Happy Reading*****
Kebahagiaan keluarga Haidar terus bertumbuh, meskipun kadang ada kerikil kecil menghalangi. Namun, mereka bisa mengatasi. Kandungan Aliyah pun tumbuh dengan baik sekalipun banyak obat yang harus dia konsumsi. Semua dia terima demi mempertahankan kesehatan janinnya.
Pada tri semester pertama, setiap dua minggu sekali Aliyah harus memeriksakan kandungan. Kekhawatirannya sangat besar sekali, terkadang Dokter Irma sampai geleng-geleng kepala. Pasien satu itu selalu pesimis dengan kesehatannya sendiri.
Tumbuh kembang kedua putra Haidar pun sangat baik. Ilyas sudah pandai berbicara, segala hal yang dia lihat dan mengusik hatinya selalu ditanyakan tak jarang Hazimah kewalahan dengan segala pertanyaannya. Jika sudah begitu, maka Ilyas akan merengek dan mengadu pada ibunya, Aliyah.
Putra kedua Haidar sudah mulai belajar berdiri, meskipun masih lebih banyak jatuhnya. Semua begitu terasa membahagiakan saat rasa saling menghormati dan kasih sayang terjaga dengan sendirinya. Komunikasi juga menjadi peran utama dalam menjaga sebuah hubungan dan yang paling penting niatkan semua, hanya untuk mencari keridaanNya.
Aktifitas Hazimah pun sudah kembali seperti semula. Mengelola kedua usahanya dibantu Haidar. Untuk penjagaan Ilyas dan adiknya ada Sania serta Aliyah yang siap membantu.
Pagi ini, Ilyas dan adiknya, Alfi Fauzi Rahman sudah rapi dengan segala perlengkapan mereka. Sedari subuh, putra sulung Hazimah itu sudah merengek minta di antar ke rumah ibunya.
"Nda, cepet dikit. Man mau ketemu Ibu," teriak putra sulung Hazimah. Usianya yang masih dua tahun lebih, sedikit kesulitan saat melafalkan huruf s dan r.
"Iya, Mas. Tunggu Ayah selesai maemnya dulu. Emang mau apa sih sama Ibu sampai keburu gitu?" tanya Hazimah.
Tangannya juga sibuk membereskan sisa sarapan dan piring bekas makan mereka. Di sebelah Hazimah, seseorang yang disebut Ayah itu tersenyum. Terkadang, Haidar heran mengapa Ilyas lebih sering mencari dan menanyakan keberadaan Aliyah dibanding bundanya sendiri.
"Ayo berangkat! Ayah sudah selesai," ajaknya pada si sulung.
"Atik," teriak Ilyas kegirangan. Alfi pun ikut menyatukan kedua tangannya di depan mengikuti abangnya.
"Nda, dah selesai belum," tanya Haidar memanggil Hazimah. Dia meraih tangan Yana yang tersenyum bahagia melihat cucu-cucunya. Zafran memang tak bersamanya lagi, tetapi kehadiran Haidar mampu menjadi pengganti kerinduan Yana.
"Enggeh, Yah," panggil Hazimah. Dia berpamitan pada Yana juga, sementara ketiga lelakinya sudah keluar terlebih dahulu.
Tak kurang dari lima menit, mereka sudah sampai di halaman rumah Aliyah. Begitu pintu mobil terbuka, Ilyas berlari mendekatinya yang sudah berdiri sambil memegangi dan mengusap perut. Sania mengunci pintu dari luar, suara teriakan Ilyas yang memanggil nama menantunya membuatnya tersenyum lega.
Lekas Sania mendekati mobil dengan membawa tas besar, lalu berbicara pada putranya. Setengah berlari Haidar mendekati Aliyah. Hazimah yang mendengar percakapan mereka pun ikut khawatir dan turun bersama Alfi di gendongannya.
Tanpa pikir panjang lagi, Haidar langsung menggendong Aliyah yang terlihat sangat pucat dan kesakitan. "Mas, balik ke mobil lagi!" perintahnya pada Ilyas.
"Kenapa, Yah?" tanya Ilyas polos. Dia masih melongo melihat kepanikan Haidar.
Di depannya, Hazimah menatap si sulung, lalu berkata, "Mas, main sama ibunya nanti dulu, ya. Ibu harus di bawa ke rumah sakit."
![](https://img.wattpad.com/cover/228340212-288-k190106.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Surga Yang Dirindukan (Tamat)
RomanceTerkadang dirinya merenung, mengapa hidup bisa berlaku sadis. Tersiksa rindu oleh sang gadis hingga tak tersisa kecuali perih tanpa habis. Angannya melayang pada percakapan imajinari antara dirinya dan dia yang tak pernah terjadi. Ia hanya ingin per...