhirnya Jimin membuka suara, memanggil pelita hatinya dengan suara terlampau lirih. Bangkit dari posisi, memperhatikan Park Jihye yang sedang berdiri disamping jendela.

Sang empu nama pun menoleh, mengangkat kelima jarinya di udara,"Daddy diam dulu sebentar, kalimat selanjutnya Hye sedikit lupa."

Kalimat sederhana itu mampu ciptakan senyuman tipis diwajah lesu Jimin,"Kemari Sayang, peluk Daddy."

Meskipun Park Jihye masih kurang mengerti dengan situasi yang terjadi, gadis kecil itu tetap berjalan cepat menuju sang Daddy, memeluk tubuh pria itu dengan erat.

Jimin hirup wangi rambut putrinya dalam dalam, membalas pelukan sang buah hati terlampau erat. Air matanya menggenang di pelupuk, kesedihannya berada di ujung tanduk. Hari ini akan menjadi episode baru dalam bagian sedih dan mengharukan hidup Jimin.

"Terima kasih sayang, terima kasih. Putri daddy yang cantik, penyemangatku terima kasih karena Jihye sudah ada menemani Daddy," Ujar Jimin sembari mengecup pipi Jihye.

Menit selanjutnya di habiskan dengan saling memeluk, menyalurkan kekuatan, air mata keduanya luruh menuruni pipi, terisak pelan.

To be continued...

Sorry for everything y all🙏

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Young MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang