Happy Reading***
Di sebuah ruangan yang akan menjadi kantor bagi Zafran. Dia duduk termenung sambil melihat sebuah foto yang diambilnya kemarin dari album Hazimah. Hatinya masih bertanya-tanya, mengapa istrinya itu mencoret wajah sahabatnya di foto yang dia temukan.
Zafran mengambil ponselnya dan mulai mengetikkan kata kepada sahabatnya, Haidar. Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan lelaki itu. Banyak pertanyaan yang akan dia ajukan kepadanya.
"As-salamu 'alaikum, Sob. Bagaimana kabarmu?" Tulisnya dengan cepat. Selang beberapa detik balasan dari.sahabatnya muncul.
"Wa'alaikumus-salam. Alhamdulillah kabar baik, Sob. Posisi di mana?"
"Di warung. Bisa bertemu hari ini, Sob?"
"Bisalah. Bentar lagi aku kesana. Tunggu!"
Setelah mengirimkan balasan pada sahabatnya, Zafran kembali fokus pada pekerjaannya. Menyelesaikan beberapa berkas laporan pengeluaran yang telah istrinya susun untuk renovasi warung ini. Dia juga memeriksa laporan keuangan yang dikirimkan oleh manajernya. Sebulan ini, dia sudah tidak datang ke kantornya sendiri. Zafran menyerahkan sepenuhnya pada sang manajer untuk pengelolaan usaha rent car yang dimilikinya.
Cukup lama Zafran menunggu sang sahabat, sampai semua pekerjaannya hampir selesai. Namun, Haidar belum menampakkan diri di ruangannya. Dia melihat ponselnya kembali, sudah lebih satu jam sejak sahabatnya itu membalas chat terakhirnya. Dia sedikit khawatir, tidak biasa temannya terlambat saat berjanji dengan seseorang, apalagi janji temu itu dengan dirinya.
Zafran mulai tak sabar, dia kembali menekan Kontak Haidar. Berulang kali dia melakukan panggilan, tetapi tak satu pun yang dijawab oleh sahabatnya itu. Pikirannya mulai tidak fokus dia takut terjadi apa-apa dengannya.
"Mas tolong jagain warung dulu, ya! Saya akan ke rumah temen. Nanti, kalau Ibu sudah datang, bilang saja saya ada janji temu dengan Haidar," katanya pada salah satu pegawai.
"Siap, Pak."
"Nitip sebentar, Mas!"
Zafran pun pergi, dia menaiki motor untuk mencapai tempat tujuannya. Hari ini perasaannya tidak nyaman. Seolah akan terjadi sesuatu yang menimpanya. Detak jantungnya tiba-tiba bergerak tidak menentu. Istigfar dan zikir sudah dia rapalkan dalam hati. Namun, perasaannya masih saja khawatir.
Di tengah perjalanan, dia melihat seseorang yang sedang berkelahi. Dari arah samping Zafran melihat mobil Haidar. Seketika dia menghentikan laju kendaraannya. Meyakinkan diri bahwa yang dilihatnya itu benar sang sahabat.
"Astagfirullah," ucapnya lirih, "hai, kalian! Jangan, hanya berani main keroyokan! Lawan aku kalau berani." Zafran menatap sahabatnya, dia menganggukkan kepala kepada Haidar.
Mereka adu kekuatan, dua lawan enam. Pukulan demi pukulan telah Zafran layangkan pada musuhnya. Sementara Haidar, dia sudah terlihat lemah karena sedari tadi berkelahi dengan enam orang itu. Zafran mendekati sahabatnya, dia menempelkan punggungnya ke punggung Haidar.
"Sob, siapa mereka?"
"Gak ngerti, sepertinya mereka kumpulan begal." Kaki Haidar masih sempat menendang lawannya.
Zafran mengangguk dan mulai menyerang mereka lagi. "Hati-hati, Sob. Mereka bawa kayu sekarang," katanya.
"Iya,"
Saat Zafran membungkuk menghindari pukulan lawan. Kepala Haidar terkena kayu yang dihantamkan salah seorang dari mereka. Zafran berusaha merangkul sahabatnya. Namun, dari arah samping salah satu dari mereka menghunuskan pisau lipat yang dia bawa ke arah Zafran. Haidar yang kesadarannya tidak sempurna segera menjerit. Mereka berdua tumbang di jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Surga Yang Dirindukan (Tamat)
RomanceTerkadang dirinya merenung, mengapa hidup bisa berlaku sadis. Tersiksa rindu oleh sang gadis hingga tak tersisa kecuali perih tanpa habis. Angannya melayang pada percakapan imajinari antara dirinya dan dia yang tak pernah terjadi. Ia hanya ingin per...