13

6.3K 560 64
                                    

Aku berharap kau akan mencintaiku,
Seperti kemarin tanpa melepaskan
Tangan ini, dan setiap kali
Hatiku berdetak.
Samakanlah langkahmu denganku, jadi aku tak perlu berkelana lagi.

_heartbeat

-
-
-
-
-

jangan bertingkah menggemaskan seperti itu, aku tidak tahan. "

Perkataan Jimin beberapa puluh menit yang lalu terngiang bebas di dalam kepalanya,  dan hampir memenuhi isi otak nya bahkan pipi sialan nya masih saja terasa hangat sampai sekarang. Sumpah,  berada di dalam satu ruangan bersama Park Jimin memang tidak terlalu bagus terlebih itu bagi kesehatan jantung. 

Laki-laki itu bisa saja melakukan hal yang  tidak terduga seperti tadi, saat dirinya sedang berada di dapur---ah, sudahlah Kim ingin segera pulang pokoknya,  Dalam hati sudah berharap semoga hujan ini cepat reda.  Walaupun rumah nya terbilang dekat tidak, sangat dekat malah, dan bahkan bersebrangan tetapi tetap saja,  jika hujan nya sebesar ini ia akan basah kuyup dan kemungkinan terbesar nya akan jatuh sakit.

" Daddy, Hye ingin tidur. " Kim terkesiap,  lantas menoleh ke arah Jihye.  Gadis kecil itu tengah mengucek matanya dia kelihatan benar-benar mengantuk setelah menghabiskan satu cangkir coklat panas dan beberapa biscuit yang tersedia di piring tadi.

Maka Jimin dengan sigap mengangkat buntalan gembalnya ke atas pangkuan nya, " tidurlah,  nanti daddy pindahkan kedalam kamar. " ucap nya lembut sembari menepuk pelan punggung anak nya.

Hening selama beberapa saat,  hanya suara dari persegi besar yang  tengah menampilkan seorang putri bergaun unggu berambut panjang saja yang menjadi salah satu suara dan suara hujan dari luar sana, tentu saja.

Kim mengalihkan pandangan nya dengan tatapan bosan ke luar jendela, kapan hujan nya akan reda? Pertanyaan dalam benak Kim langsung terjawab dengan bukti yang terpangpang nyata.  Sepertinya langit masih enggan berhenti untuk menurunkan air kehidupan tersebut terbukti dari beberapa kilatan kecil di susul suara guruh yang menggema.

Kim mengalihkan pandangan nya ke arah Ji--tunggu dulu,  ia yakin tadi  melihat Jimin masih terduduk dengan Jihye dalam pangkuan nya,sangat yakin malah.  Sekarang kemana pergi nya pria itu? Sialan ya,  ada ada saja alur  hidup yang tuhan ciptakan untuk Kim Misso ini. Sudah tidak bisa pulang ke rumah, di tinggalkan sang  penguasa lantai pula terlebih  kilatan dan suara guruh di luar sana membuatnya ketakutan.

" Kim, film nya sangat membosankan jika di lihat oleh orang dewasa, mau di ganti?. " tanya Jimin, menyadarkan Kim yang tengah menatap kosong ke arah luar jendela.

Wanita itu menoleh sedikit terperanjat kaget, "a-oh Jimin,  punya payung tidak?. "  balas Kim balik bertanya tanpa mengindahkan pertanyaan yang Jimin lontarkan sebelumnya.

Halis Jimin saling bertautan, bingung, " payung? Untuk apa?. " balas Jimin, kemudian memasukan kedua lengan kekar nya ke dalam saku celana training berwarna hitam yang ia kenakan,  lantas membawa tubuh berototnya untuk duduk tepat di samping Kim.

Sementara gadis itu memindai penampilan Jimin dari atas sampai bawah-- sialan kok tampan!? -- menggumam dalam hati sebelum berujar, " aku ingin pulang. "

Jimin melihat sekilas ke arah luar jendela,  belum lagi kilat dan suara guruh yang bersahutan. Lantas pria itu membawa kembali pandangan nya ke arah sang gadis yang masih setia menatap ke arah hujan, " hujan nya masih terlalu deras dan aku tidak memiliki payung,maaf. "

Young MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang