3. Penyakit rindu

979 87 18
                                    


Happy reading

💕💕💕

***

Sebuah cincin putih polos kini telah melingkar di jari manisnya sebelah kiri. Kini, ia tak mungkin sebebas dulu, meskipun hatinya menolak. Namun, Haidat tetap berusaha memenuhi janjinya pada sang Bunda, menjaga nama baik keluarga. Cuaca panas di luar tak sepanas hatinya kini. Di ruang kerja, dia mulai melamunkan sosok Hazimah. penampilannya secara fisik jelas sangat berbeda dengan Aliyah Fadwah.

Ghazala Hazimah adalah sosok perempuan yang sangat mengagumkan bagi Haidar. Dia adalah perempuan cerdas berwawasan luas dan jangan lupakan jika gadis itu adalah perempuan paling mandiri yang selama ini dikenal Haidar. Instingnya kuat saat mengambil keputusan. Itu sebabnya saat kuliah dulu, banyak organisasi intra dan ekstra di kampus yang ingin menjadikannya anggota.

Haidar tahu begitu banyak lelaki yang terpikat dengan pesona seorang Hazimah. Hingga untuk menarik perhatiannya dia selalu bersikap sinis dan jutek pada gadis itu. Seolah dengan sikapnya, dia bisa mendapat perhatian Hazimah.

Ketika melihat sosok wanita pilihan bundanya semalam, terus terang hatinya menentang. Bagi Haidar wanita secantik apa pun jika dia tak berhijab, maka kecantikan itu akan menghilang seketika. Sebenarnya, Aliyah tak kalah cantik di banding Hazimah, tetapi ketaatan akan perintah Tuhan-Nya lah yang membuat Hazimah lebih unggul.

Ah, jika seperti ini aku semakin merindukan sosokmu. Di mana sebenarnya kamu berada? Mengapa setiap kali reuni alumni di kampus kamu tak pernah hadir. Aku rindu ... rindu sekali. Jika seperti ini terus-menerus aku bisa gila karenamu.

Benar kata seorang dokter bahwa rindu itu adalah suatu penyakit obsesi yang serupa melankolia. Bahkan seorang filsuf sekelas Phytagoras mengatakan, rindu adalah harapan dan cinta yang sangat untuk mencapai sesuatu. Di mana ia muncul dalam hati, bergerak dan berkembang biak yang dapat mengumpulkan semua rasa yang sangat. Setiap kali rindu itu menguat, maka orang yang ditimpanya akan semakin bergejolak serta tergerak untuk mencari dan mencapai apa yang diinginkannya hingga gejolak tersebut membuat pemiliknya merasa bersedih dan khawatir. Jika tidak bisa mencapai apa yang diinginkan tersebut darahnya bisa mendidih dan menjadi hitam dan saat keadaannya sudah seperti itu, maka bisa rusak cara berpikirnya dan menjadi gila.

Selama ini, Haidar sudah berupaya semampunya untuk mencari keberadaan Hazimah. Namun sayang, gadis itu sama sekali tak terdeteksi keberadaannya. Rindu yang dimilikinya pun semakin bertambah tanpa Haidar tahu cara menguranginya.

Zafran sebagai seorang sahabat sudah sering mengingatka. Rindu yang dia miliki harus dipasangkan kendali kuat agar tak menjebak dalam semua kegiatan hidupnya. Nyatanya perkataan Zafran, hanya angin lalu bagi Haidar.

"Ehem ...." Dehaman dari sang kepala desa membuyarkan semua lamunannya tentang Hazimah. Tanpa Haidar sadari, atasannya itu sudah sejak tadi berdiri di hadapannya bahkan ketukan pintu tak membuat kesadarannya kembali.

"I-ya, Pak," jawab Haidar gugup. Segera dia berdiri untuk menghormati atasannya itu. Takut-takut jika dia mendapat teguran atas tindakannya yang kedapatan melamun di jam kerja.

"Kerja dulu, Mas! Nanti, pulang kantor puas-puasin melamunnya." Senyum tersungging di bibir sang atasan. Kalimatnya sarat dengan sindiran kepada Haidar. Bukannya Haidar tak menyadari kesalahan itu. Namun, dipergoki secara langsung seperti ini membuatnya sangat malu.

"Siap, Pak." Wajahnya seketika memerah. "Wonten nopo, Pak (Ada apa, Pak)?" tanya Haidar.

"Beda, ya? Orang yang habis bertunangan sama yang belum." Masih menyindir Haidar. "Tolong kamu wakili saya di kecamatan! Ada pertemuan antar kepala desa di sana. Saya masih harus melanjutkan rapat dengan para ketua RW dan kepala dusun. Bisa, 'kan, Mas Haidar?" Kali ini nada perkataannya terlihat lebih serius. Beruntung Haidar tak mendapat teguran dan pertanyaan yang aneh dari kepala desa.

Seindah Surga Yang Dirindukan (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang