Happy reading.
Asalamualaikum sahabat semua
Jangan lupa follow akun dan vote ya!***
"Mas, tolong kamu datang ke rumah! Tante khawatir dengan kondisinya. Dia terus muntah-muntah pagi ini." Haidar bergegas keluar untuk pergi ke rumah Zafran, dia berjalan dengan tergesa-gesa.
"Mas, mau kemana? Kamu belum sarapan, lho," teriak Aliyah dari meja makan. Dia sedang menyiapkan hidangan saat mengetahui Haidar akan pergi.
Haidar menoleh, sejenak dia berpikir. Jika dia ke sana sendiri, pasti Hazimah akan mengusirnya seperti yang sudah-sudah. Apalagi saat ini niat kedatangannya untuk memeriksakan kondisi kesehatannya, sudah dipastikan, perempuan itu akan menolaknya.
"Al, ikut aku! Kita sarapan di luar," perintahnya.
"Aku sudah masak banyak, Mas. Bagaimana?"
"Enggak masalah, dipakai makan siang aja nanti." Dia melangkah ke arah kamar bundanya. Tak berapa lama, mereka berdua sudah keluar.
"Al, ikutlah suamimu! Masakannya biar Bunda yang beresin nanti." Wajah khawatir terlihat oleh Aliyah dari sang mertua.
"Iya, Bun, tapi kita mau kemana?"
"Nanti, aku ceritakan di perjalanan. Cepatlah! Aku tunggu di mobil, ya!" perintah Haidar.
"Iya." Tanpa bertanya lagi, Aliyah segera mengganti pakaiannya. Hampir dua bulan hidup dengan Haidar membuat Aliyah paham, bahwa suaminya itu tidak banyak bicara dan setiap perintahnya harus dituruti.
Di tengah perjalanan, Haidar menepati janjinya untuk menceritakan semua kepada Aliyah. Istrinya itu tersenyum bangga, tidak menyangka kesabarannya kini berbuah manis. Haidar mulai membuka diri kepadanya dan mau melibatkan Aliyah dalam setiap kegiatan yang dia lakukan.
***
Sebelum ayam jantan berkokok, Aliyah sudah bangun terlebih dahulu. Perasaan bahagia masih tampak jelas di wajahnya. Hatinya berbunga-bunga setelah apa yang dilakukan Haidar semalam. Haknya sebagai seorang istri telah dipenuhi oleh suaminya.
Awalnya mereka ngobrol biasa, membahas tentang keadaan Hazimah yang masih bersedih setelah hampir dua bulan ditinggal Zafran. Kejadian itu membuat Aliyah dan Haidar semakin dekat satu sama lain. Haidar mempercayakan urusan penjagaan kesehatan Hazimah pada Aliyah.
Pembahasan mereka semakin seru saat mengarah pada rasa cinta di antara Hazimah dan Zafran. Entah bagaimana, semalam Aliyah melihat mata Haidar berkabut seolah ingin memangsanya. Suaminya itu menatapnya, seakan rasa yang dimilikinya sudah tak mampu dia tampung dan terjadilah malam indah yang sempat tertunda bagi mereka.
Aliyah masih membayangkan perlakuan Lembut Haidar semalam. Dia terus memandang wajah tampan suaminya, sesekali menyentuh pipinya sepelan mungkin. Dia tidak mau lelakinya itu terganggu dengan aktifitas yang dia lakukan.
"Kenapa, Al?" tanya Haidar saat dia telah membuka mata dengan sempurna.
Aliyah salah tingkah, dia malu kedapatan begitu mengagumi suaminya dengan mengelus-elus pipi. "Gak ada apa-apa, Mas."
"Terus kenapa kamu lakukan itu? Masih kurang semalam?" Haidar tersenyum. Entahlah, di antara kesedihan yang dia miliki saat ini, ada kebahagiaan yang dia rasakan saat bersama Aliyah.
"Mas, kok gitu, sih." Aliyah membalikkan badan, malu. Haidar memegang tangannya dengan cepat. "Aku mau mandi dulu, sudah mau subuh." Aliyah menepis tangan suaminya. Dia turun dari ranjang dan segera berjalan ke kamar mandi.
"Al, bareng, ya?" katanya tak disangka oleh Aliyah.
Aliyah tak menjawab, dia segera masuk ke kamar mandi, tetapi tidak mengunci pintunya. Jantungnya berdetak dengan cepat, perkataan Haidar sungguh membuat kesehatan jantungnya memburuk. Haidar tersenyum, lalu segera menyusul istrinya masuk kamar mandi.
Aliyah keluar kamar mandi dengan malu-malu. Padahal, tak ada siapa pun di dalam kamar kecuali mereka berdua. Hari ini, perlakuan Haidar kepadanya benar-benar manis. Usai mandi, Haidar yang biasanya ke musala untuk berjemaah kali ini dia tidak melakukannya. Dia salat di rumah bersama dengan Aliyah. Ini kali pertama bagi Aliyah dan Haidar melakukannya setelah pernikahan yang dilangsungkan dua bulan lalu.
