Yeay update lagi hehe.
Selamat membaca kawan-kawan (≧▽≦)
"Eh tunggu," cegah Zahid pada Jessie.
Kebetulan pagi ini ia dipertemukan dengan Jessie. Wanita tak berperikemanusiaan yang ternyata di dunia nyata.
Gerbang masuk Horikoshi masih beberapa cm lagi. Itu artinya ia bisa bicara panjang pada Jessie. Tidak, Zahid tidak akan mengomel atau apapun sejenisnya pada Jessie karena sudah melukai Geo.
Meski sebetulnya ada sih niat ingin mengubur Jessie hidup-hidup...
Tapi nggak mungkin, Zahid nggak segila itu kok kalau marah. Hanya sekadar niat belaka.
"Lo punya masalah hidup apa sih?"
Jessie terus berjalan lurus di sepanjang jembatan penghubung gedung Horikoshi. Sadar nggak sadar akan keberadaan Zahid.
"Nggak ada, hidup gue damai-damai aja," sahutnya ternyata sadar ada Zahid.
"Terus kenapa suka banget celakain orang pake silet murahan lo?"
"Karena itu hobi gue."
Jawaban tak masuk akal itu membuat Zahid terdiam dengan sejuta pikiran menebak-nebak.
Zahid memperhatikan baik-baik tubuh Jessie dari belakang, tanpa ada satupun bentuk yang terlewatkan. Eits, jangan berpikir macam-macam dulu, jangan mengira Zahid tengah membayangkan yang tidak-tidak. Ia hanya sekadar memastikan kok. Iya serius, Zahid juga nggak tertarik.
Jessie.
Perempuan pirang berwajah cantik namun terselip aura kegelapan. Sebenarnya ... Jessie ini betul seorang manusia atau jelmaan vampir?
"Sebetulnya lo siapa sih?" Zahid menghentikan langkahnya. Begitupun Jessie.
Jessie berbalik badan, membuang gagang permennya yang sudah kurus tanpa kepala.
Menatap datar Zahid cukup lama. Seolah ... ada udang dibalik perahu.
"Lo ... tanya langsung deh sama Zean," katanya lalu melanjutkan lagi perjalanannya.
Kini giliran Zahid dibuat seribu jurus diam.
Kok sebut nama Papah? Apa ada sesuatu?
💮💮💮
Biasanya kalau hari libur Zahid selalu meluangkan waktu untuk seharian sama Zean.
Semakin dewasa kedekatan anak dan orang tua kadang semakin menjauh kalau sudah sibuk dengan dunia barunya. Kata Zean, ia tidak mau sampai hal itu terjadi pada dirinya dan Zahid.
Sesibuk apapun Zean, tapi kalau hari libur gimanapun ia harus meluangkan waktunya untuk Zahid. Menanyakan perkembangan Zahid, mengobrol percakapan konyol, atau memberikan seputar motivasi pada Zahid.
Hal ini sudah berlangsung sejak Zahid umur lima tahun dan terus berlanjut sampai kapanpun. Selama Papah Zean ada di sisinya.
Sekarang, sudah sekitar tiga jam Zahid dan Zean menikmati waktu liburnya berdua. Mulai dari pagi tadi mereka joging di sekitar kawasan Monas yang cukup ramai, bahkan tadi mereka sempat bercakap dengan turis asing yang lagi berlibur di Jakarta. Dua belas tahun meninggalkan Jakarta, Zahid menemukan banyak perubahan baru di Kota ini.
Selesai joging, mereka ke Gramedia Jakarta membeli beberapa novel misteri keluaran terbaru. Zean dan Zahid memiliki hobi yang sama, sama-sama suka baca buku bergenre misteri. Selesai dari Gramedia, lalu mereka memutuskan untuk sarapan di tukang pempek pinggir jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
End Mission (END)
Teen FictionLewat pertemuan di kelas multimedia, Zahid dan Geo berhasil membuktikan bersahabat lawan jenis tanpa melibatkan perasaan bisa terjalin langgeng. Juga lewat misi dari seseorang untuk menyelamatkan masa depan mereka keduanya jadi semakin akrab melewat...