42. Suara Hati

968 84 92
                                    


Wis, pokoknya part ini kalau banyak yang kecewa, tak terima aja.
😬😬

Happy Reading

*****

Netra Aliyah dan Hazimah bertemu, seolah mengetahui isi hati masing-masing keduanya mengangguk. Ketika pelukan Haidar terurai, istri pertamanya mengedipkan mata pada istri muda. Mereka duduk berdampingan di sofa panjang, setelahnya saling membisikkan sesuatu.

"Kamu dah masak, Al?" tanya Hazimah.

"Belum lah, Mbak. Mas, nih, aku lagi mau masak dia datang teriak-teriak." Aliyah pura-pura marah.

"Ya, udah. Enggak usah masak sekalian. Mas beliin sarapan aja. Pengen apa, Sayang?" tanya Haidar pada Aliyah.

"Nggak pengen apa-apa. Al, mau masak aja. Yuk, bantuin, Mbak," ajaknya pada Hazimah. Sebenarnya, ada sesuatu yang akan mereka bicarakan nanti di dapur.

"Mas, bisa jagain Ilyas sebentar? Tolong nggeh," pinta Hazimah.

"Nggeh, Nda," jawab Haidar. "Sini anak ganteng." Dia mengulurkan tangannya agar Ilyas mau mendekat. Sania, hanya melihat putra dan menantunya yang saling melengkapi dan membantu satu sama lain.

Aliyah melihat kanan kiri, dirasa tak ada orang lain selain dirinya dan Hazimah, dia mulai berkata, "Mbak, kamu 'kan tahu apa kata dokter waktu itu. Apa mungkin aku bisa mempertahankan janin ini?"

"Ini yang aku cemaskan, Al. Kamu selalu pesimis sama sesuatu yang belum tahu ke depannya gimana." tangan Hazimah lincah memotong sayuran, meskipun dengan perut besar.

"Terus aku harus gimana, Mbak?" tanya Aliyah.

"Konsultasikan lagi sama Dokter Irma. Selebihnya pasrahkan pada Penentu Segalanya, Allahu Rabbi," nasihat Hazimah.

"Mbak, udah dengar penjelasan dokter kemarin, 'kan?" Aliyah mengembuskan napas panjang, resah.
"Nyatanya itu ndak terbukti, Al. Sekarang kamu positif dengan keadaan yang sehat-sehat saja. Ucap alhamdulillah aja atas semua rezeki hari ini. Allah saja percaya menitipkan janin itu, kenapa kita mesti ragu." Hazimah ingin Aliyah lebih percaya diri menghadapi semuanya.

Konsul terakhir dengan Dokter Irma waktu itu, menghapus semua harapan Aliyah untuk memiliki momongan. Dia berkata, kanker yang diderita istri Haidar itu mengenai kelenjar pada otak yang berfungsi menghasilkan berbagai jenis hormon. Penurunan kemampuan reproduksi Aliyah akan terganggu akibat perubahan keseimbangan hormonal itu.

Penjelasan itulah yang membuat Aliyah cemas. Hazimah bisa merasakan hal itu karena dialah yang mengantarkan saat konsultasi. Namun, takdir berkata lain. Allah telah menitipkan ruh pada rahim Aliyah.

*****

Seminggu berlalu, sejak kabar kehamilan Aliyah. Jangan ditanya bagaimana Haidar dengan segala ngidamnya, sudah dipastikan makin aneh tak terjangkau nalar. Tiap hari ada-ada saja maunya.

Mitos yang berkembang mengatakan jika seorang suami yang mengalami ngidam saat istri hamil. Maka, cintanya pada perempuan itu sangatlah besar. Tak ada penelitian yang menerangkan korelasi kejadian itu sebenarnya, tetapi masyarakat terlanjur mempercayai semua.

Selama masa itu pula, Haidar belum mengunjungi Hazimah. Namun, ibu satu anak itu tetap diam tanpa keluhan meski suaminya begitu. Sadar posisi bahwa keadaan Aliyah saat ini adalah prioritas utama. Tak jarang dia yang akan mengunjungi mereka karena memang letak rumah yang berdekatan. Komunikasi lewat media ponsel juga sangat sering untuk mengabari keadaan masing-masing.

Seindah Surga Yang Dirindukan (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang