Happy reading 😍😍
Maafkan jika lama baru bisa update lagi 🙏🙏***
Mematut lekat penampilannya di cermin menjadi kegemarannya saat ini. Tersenyum sendiri setelah memakai hijab, menurutnya tidak buruk berpenampilan seperti ini ketika keluar rumah. Ujung kalimat yang disampaikan Haidar kemarin begitu membiusnya. Padahal suaminya, hanya mengatakan dengan ekspresi datar. Tanpa embel-embel senyum sedikitpun.
Itulah kekuatan cinta yang mampu membuatnya terbang meski tanpa sayap. Menghilangkan logika karena rasa yang tercipta. Allah telah lebihkan perempuan dengan pendengarannya hingga ia mudah luluh. Luluh dengan kata-kata seorang lelaki yang memang telah menempati sebagian hatinya.
Senyum terkembang kala mengingat kalimat Haidar. Sebelum kepergian mereka ke rumah saudara bundanya, Aliyah mendapat pencerahan dari suaminya. Kata ajaib itu mampu merubah paradigma Aliyah selama ini.
"Bagaimana kata Bunda tadi?" tanya Haidar.
"Bunda ngasih aku ini, Mas." Menunjukkan sebuah gamis dengan setelan khimar yang senada warnanya.
"Bagus. Pakailah itu!" Dia duduk di meja kerjanya, setelah tadi sempat turun untuk berbicara pada bundanya sebelum Aliyah.
Aliyah pergi ke kamar mandi dan mulai mengganti pakaiannya dengan pemberian Bunda Sania tadi. Di dalam kamar mandi, dia mematut seluruh tubuhnya pada cermin kecil yang tergantung di dinding. Senyum kecewa ia perlihatkan. Aliyah keluar dari kamar, Haidar menoleh ke sumber suara, dia pun tersenyum.
"Aku kelihatan aneh pasti, ya."
"Enggak juga," ujar Haidar dengan senyum. Baru kali ini Aliyah melihat senyum di wajah tampan suaminya.
Aliyah mulai iseng dengan suaminya itu. "Cantik gak?" Menaik-turunkan kedua alisnya.
"Cantik itu relatif, dari sudut mana kita memandang. Cantik itu tidak akan pernah habis diperbandingkan karena kecantikan itu pasti lekang dimakan usia. Islam tak pernah memandang kecantikan itu dari fisik semata, tetapi juga dari jiwa serta ketaatannya."
"Berarti, aku gak cantik, dong." Mengerucutkan bibirnya.
"Jika, hanya parasnya yang cantik tanpa menutup aurat dan tidak taat pada Allah. Buat apa?"
"Lalu, aku harus gimana?"
"Ketahuilah! Setan akan sangat bahagia jika ada seseorang yang membuka auratnya. Langkah setan itu akan semakin mudah, dia akan membuat manusia semakin dekat dengan maksiat ketika auratnya terbuka. Sebab ibarat perang, kita akan mudah kalah jika sudah tidak memiliki perisai. Aurat itulah perisai bagi kita. Sebab itulah Allah menggunakan kata aurat yang memiliki makna sesuatu yang buruk, aib, lemah. Sehingga, kita perlu menutupinya dan membentengi dengan kuat karena lemahnya."
"Apa aku lebih cocok seperti ini?" Menunjuk gamis yang dipakainya. Aliyah masih kekeh ingin mengetahui jawaban suaminya. Dia ingin suaminya mengeluarkan kata yang lebih spesifik tentangnya bukan pernyataan umum seperti yang ia sampaikan tadi.
"Sepertinya aku harus lebih sabar menghadapimu." Helaan napas Haidar terdengar oleh Aliyah, dia hanya mampu tersenyum mendengarnya. "Sabar yang akan menyebabkan taatmu pada Allah bertambah sehingga menjadikan taatmu kepadaku juga. Wajah itu akan lebih bersinar ketika hijab telah kamu kenakan dan aku menyukai hal itu." Haidar menunjuk dengan pandangannya tepat pada paras istrinya itu.
Haidar berdiri, dia menghampiri Aliyah dan mengambil khimar yang di pegangnya sejak tadi. Perlahan dia mulai memakaikannya kepada Aliyah. Aliyah mematung dengan semua perlakuaan Haidar. Tak ada kata terucap setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Surga Yang Dirindukan (Tamat)
RomanceTerkadang dirinya merenung, mengapa hidup bisa berlaku sadis. Tersiksa rindu oleh sang gadis hingga tak tersisa kecuali perih tanpa habis. Angannya melayang pada percakapan imajinari antara dirinya dan dia yang tak pernah terjadi. Ia hanya ingin per...