27. Klub Musik

2 0 0
                                    

Heyooo




Geo sengaja datang lebih awal. Demi membuktikan persamaan dari wajah di foto itu. Karena ia yakin seratus persen itu wajah yang sama.

Tapi usahanya pagi ini agak meribetkan karena Jessie tak kunjung bangun dari tidurnya. Ini anak ke sekolah mau belajar atau numpang mimpi sih?

"Jess bangun bentaran." Geo terus mengguncang-guncang badan Jessie yang terlipat di meja.

"Jess gue cuma mau cari bukti lho."

"Jessie Mey?"

"Mau lo apa sih?" Akhirnya Jessie bangun.

"Mau ngeliat muka cantik lo tau."

Ngomong-ngomong Geo juga heran kenapa dia tidak setakut dulu dengan Jessie, mau diancem pakai silet setajam gigi harimau pun nggak ngaruh.

"Nggak mempan, gak usah muji deh."

"Serius gue, lo emang cantik kalo aja pagi ini lo menyapa dunia dengan senyuman."

Jessie menegakkan badannya. Geo yang lagi berkaca-kaca nggak jelas di cermin sampai mundur berapa langkah saking kagetnya.

"Maksud lo gini?" Jessie melebarkan senyumnya yang baru ia perlihatkan jujur.

Geo tak berkedip berapa detik, ini kok jadi kocak sih? Serius dia ingin terbahak namun sebisa mungkin ia tahan.

Karena ini Jessie, orang paling anti bercanda.

Dari pintu Zahid baru saja tiba, membuat Geo tersadar akan niat awalnya. "Jess lo diem gini ya jangan gerak?" Geo merogoh sakunya buat mengambil handphone.

"Tapi senyumnya gini bener?" Jessie masih belum memudarkan senyumnya.

Geo membuka kamera pada layar handphonenya lalu mengarahkan ke wajah Jessie. Saat tombol jepret hendak Geo tekan tiba-tiba Jessie memelotot menyadari Geo hendak memotretnya.

"Ini maksudnya apa? Lo mau foto gue hah??"

"Eeehh itu___"

"Belom aja hpnya yang gue silet," murka Jessie, bulu kuduk Geo berdiri merinding.

"Jess jangan dong," Geo mundur dengan langkah lemas saat Jessie kian mendekat. "Gue cuma mau samain aja, soalnya lo mirip banget sama artis Jepang."

Jessie berhenti melangkah. "Artis yang mana?"

"Yang ciuman sesama cewek itu lho, judul filmnya____"

"Lo samain gue sama artis begituan??" Jessie yang tak terima lantas mengeluarkan benda tajam, kali ini bukan silet melainkan pisau kecil.

Makin ke sini kok makin serem?

Geo yang tak bisa berjalan lagi hanya menjerit di tempat. "Ampuuuuun Je____"

Neeeeetttttt!

Sang penyelamat bunyi.

Geo berhembus lega, langsung ngacir ke bangkunya. "Sambungnya nanti lagi ya sayang."

Jessie melihat kepergian Geo dengan decakan. Melempar pisaunya. "Sial."

Sementara Zahid langsung mendekat ke meja Geo dengan rasa penasaran. "Gimana? Dapet?"

Geo meneguk air putihnya setengah botol. "Susah asli."

"Kan dibilang..."

"Tapi gue yakin banget Za, anak kecil itu dia," kata Geo yakin.

Zahid terdiam sesaat. Jadi teringat perkataan cewek itu beberapa bulan lalu. "Lo ... Tanya langsung deh sama Zean."






End Mission (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang