13. Akhir sebuah kisah

1.2K 81 15
                                    


Happy reading
Semoga masih ada yang nunggu cerita ini.

***

Lewat tengah malam, mata Haidar tak mampu terpejam. Bayangan kesakitan sahabatnya terus berkelebat dalam angannya. Di sampingnya, ada Aliyah dan sang Bunda yang tertidur sambil duduk di sofa.

Dia turun dan menghampiri istrinya, menyentuh bahu Aliyah perlahan agar bangun. "Ada apa, Mas?"

"Kamu tidurlah di tempatku! Biar Bunda istirahat dengan nyaman."

"Mas, 'kan yang sakit. Al, gak apa-apa kok."

"Enggak masalah. Aku mau ke kamar mandi dan salat malam. Pakai saja ranjangnya!"

Hati Aliyah menghangat dengan perlakuan suaminya itu. Sekalipun Haidar belum menerima sepenuh hati kehadirannya, tetapi Aliyah yakin dengan perlakuan yang ditunjukkannya, suatu saat nanti suaminya akan berubah. Dia menganggukkan kepalanya.

Haidar merebahkan bundanya dengan perlahan di sofa, lalu menyelimutinya. Suatu perlakuan yang manis dari seorang putra kepada orang yang telah melahirkannya. Aliyah semakin yakin pada Haidar dengan perlakuannya itu.

Duduk bersimpuh dengan menundukkan kepala dia lakukan kini. Seluruh doa Haidar panjatkan, hanya untuk sang sahabat. Bait demi bait dia rapalkan untuk kesembuhannya. Berharap doa yang dia langitkan akan tersampai melesak secepat busur panah, tepat mangenai sasarannya yaitu kesembuhan Zafran.

Suara azan sayup terdengar di tengah kesunyian rumah sakit. Haidar berdiri dari duduknya dan mulai membangunkan Bunda dan istrinya. Setelah mereka bangun, Haidar berpamitan untuk melaksanakan salat subuh di musala rumah sakit.

Seorang perempuan yang telah mengenakan mukena keluar dari sebuah ruangan yang tak jauh dengan tempat Haidar berdiri sekarang. Dia tersenyum pada perempuan itu, tetapi sang wanita tak membalasnya dia malah mempercepat langkah kakinya. Haidar mencoba mengejar langkah kaki sang wanita.

"Asalamualaikum. Bagaimana keadaan Zafran sekarang?"

Hazimah masih diam, tak berniat menjawab pertanyaan Haidar. Salamnya pun enggan dia balas, hanya dia ucapkan dalam hati. Hatinya terlalu sakit akibat dari lelaki yang terus berusaha mensejajarkan langkahnya.

"Ghaza, apa segitu bencinya kamu kepadaku? Hingga salam saja tak mau kamu jawab." Hazimah menoleh, lalu melenggang pergi. "Astagfirullah," ucap Haidar lirih.

Harus bagaimana lagi aku meminta maaf padamu. Aku tahu, salahku terlalu banyak, tetapi aku benar-benar menyesal saat ini.

***

"Tolong kamu jenguk Zafran, Nak! Dari tadi dia terus mengigau memanggil namamu." Terengah-engah Yana menghampiri Haidar di ruang inapnya.

Haidar segera menghentikan sarapannya dan bergegas mengikuti Yana. Aliyah dan Sania pun turut keluar mengekor mereka berdua. Langkah mereka terhenti saat melihat Hazimah yang mondar-mandir di depan pintu ruang ICU.

"Bu, A-bi ...!" Dia memeluk Yana dan mulai terisak.

"Tenang, Nak!" Yana mengusap lembut pungung sang menantu.

"Siapa di antara kalian yang bernama Haidar?" tanya seorang perawat. Ruby dan suaminya yang baru datang tampak kebingungan dengan keadaan sekarang.

"Saya, Suster." Haidar mendekat padanya.

"Silakan mengikuti saya!" Tanpa banyak bertanya Haidar mengikuti perawat itu ke dalam ruang perawatan Zafran.

Berbagai alat penunjang kehidupan ditempelkan ke tubuh Zafran. Haidar mulai menyeka air mata yang terjatuh melihat keadaan sahabatnya. Tidak menyangka, rencana pertemuan yang akan mereka lakukan berakhir seperti ini.

Seindah Surga Yang Dirindukan (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang