36. Bersatu Kita Bisa

690 73 34
                                    


Happy reading

*****

Haidar memelankan langkahnya saat berjalan mendekati kamar Aliyah. Kembali hatinya didera gejolak emosi. Setelah mengantar Hazimah dan Yana ke rumahnya, Sania menceritakan semua kejadian di taman sore tadi.

"Assalamualaikum," salam Haidar disertai ketukan pintu kamar.

Aliyah menekan hidungnya dengan jempol dan telunjuknya. Air mata yang terlanjur deras saat dihentikan paksa malah menghasilkan sesak isakan. Namun, dia tetap berusaha tersenyum ketika suaminya masuk.

Haidar segera memeluk Aliyah erat. "Menangislah dan ceritakan apa yang kamu rasakan, Al. Mas siap mendengarkan semuanya." Berkali-kali pula dia mencium mahkota kepala Aliyah.

"Al gak masalah jika yang mereka nyinyirin itu aku sendiri, tapi mereka ngatain Mas juga. Al gak marah dikatain bodoh dengan memberi ijin menikah lagi, cuma mereka menjelek-jelekkan Mas. Aku gak suka itu." Aliyah terus saja mengulang-ngulang kalimat jika dia tak suka para tetangga itu menjelek-jelekkan suaminya.

"Sudah, dong, Sayang. Semua itu pasti terjadi." Haidar merubah posisi duduknya yang semula di pinggir ranjang kini bersandar pada kepala ranjangnya, demikian pula Aliyah. Suaminya mendekapnya, meletakkan anggota tubuh bagian atas Aliyah dekat dengan jantungnya.

Dirasa nyaman dengan posisi yang sekarang, Haidar melanjutkan perkataannya. "Masih ingat cerita kiasan tentang seorang ayah, anak dan keledai yang hendak pergi ke pasar?" Haidar menyentuh dagu istrinya, melihat jawaban Aliyah. Ketika Aliyah tak juga memberi sebuah jawaban atau anggukan, dia melanjutkan perkataannya lagi.

"Konon ada kisah seorang ayah dan anak yang akan menjual keledainya ke pasar. Sepanjang perjalanan mereka, orang-orang selalu mengatakan salah atas  tindakannya. Ketika anaknya yang naik di atas keledai, si anak dikatakan durhaka. Saat ayahnya ada diposisi si anak, orang-orang itu mengatakan ayahnya tidak berperikemanusiaan. Sampai akhirnya keduanya menaiki keledai masih aja ada yang berkata jika mereka terlalu memforsir tenaga hewan. Pada akhirnya ayah dan anak itu menggotong keledainya karena terlalu jengkel dengan omongan orang-orang, itupun mereka masih dikatakan bodoh. Keduanya tak peduli lagi dengan omongan orang lain dan mempertahankan posisi itu sampai ke pasar." Haidar meluapkan emosinya pada kisah yang dia ceritakan, sedari pagi nyinyiran tetangga selalu melayang pada istri-istrinya.

Aliyah tertawa sedikit keras dengan cerita Haidar. Dia jadi bingung kenapa istrinya malah tertawa dengan kisah kiasan itu. "Kenapa kamu ketawa, Sayang?" tanya Haidar.

"Cerita itu mirip kisah kita, ya, Mas?" Aliyah mengusap air matanya kembali. Tangan kirinya mulai mengelus dada Haidar.

"Jadi, sayangnya Mas ini dah paham, 'kan? Tetap yakin pada kebenaran, abaikan omongan orang." Setelah mencium pipi Aliyah, Haidar turun dari ranjang. Bergerak ke kamar mandi. Sejak pulang kerja tadi dia belum sempat bersih-bersih diri.

Cerita yang dikiaskan dari waktu ke waktu selalu sama. Dalam kehidupan sehari-hari pun kejadian seperti itu banyak sekali. Kita tak akan pernah bisa memuaskan keinginan semua orang karena sering kali apa yang kita lakukan salah di mata mereka. Namun, yakinlah bahwa ketika tujuan kita baik dan benar kata-kata mereka boleh diabaikan. Jangan tergantung pada pandangan dan pendapat orang lain jika itu kebenaran, maka majulah.

Hari terus berlalu, suara-suara sumbang dari para tetangga bukannya berhenti malah semakin menjadi-jadi. Seperti hari ini, ketika Hazimah bertemu dengan rekanan Zafran untuk menandatangi kontrak perjanjian baru. Terang-terangan dia melecehkan istri kedua Haidar itu dengan berani saat suaminya tengah ke kamar kecil.

"Tak perlu jadi istri kedua Haidar jika untuk mendapatkan hak seperti saat mendiang suamimu masih hidup. Harusnya, kamu katakan saja jika bersedia untuk dimadu dengan senang hati aku yang akan menikahimu. Toh aku tak kalah ganteng darinya. Harta, jelas milikku lebih banyak dibanding dia. Kamu memang mempesona sebagai istri kedua." Tanpa aling-aling apa pun dia nyatakan pelecehan itu secara gamblang.

Seindah Surga Yang Dirindukan (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang