Semoga suka sama epilognya.
Happy Reading*****
"Adik, jangan lari-lari! Mas, nggak mau main sama kamu lagi," ucap anak kecil itu pada adiknya.
"Masak gitu aja dah capek, Mas. Nggak seru, ih." Dia cemberut karena masnya tidak mau lagi mengejar.
"Terserah. Dasar Adik manja." Anak kecil itu meninggalkan adiknya yang mulai menjerit dan menangis memanggil orang tuanya.
"Mas! Kamu apain lagi adikmu?" tanya orang tua perempuannya.
"Nggak ngapa-ngapain, dia aja yang manja. Cuma gitu dah nangis," terangnya. Kedua tangannya berada di pinggang.
"Kalau kamu nggak goda adikmu mana mungkin dia nangis gitu. Ayo ceritakan kenapa?" pinta orang tuanya.
"Mas, itu dah bilang nggak ngapa-ngapain. Main lari-larian 'kan capek, Adik nggak mau ngerti," adunya.
"Mas, itu harusnya lebih sabar sama Adik. Bunda 'kan dah bilang kalau kita harus jagain Adik," nasihat anak lelaki yang lebih besar darinya.
"Abang selalu belain Adik, nggak pernah belain Mas sama sekali. Mas, juga 'kan adiknya Abang." Lama-lama anak itu terisak karena tidak ada yang mau membelanya.
"Lho kok jadi nangis semua ini? Nggak seru, ih. Masak anak Ibu cengeng semua. Ntar kalau Ayah pulang terus tahu kalian gini, Ibu bisa kena marah, lho." Baru saja orang tua perempuan mereka berkata, suara salam terdengar. "Nah, itu suara Ayah. Ayo diem! Nggak boleh nangis."
Lelaki yang makin terlihat dewasa dan tampan itu berjalan mendekati anak-anaknya. Rambut terbelah tengah khasnya masih belum berubah dari jaman dia kuliah. Badannya makin terlihat berisi dengan segala kebahagiaan yang dijalani kini.
Di sebelah lelaki itu, berdiri perempuan berhijab lebar. Lesung pipinya terlihat dengan jelas saat melihat anak-anaknya berlarian mendekat, minta di gendong. Mereka adalah keluarga kecil Haidar. Gadis kecil yang menangis tadi adalah putri Aliyah, Olivianita Zahwa. Anak lelaki yang dipanggil Mas adalah putra kedua Hazimah Alfi dan anak yang dipanggil abang adalah Ilyas.
Tiga tahun yang lalu, Aliyah melahirkan seorang putri. Setelah melalui proses panjang, operasi kelahirannya berjalan dengan baik. Anehnya, enam bulan sejak Aliyah melahirkan penyakit yang bersarang pada otaknya malah membaik dan berangsur mengecil.
Dokter masih belum bisa memastikan penyebabnya. Namun, dari keterangan Dokter Irma hal itu bisa terjadi. Dia menduga hormon yang berhubungan dengan kehamilan telah memainkan peran pada sel kanker.
Dokter Irma juga memberikan contoh kasus serupa yang terjadi di berbagai negara. Memang belum ada penelitian yang pasti untuk mengetahui korelasi hormon-hormon itu. Namun, masih menurut dia, kemungkinan ada sub kelompok sel kanker yang memiliki reseptor untuk estrogen dan progresteron. Saat hormon meningkat selama proses kehamilan, maka sel kanker juga membesar. Sementara, setelah melahirkan hormon itu menurun, maka sel kanker juga menyusut. Apa pun itu, Haidar sangat bersyukur karena istri dan anaknya bisa selamat dan kini mereka hidup bahagia.
Olivia langsung bergelayut manja pada ayahnya. "Princess Ayah kenapa? Kok nangis," tanya Haidar sambil mencium kedua pipi putrinya.
"Mas Al, nakal. Nggak mau diajak main Adik," adunya. Olivia menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Haidar.
Haidar menatap putra keduanya, dari sorot mata dia berbicara. "Mas capek, Yah. Adik main lari-larian nggak mau berhenti. Nggak ada apa yang percaya. Coba kalau Adik yang ngomong, semua langsung percaya." Alfi melipat kedua tangannya di depan dada sambil menahan isakan.
"Ibu percaya, Mas," ucap Aliyah, lalu memeluk Alfi, menciumi seluruh wajahnya. Di belakang Aliyah, Ilyas sudah cemberut karena ibunya terlihat lebih sayang pada sang Adik.
"Abang juga pengen diciumi kayak Mas? Sini biar Bunda yang cium." Hazimah mendekat pada Ilyas. Berjongkok, menyejajarkan tubuhnya, lalu menciumi seluruh pipi sang putra.
Dari arah dapur Sania menggelengkan kepala melihat menantu, anak serta cucu-cucunya. Kebahagiaan yang tak pernah dia bayangkan, Haidar bisa hidup rukun dengan kedua istrinya. Ketakutan dan kekhawatirannya selama ini tak terbukti sama sekali.
Haidar dan dua istrinya bisa menjaga hakikat dan tujuan pernikahan mereka. Jika masih ada omongan serta sindirin dari para tetangga dan orang lain. Mereka tak lagi menghiraukannya. Terpenting tujuan pernikahan mereka tercapai.
Konsep qowwam dan istri salihah sepertinya tertanam cukup dalam pada keluarga Haidar seperti yang sudah di jelaskan dalam surat An-Nisa ayat 34. Sejauh ini dia mampu menunjukkan peran qowwamah yaitu pemimpin bagi seluruh keluarganya. Dia, tak hanya menuntut, tetapi juga memenuhi hak-hak mereka. Haidar mampu menjadi benteng bagi istri-istrinya, orang pertama yang menjadi sandaran mereka.
Istri-istri Haidar pun mampu menunjukkan perannya sebagai istri salihah. Mereka paham, besarnya hak seorang suami atasnya. Seorang istri salihah akan rela saat harus menurunkan egonya untuk taat dan patuh pada kepemimpinan suami.
Aliyah dan Hazimah selama ini berusaha menjadi istri salihah yang bisa menjadi setenang malam yang penuh damai mengistirahatkan. Kala masalah demi masalah mendera bahtera rumah tangganya. Saling menghormati hak dan kewajiban serta peran mereka masing-masing.
Konsep sempurna yang telah diberikan syariat ketika dijalankan dengan baik akan melahirkan sebuah keseimbangan hidup yang sempurna. Melahirkan apa yang sering didoakan menjadi keluarga sakinah, mawaddah dan warohmah.
Haidar merangkul anak-anak dan kedua istrinya. Di dalam hati, Sania berdoa semoga mereka bisa terus hidup seperti ini hingga kematian memisahkan.
*****
Part terakhir yang bisa aku publis.
Terima kasih sudah membersamai cerita ini yang proses publishnya cukup lama. Butuh waktu hampir satu tahun untuk menamatkan.Tak banyak yang bisa aku ungkapkan sebagai bentuk syukur atas apresiasinya dengan cerita ini, selain ucapan terima kasih.
Sampai jumpa di cerita-ceritaku selanjutnya.
Buang yang jelek ambil yang baik dari cerita ini.
Kalau aku nulis kisah Ilyas, kira-kira ada yang baca nggak ya?
Love you all 😘😘
Banyuwangi, 3 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Surga Yang Dirindukan (Tamat)
عاطفيةTerkadang dirinya merenung, mengapa hidup bisa berlaku sadis. Tersiksa rindu oleh sang gadis hingga tak tersisa kecuali perih tanpa habis. Angannya melayang pada percakapan imajinari antara dirinya dan dia yang tak pernah terjadi. Ia hanya ingin per...