Pagi telah tiba, sinar cahaya matahari bahkan sudah memdobrak kain yang tergantung apik pada sisi kiri dan kanan jendela. Jimin masih pada posisinya, senantiasa memgusap rambut wanita dalam pelukannya, semenjak dari lima menit yang lalu.
Memandang ciptaan tuhan yang tengah membenamkan kepala pada dada bidang Jimin, membuat labium tebal miliknya terus saja tertarik, bahagia yang dirasakan sangat tumpah ruah tidak terkira, setelah dirasa waktu semakin melaju ke arah siang, Jimin mulai mendekatkan kepala kearah telinga istrinya membisikan sesuatu.
"Kim, wake up." Jujur saja sebenarnya, Jimin sudah merasa lengket dan ingin segera membersihkan diri. Tetapi, melihat istrinya yang tak kunjung membuka mata dan malah semakin membenamkan wajahnya pada dada bidang Jimin membuat pria itu tidak tega, pasti Misso sangat kelelahan semalam.
Dengan perlahan Jimin mulai menyibakkan selimut yang membungkus tubuh keduanya, kemudian kembali menutup rapat tubuh Kim Misso, lengan kekar Jimin terulur untuk mencubit hidung Misso gemas.
"Nyonya Park, Ayo bangun! jika tidak, dua ronde susulan.. Hehe,"
Senyuman Jimin semakin merekah tampan kala Misso membuka kedua kelopak matanya kemudian menatap Jimin horor.
"Tidak, tidak, tidak, aku tidak mau! badanku pegal pegal semua tahu," tolak wanita itu dengan nada memprotes sembari menggelengkan kepala kuat kekiri dan kekanan, dengan lengan yang memeluk Jimin semakin erat membuat wajahnya semakin terbenam dalam dada bidang Jimin.
"Misso-ya, kau suka sekali membenamkan wajahmu di dadaku, apa tidak lengket hmm? Aku belum mandi omong omong."
Sejurus kemudian, Misso menjauhkan kepalanya dari dada Jimin. "Pantas saja sedari tadi aku mencium bau tidak berakhlak."
Jimin terkekeh sembari mensejajarkan tinggi badannya dengan Misso, kemudian mencium singkat bibir istrinya.
"Morning kiss," ucap Jimin menjauhkan wajah setelahnya sembari terkekeh.
Dalam sekejap wajah seputih pualam itu berubah drastis menjadi merah padam, kemudian lengan Misso terulur untuk mengambil bantal yang berada tidak jauh dari jangkauannya sejurus kemudian melemparkan buntalan kapuk itu ke arah Jimin, yang di tangkap sempurna oleh lelaki itu.
"Cepat mandi sana!" Teriak Misso sembari membungkus tubuhnya dengan selimut, sumpah demi apapun dia masih belum terbiasa dengan suasana yang kelewat romantis seperti ini.
Lautan kapuk itu perlahan memantul lembut bersamaan dengan suara kekehan Jimin yang menjauh, disusul dengan suara pintu kamar mandi yang di tutup, terakhir suara air shower yang menyala. Misso tersenyum dalam balutan selimut yang membungkus tubuhnya, mengusap cincin yang melingkar indah pada jari manis, definisi dari kebahagiaan yang sesungguhnya menurut Kim Misso adalah, ketika membuka mata mendapati suami yang tengah menyangga dengan sebelah lengan tersenyum lembut sembari mengucapkan selamat pagi dengan hangat.
-
-"Halmeoni! Kenapa Daddy itu egois! Kejam sekali kepada makhluk cantik seperti Hye, sih!"
Pagi ini di kediaman nyonya Park di awali dengan Jihye yang melontarkan protes kepada sang nenek, saat tubuh dalam balutan baju sekolah itu menuruni satu persatu anak tangga, berjalan mendekat menghampiri sang nenek yang tengah menyiapkan sarapan di meja makan.
Wanita yang sedang menata piringpun menoleh, mendapati presensi sang cucu yang sudah siap dengan setelah sekolahnya, kedua lengannya terlipat di atas dada sementara bibirnya mengerucut, di tambah dengan kaki berbalut sepatu itu di hentakkan keras, sukses merajuk.
Wanita tua itu menarik sudut bibirnya sebelum berjalan menghampiri sang cucu, sedikit membungkukan badan agar sejajar dengan tinggi si manisnya yang tengah merajuk, "cantiknya Halmeoni itu kenapa sih? pagi pagi sudah marah marah seperti ini? jangan marah marah, nanti cantiknya hilang loh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mommy
FanfictionPark Jimin pernah mengalami kegagalan dalam berumah tangga, maka pada saat orang tuanya kembali akan mengenalkan seorang gadis. Dia memilih pergi dari hunian lamanya demi menghindari perjodohan tersebut, siapa sangka jika gadis yang akan dijodohkan...