Setelah salat, Aliyah berpamitan untuk keluar kamar terlebih dahulu. Dia harus melaksanakan tugasnya untuk membantu bundanya memasak. Namun, Haidar tidak mengijinkan.
"Al, kamu istirahat saja! Biar aku yang bantu Bunda. Hari ini ijinkan aku sebagai suamimu untuk melayani. Kamu pasti capek! Tidur lagi saja, ya?"
"Jangan, Mas! Biar aku aja," ucapnya. Aliyah merasa tidak enak jika suaminya yang harus melayani kebutuhannya.
Pelan-pelan Aliyah memang telah berubah. Segala kebiasaan buruknya telah dia tinggalkan. Dia sadar jika dirinya tetap mempertahankan, maka Haidar tidak akan pernah tersentuh hatinya. Hari ini keyakinannya itu terbukti.
"Udah! Diem dan istirahatlah!" Haidar menatap tajam padanya. Jika sudah seperti ini, Aliyah, hanya mampu diam. Suaminya itu tak terbantahkan saat berkata.
Haidar ke luar dari kamarnya. Dia berjalan ke arah dapur dan mulai membuat masakan untuk istri dan juga bundanya. Membuka kulkas untuk melihat bahan yang bisa diolah. Bagi Haidar, memasak itu bukanlah hal yang sulit, dia sudah terbiasa dengan aktifitas itu.
"Eh, ini salah dapur kayaknya." Sania balik badan dan berniat pergi, dia tersenyum bahagia saat ini.
"Bun, jangan gitu! Haidar cuma mau bantu aja. Aliyah sakit hari ini, jadi aku yang menggantikan tugasnya." Dia terpaksa berbohong agar sang Bunda tidak menggodanya lebih lanjut.
"Sakit apa, Mas? Semalam, sebelum dia masuk kamar, keadaannya baik-baik saja. Malah terlihat sangat sehat." Niat hati yang ingin menggoda Haidar, Sania urungkan. Dia khawatir dengan keadaan menantunya.
Haidar salah tingkah, dia menggaruk kepalanya, meskipun tidak gatal. "Kecapean, Bun. Jadi, dia butuh istirahat yang banyak." Sania menautkan kedua alisnya, dia melihat muka Haidar yang sedikit malu saat berkata kecapean tadi.
"Kamu ajak lembur menantu Bunda, Mas?"
"Bun, gak usah dibahas, nggeh?"
"Oke, segera beri cucu untuk Bunda!" Sania mulai membantu Haidar memasak, meskipun tawanya tak juga berhenti.
Pancake saus madu telah Haidar selesaikan dengan segelas jus jeruk. Dia membawa hasil masakannya itu ke kamar. Sania yang melihat, hanya bisa menggelengkan kepala. Tak disangka putranya itu diam-diam romantis juga kepada istrinya.
Dia kembali memasak makanan untuk sarapannya. Menggoreng ikan nila dan membuat sambal matah sebagai pelengkap. Setelah siap, Sania menyajikannya di meja makan. Hari ini, terpaksa dia makan sendiri.
"Asalamualaikum. Al, bangun! Kita sarapan dulu, ya!" Haidar menaruh nampan yang berisi sarapan di meja rias istrinya.
Dia mengedarkan pandangan ke seluruh kamar, ketika tak mendapati istrinya di ranjang. Rasa khawatir mulai menyerangnya. Takut terjadi apa-apa dengan Aliyah. Suara gemericik air di dalam kamar mandi membuatnya yakin bahwa Aliyah sedang ada di dalamnya. Lama dia menunggu, tetapi istrinya itu tak juga keluar.
"Al, kamu ngapain di dalam? Sarapannya keburu dingin ini. Cepatlah!" Tak ada sahutan dari Aliyah. Haidar mengetuk pintu untuk memastikan. Sama sekali tak ada tanggapan.
Ragu-ragu Haidar menyentuh gagang pintu kamar mandi. Ternyata tidak di kunci, dia langsung masuk ketika melihat air yang mengalir dari keran meluber ke lantai. Saat indera penglihatannya menemukan sosok sang istri, Haidar langsung mengucap istigfar.
"Bunda, tolong ...!" teriaknya sekencang mungkin, dia panik melihat keadaan Aliyah.
***
Love you all 😘😘
Banyuwangi, 17 Januari 2021
![](https://img.wattpad.com/cover/228340212-288-k190106.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Surga Yang Dirindukan (Tamat)
RomansaTerkadang dirinya merenung, mengapa hidup bisa berlaku sadis. Tersiksa rindu oleh sang gadis hingga tak tersisa kecuali perih tanpa habis. Angannya melayang pada percakapan imajinari antara dirinya dan dia yang tak pernah terjadi. Ia hanya ingin per...